
Meskipun terlihat mata uang rupiah belum dapat membendung kekuatan dolar, namun masih ada kabar baik terkait situasi di dalam negeri. Bahkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diyakini takkan tergerus oleh masalah rupiah yang masih bergelut dengan dolar.
Setidaknya itu juga diakui oleh pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Fahmy Radhi, Rabu (5/9/2018). Menurut Fahmy, kondisi rupiah yang mencapai Rp 15.030 takkan membuat BUMN lantas goyah, terutama BUMN yang terkait dengan keuangan perseroan lantaran mereka memiliki kesiapan menghadapi kondisi rupiah.
PT Pertamina, menurut pengamat ekonomi tersebut, bisa menjadi contoh tentang bagaimana menjaga stabilitas keuangan agar tetap terjaga baik di tengah di tengah berbagai kondisi rupiah. Ini bahkan bisa ditelusuri dengan melihat laba yang berhasil diraup Pertamina hingga semester I tahun 2008.
"Kondisi perusahaan BUMN secara financially masih bagus. Contohnya Pertamina, masih profit hingga semester satu. Profit yang diperoleh memang menurun tapi karena potential loss," ujar Fahmy.
Menurut Fahmy lagi, ada alasan lain yang bisnis BUMN tak terpengaruh dengan melemahnya nilai rupiah adalah adanya kebijakan perlindungan nilai (hedging) dari pemerintah. Upaya itu, menurut dia, merupakan salah satu jurus jitu guna menjaga bisnis perseroan BUMN yang menerima pembayaran devisa dalam kurs valuta asing.
Di sisi lain, Fahmy juga mengusulkan, untuk mengantisipasi dapat terjadinya gejolak ekonomi yang tidak bisa diduga, BUMN bisa menekan angka impor bahan baku dan melakukan optimalisasi ketersediaan domestik. "BUMN yang impor contents tinggi, pasti sedikit terpengaruh. Namun sebaliknya, BUMN yang lebih banyak ekspor contents justru menguntungkan dengan melemahnya rupiah," tutur Fahmy.
Sumber