Awas, Pencemaran Udara Turunkan Kualitas Otak
Friday, September 21, 2018
Ilustrasi pencemaran udara asap knalpot (Istimewa)
Quote:
Badan Lingkungan Eropa memperkirakan, dalam setahun lebih dari 400.000 orang di daerah perkotaan Eropa meninggal sebelum waktunya karena polusi udara. Udara tercemar yang menyerang sistem pernapasan dan peredaran darah menyebabkan lebih banyak kematian daripada kecelakaan lalu lintas.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis BMJ Open menyatakan, polusi udara di perkotaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan, berisiko meningkatkan penurunan kemampuan fungsi otak (demensia). Asap yang mengandung partikulat adalah partikel kecil berupa padatan atau cairan melayang di udara. Zat ini diproduksi terutama oleh pembakaran bahan bakar fosil. Partikel menetap di saluran udara dan paru-paru dan mampu menyebabkan kerusakan.
"Polusi udara tetap mempengaruhi, di luar faktor permanen penyebab demensia, seperti minum berat, merokok, dan faktor lainnya," jelas salah satu point dalam jurnal tersebut.
Jumlah penderita di seluruh dunia diperkirakan hampir tiga kali lipat pada 2050. Di seluruh dunia, sekitar 7 persen orang di atas 65 tahun menderita Alzheimer dan beberapa bentuk demensia, persentase meningkat hingga 40 persen untuk orang yang berusia di atas 85 tahun.
"Pencegahan primer dari semua demensia adalah masalah kesehatan masyarakat global utama selama beberapa dekade mendatang," tulis para peneliti.
Bahan kimia yang berasal dari knalpot kendaraan, seperti nitrogendioksida (NO2) dan jelaga diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah pernapasan, terutama asma.
Untuk mengetahui lebih lanjut, tim peneliti yang dipimpin Lain Carey dari Institut Penelitian Kesehatan Penduduk, Universitas London menyisir catatan kesehatan 131.000 orang yang tinggal di Greater London yang pada tahun 2004 berusia 50 - 79 tahun.
Ketika penelitian dimulai, tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda demensia. Namun peneliti melihat alamat tempat tinggal mereka. Para ilmuwan memperkirakan terdapat paparan tahunan NO2 dan partikel halus yang dikenal sebagai PM 2,5. Kemudian peneliti melacak kesehatan para peserta selama periode tujuh tahun.
Hasilnya, hampir 2.200 pasien atau 1,7% didiagnosis demensia. Orang yang berusia di atas 50 tahun di daerah dengan tingkat nitrogen oksida tertinggi di udara menunjukkan risiko 40 persen lebih besar terkena demensia dibandingkan mereka yang tinggal di daerah yang kadar polusinya lebih sedikit.
Oleh karena penelitian ini didasarkan pada analisis setelah fakta dan bukan uji klinis dalam pengaturan eksperimental, para penulis memperingatkan bahwa tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik dalam sebab akibat. Tetapi temuan ini menunjukkan, produk sampingan kimia dari pembakaran solar dan bensin dapat merusak fungsi otak.
"Polusi udara yang terkait dengan lalu lintas telah dikaitkan dengan perkembangan kognitif yang lebih buruk pada anak-anak," kata studi tersebut seperti dikutip AFP
Studi ini disambut oleh para ahli yang mengkaji penelitian ini sebelum publikasi.
"Ada semakin banyak bukti hubungan antara polusi udara dan kesehatan otak, termasuk demensia dan Alzheimer," kata Martie Van Tongeren, seorang profesor kesehatan kerja dan lingkungan di University of Manchester.
Kevin McConway dari Universitas Terbuka memuji penelitian ini. Namun ia juga memberikan catatan bahwa penelitian ini hanya melihat paparan polusi di rumah saja, dan tidak memperhitungkan tingat NO2 dan PM2.5 di suatu tempat selain di rumah.
sumber : trubus.id
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis BMJ Open menyatakan, polusi udara di perkotaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan, berisiko meningkatkan penurunan kemampuan fungsi otak (demensia). Asap yang mengandung partikulat adalah partikel kecil berupa padatan atau cairan melayang di udara. Zat ini diproduksi terutama oleh pembakaran bahan bakar fosil. Partikel menetap di saluran udara dan paru-paru dan mampu menyebabkan kerusakan.
"Polusi udara tetap mempengaruhi, di luar faktor permanen penyebab demensia, seperti minum berat, merokok, dan faktor lainnya," jelas salah satu point dalam jurnal tersebut.
Jumlah penderita di seluruh dunia diperkirakan hampir tiga kali lipat pada 2050. Di seluruh dunia, sekitar 7 persen orang di atas 65 tahun menderita Alzheimer dan beberapa bentuk demensia, persentase meningkat hingga 40 persen untuk orang yang berusia di atas 85 tahun.
"Pencegahan primer dari semua demensia adalah masalah kesehatan masyarakat global utama selama beberapa dekade mendatang," tulis para peneliti.
Bahan kimia yang berasal dari knalpot kendaraan, seperti nitrogendioksida (NO2) dan jelaga diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah pernapasan, terutama asma.
Untuk mengetahui lebih lanjut, tim peneliti yang dipimpin Lain Carey dari Institut Penelitian Kesehatan Penduduk, Universitas London menyisir catatan kesehatan 131.000 orang yang tinggal di Greater London yang pada tahun 2004 berusia 50 - 79 tahun.
Ketika penelitian dimulai, tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda demensia. Namun peneliti melihat alamat tempat tinggal mereka. Para ilmuwan memperkirakan terdapat paparan tahunan NO2 dan partikel halus yang dikenal sebagai PM 2,5. Kemudian peneliti melacak kesehatan para peserta selama periode tujuh tahun.
Hasilnya, hampir 2.200 pasien atau 1,7% didiagnosis demensia. Orang yang berusia di atas 50 tahun di daerah dengan tingkat nitrogen oksida tertinggi di udara menunjukkan risiko 40 persen lebih besar terkena demensia dibandingkan mereka yang tinggal di daerah yang kadar polusinya lebih sedikit.
Oleh karena penelitian ini didasarkan pada analisis setelah fakta dan bukan uji klinis dalam pengaturan eksperimental, para penulis memperingatkan bahwa tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik dalam sebab akibat. Tetapi temuan ini menunjukkan, produk sampingan kimia dari pembakaran solar dan bensin dapat merusak fungsi otak.
"Polusi udara yang terkait dengan lalu lintas telah dikaitkan dengan perkembangan kognitif yang lebih buruk pada anak-anak," kata studi tersebut seperti dikutip AFP
Studi ini disambut oleh para ahli yang mengkaji penelitian ini sebelum publikasi.
"Ada semakin banyak bukti hubungan antara polusi udara dan kesehatan otak, termasuk demensia dan Alzheimer," kata Martie Van Tongeren, seorang profesor kesehatan kerja dan lingkungan di University of Manchester.
Kevin McConway dari Universitas Terbuka memuji penelitian ini. Namun ia juga memberikan catatan bahwa penelitian ini hanya melihat paparan polusi di rumah saja, dan tidak memperhitungkan tingat NO2 dan PM2.5 di suatu tempat selain di rumah.
sumber : trubus.id