STOP TIPU-TIPU!!
Sunday, August 26, 2018
Halo Gan Sis yang terhormat, mungkin sebagian dari kita belum pernah merasakan penipuan atau hanya sekadar tau lewat media saja. Kalaupun pernah itu penipuan mama minta pulsa, mungkin. Tapi kali ini ana berbagi pengalaman tidak mengenakkan yang sampai detik ini ana masih tidak percaya kalau ana hampir saja kena tipu.
Quote:
Quote:

Image by google
Ini pengalaman nyata ana ketika SMA. Saat dimana puncak dari kebingungan merajalela mau lanjut kuliah dimana. Belum lagi dihadapkan dengan ujian praktik yang saat itu angkatan ana menjadi kelinci percobaan penyandang pemakai kurikulum 2013 yang hangat-hangatnya dirilis oleh bapak menteri pendidikan. Terimakasih bapak menteri.
Cerita bermula saat ana sengaja datang agak telat. Kenapa? Karena cuma di hari Sabtu hari merdeka buat anak kelas XII tidak ada tambahan belajar jam ke-0. Untungnya ana masih dapet gerbang sekolah. Jam pelajaran pertama adalah mata pelajaran bahasa Inggris. Sebenernya udah sepuluh menit yang lalu bel mulai kelas dimulai, tapi karena guru ana ngga datang-datang jadi ana duduk cakep di depan kelas sama temen ana sambil liatin kelas sebelah lagi menderita karena ujian praktik olahraga lari muterin lapangan. Ngga berapa lama ada yang nyamperin ana terus nanya bener ngga kelas ana ini lagi pelajaran Bu Umi (guru bahasa Inggris ana). Ana iyain aja. Terus mas-mas itu nyuruh ana masuk kelas karena dia mau isi materi gitu. Ana tengok, di depan ruang kurikulum (karena ruangnya deket sama kelas ana) ada temen dia satu lagi sedang celingak-celinguk cari siapa juga ngga tau.
Setelah itu, dia masuk kelas dan perkenalan diri. "Perkenalkan nama saya Dias, dari Jakarta tapi lahir di Bandung." begitulah kira-kira yang dia bilang. Terus dia bilang dia diutus dari sekolah buat ngajarin khususnya anak kelas XII buat fasih ngomong bahasa Inggris. Karena yaa bentar lagi mau kuliah, terus persiapan buat wawancara bahasa Inggris, dan dia miris karena di Indonesia itu belajar bahasa Inggris dari jaman TK sampe segede gini masih belum juga lancar ngomong bahasa itu.
Sebelum dia ngajarin, dia nyuruh kami buat merem sambil dia setel isntrument penenang agar kita lebih fokus dalam belajar, katanya. Nah, kami nurut-nurut aja gitu. Kemudian dia mengajari bagaimana cara agar mudah berbicara dalam bahasa Inggris. Tapi hanya berjalan lima belas menitan, setelahnya ia bercerita panjang lebar tinggi diameter diagonal. Mulai dari bisnis jaman sekarang itu kudu online, SMA terbaik itu SMA 3 Bandung, orang pinter di Indonesia itu tidak dihargai dan masih panjang lagi sampai bel istirahat sekolah ana bunyi. Di situ dia kasih selembar kertas, kami disuruh mengisi nama dan nomor telepon yang berminat gabung dengan bimbel dia. Tapi dia cuma kasih waktu LIMA MENIT terus kertas dia ambil. Di situlah mulai terjadi cakar-cakaran masal, tawuran sekelas, teriak-teriak nitip nama biar dicantumin. Untung ngga ada yang bawa-bawa bon hutang buat ngancam nulis nama dia. Tidak lama kemudian, mas-mas itu tadi masuk kelas lagi, dan bilang dia ngga mau nerima kertasnya karena lecek dan tulisannya jelek. Dia nyuruh nulis ulang dengan rapi sambil memberi kertas baru. Salah satu temen ana meraih kertas itu dan menulisnya dengan cantik. Suasana pun kembali normal.
Saat istirahat di kantin, ada temen laki ana bisikin kok ana gampang percaya sama mas-mas tadi itu. "Ngga takut kalau dia ikut ISIS?" begitu bisikan mautnya yang bikin ana jadi mikir juga. Bukan, bukan karena takut masuk aliran ISIS seperti kata dia karena emang dasarnya itu bocah demen jadi profokator. Sifat parno ana pun muncul,
- Dalam bimbelnya kami disuruh buat kelompok kecil maksimal lima orang, terus saat bimbel kita harus jemput dia di kosannya dan tempat belajarnya di salah satu rumah kami. Pertanyaan-pertanyaan pun bermunculan di otak ana, kenapa kudu dijemput? Terus dia itu bikin bimbel tapi ngga ada tempat bernaung buat bimbelnya?
- Di sekolah ana, tidak mungkin memperbolehkan bimbel yang promosi terlebih lagi sampai masuk ke kelas. Kalaupun ada, itu diselenggarakan saat acara career day di lapangan indoor sekolah. Ngga cuma bimbel aja yang boleh promosi, bahkan semua PTN ataupun PTS boleh masuk acara tersebut.
- Dia hanya mengajarkan speak english lima belas menitan, selebihnya tidak ada unsur belajar sama sekali.
- Awalnya dia bilang hanya memberi kertas pendaftaran selama lima menit dan akan diambil sampai-sampai tercipta momen brutal dalam kelas, nyatanya dia beri kertas baru dan sampai sekarang kertas baru itu masih ada di kelas.
Ana putuskan kembali ke kelas setelah merelakan semangkok soto yang belum terkuras sempurna demi melihat kertas formulir dari mas-mas tadi. Ana coba searching alamat yang ada di formulir yang merupakan kantor pusatnya dan hasilnya alamat itu tidak ada Gan Sis! Contact person-nya pun tidak bisa dihubungi. Eh, bukan tidak bisa dihubungi, nomornya salah malah. Setelah ana berhasil buat heboh suasana kelas dan mengumpulkan prajurit buat unjuk rasa, wakil ketua kelas ana lah yang menengahi dan melapor ke wali kelas karena setelah ini mas-mas itu akan masuk ke kelas sebelah.
Dan akhirnya semua terbongkar. Dia itu penipu dan berhasil masuk sekolah ana dengan cara menghipnotis para satpam (padahal di gerbang sekolah ada tiga satpam yang garangnya bisa bikin preman taubat). Soal izin mengajar dan memasuki kelas, dia pakai metode adu domba. Dia bilang ke guru bahasa Inggris sudah mendapat izin dari Wakasek, bilang ke Wakasek kalau sudah mendapat izin dari guru yang bersangkutan. Padahal lagi nih, biasanya mencari izin dari pihak sekolah tidak segampang itu, harus memenuhi beberapa surat menyurat dan lain sebagainya. Tapi hebatnya mas-mas itu bisa dengan mudah melewati segala macam syarat dari sekolah. Pihak sekolah pun memberi teguran tegas dan mereka pergi.
Belum selesai sampai di situ pemirsa. Setelah ana sampai di rumah, dengan menggebu-nggebu ana ceritakan penipuan itu ke ibu ana. Ana parno aja karena kosan dia itu hanya berjarak lima rumah dari rumah ana! Takutnya kalau dia masih inget wajah ana terus pas ana lewat, ana ntar dihipnotis terus diculik. Abaikan yang satu itu. Nah, emang dasarnya itu penipu ngga punya muka. Dia ternyata melanjutkan aksinya di sekolah yang diajar Ibu ana!! Dia melanjutkan aksi jahatnya selang sekitar dua minggu dari kejadian di sekolah ana. Tapi kali ini dia tidak melakukan hipnoterapi layaknya di kelas ana. Dan pembelajarannya didampingi oleh guru yang bersangkutan. Pintarnya Ibunda ana tercinta, dia coba foto mas-mas itu diam-diam saat di ruang guru buat ditunjukin ke ana sama ngga tuh orang. Dan yap! Itu orang yang sama dan dengan nama yang berbeda. Sudah bukan Dias lagi Gan nama dia. Tapi untungnya tidak ada korban jiwa Gan, jangan sampailah ya. Karena di sekolah ibu ana ngga ada yang berminat seorangpun buat daftar Gan. Berbeda jauh dengan kelas ana yang 95% mencantumkan namanya. Ana juga ngga tau mungkin ini efek dari dia melakukan hipnoterapi di awal masuk atau tidak.
Pembelajaran yang ana dapat dari kejadian ini adalah kita harus hati-hati dan teliti di berbagai macam situasi. Belum menjamin juga kalau sudah di sekolah akan terbebas hal-hal yang tidak diinginkan, khususnya penipuan. Ini merupakan pertama dan semoga terakhir kalinya ana ngerasain dihipnotis. Oh ya, waspada dan kenali juga orang disekitar kita. Tentang kosan di deket rumah ana (yang jadi kosannya si penipu) itu sering banget dapet masalah penghuni-penghuni kosnya. Mulai dari penghuni kos ada yang pencopet, terus bawa lawan jenis ke dalam kamar, dan ini penipu bersemayam santai di kos itu. Beberapa kali sudah mendapat teguran warga sampai digerebek dan dipukuli pun pernah. Tapi entah kenapa, belum juga dijadikan pembelajaran bagi tuan dan puan pemilik kos. Semoga pengalaman ana ini bisa menjadikan kita lebih waspada lagi ya Gan Sis. Beri tau juga orang-orang disekeliling kita terutama keluarga agar tidak menjadi korban.
Ini ana lampirkan foto formulirnya Gan, kali aja dia pindah operasi di sekitar Agan Sista. Buat foto si penipu sayangnya sudah hilang terhapus sama ibu ana.

"He who permits himself to tell a lie once, finds it much easier to do it a second and a third time till at length it becomes habitual."
- Thomas Jefferson