Apa Sih yang Kurang Dari Kata "Turun, Naik, Maju, Mundur?"
Friday, September 21, 2018

Menggunakan bahasa yang baik dan benar merupakan cara menyampaikan sebuah kata atau kalimat agar mudah dimengerti oleh lawan bicara dan kemudian terjadi percakapan berkelanjutan. Namun di keseharian saya seringkali mendengar sebuah kalimat yang disertai sebuah kata yang seharusnya sudah mengartikan sebuah petunjuk namun masih harua dipertegas lagi dengan kata tambahan, perlu atau tidak perlu, ya?
"Dul, kamu mau kemana?"
"Sebentar, aku mau turun ke bawah dulu ambil sesuatu"
"Tak perlu naik ke atas kalau disini saja sudah tersedia"
Atau ada cotoh lain; "Geseran sedikit dong, mundur kebelakang biar kita lebih lega",
"Siapa yang tadi terlambat, ayo maju ke depan!"


CodeMyUI
Kalau kita ikuti percakapan di atas sepertinya tidak ada yang salah, tapi coba kita cermati salah satu kata di atas seperti: turun ke bawah, bukankah yang namanya turun pasti bergerak ke bawah, kalau naik pastinya ke atas, kan? Tidak mungkin yang namanya turun ke atas, hehe.
Saya pernah alami sendiri ketika suatu ketika menaiki lift sebuah mall yang cukup ternama di e ranya. Lift ini terbilang sering saya gunakan terutama ketika akan menonton sebuah film layar lebar di sebuah gedung bioskop di dalam mall tersebut. Lift kala itu belum di sertai petugas di dalamnya, hanya ada speaker yang bersuara yang menunjukkan arah dan tujuan. Tapi lucunya adalah setiap kali speaker bersuara mengatakan "Selamat datang di mall xxxx, kita akan naik ke atas" maka saya dan teman-teman kuliah dan penunpang lain dalam lift yang sadar akan tersenyum geli. Apa pasal?

Victorious Wiki
Mendengar kata 'naik ke atas' tentu saja orang sudah paham benar secara umum dan gamblang yang namanya naik pastinya 'ke atas', bukan ke bawah, hehe. Dan kejadian ini terus berulang setiap kali kami menumpang di lift mall tersebut. Namun kabar baiknya adalah beberapa waktu lalu setelah sekitar lima tahun lalu saya tidak menumpang lift tersebut kini lift sudah tidak disertai speaker bersuara wanita 'nan manja' tersebut, namun kini telah di jaga oleh petugas lift di dalam. "Selamat siang, akan menuju ke lantai berapa?", bukan lagi suara speaker yang suaranya sufah kami hafal dan standar, "Naik, ke atas" atau "Turun, ke bawah", padahal yang namanya Turun ya pastinya ya ke bawah, hehe.
Penggunaan kata yang kita bahas kali ini sebenarnya tidak hanya terjadi di lift tapi sudah meracuni kalimat utamanya di masyarakat keseharian yang sebenarnya kata 'turun, naik, mundur dan depan' sudah jelas artinya. Tapi kenapa hingga kini seseorang seringkali menyertai kalimat tambahan yang seolah-olah belum 'sah' atau belumlah 'jelas' jika tidak disertai kata tambahan tadi. Sadarkah kita atau tanpa sadar kalau selama ini kita telah "mubazir", boros kata, buang-buang emergi, karena ketidak tahuan kita? Budaya penggunaan kata tambahan yang tidak perlu saya rasa mulai saat ini perlu di hentikan. Cukup mengatakan "Sebentar, saya mau turun dulu mengambil sesuatu", bukan "Sebentar, saya mau turun ke bawah mengambil sesuatu".
Buat kita atau teman yang masih menggunakan kata tamabahan ini sebaiknya buka pelajaran Bahasa Indonesia saja lagi, hehe.
Apakah penambahan satu kata di akhir yang menunjukkan satu kata yang kita bahas itu perlu? Tentu saja jawabannya menurut saya adalah TIDAK, kalau teman masih 'ngeyel' silahkan buka kamus Bahasa Indonesia, dimana kata turun sudah pastinya ke bawah, jadi cukup mengucapkan kata: TURUN, titik!
Coba perhatikan dan bandingkan kata di bawah ini:
A. Menurut kamus bahasa Indonesia
(Satu kata, sudah jelas makna dan artinya)
TURUN
NAIK
MAJU
MUNDUR
DIAM
B. Yang terjadi di masyarakat
(Masih harus di tambahi kata penegas yang jadinya 'boros' kata):
TURUN ke BAWAH
NAIK ke ATAS
MAJU ke DEPAN
MUNDUR ke KEBELAKANG
DIAM di TEMPAT
Putar Balik

womenshealthmag
Dengan melihat perbandingan diatas kita mustinya sudah sangat memahami arti kata tersebut, dan tentu saja contoh A lebih tepat, lebih ringkas, dan tidak membuang energi bicara.
Nah, karena ini hanya pemikiran dan opini saya pribadi kemungkinan juga bisa salah, tapi kembali ke KKBI saya yakin apa yang saya kemukakan ini benar adanya. Mari budayakan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, bukan benar tapi masih harus ditambah-tambahkan menjadi kata yang tak perlu, mending di simpang menjadi dzikir dalam hati, hehe.

:hai
BACAAN KEREN ISKRIM LAINNYA NIH, GAN
[ HT# 365 ]

Tips Upgrade Printilan Di Mobil Harian



█║▌│█│║▌║││█║▌│║▌║█║║▌║││█║▌││█
Copyright © 2016 - 2018 iskrim
All Rights Reserved | Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS
Sumur: opini iskrim | Sotoshop : iskrim