Berdoa di atas Gunung lebih Khusuk ketimbang Melihat Laut



Suatu hari ada dua orang berbincang. Satu laki-laki, satu lagi perempuan. Mereka berdua sedang membicarakan mana yang lebih asyik: naik gunung atau melihat laut?

Si laki-laki lebih suka gunung karena di sana dia bisa mencari sensasi 'awe' atau 'Awww'. Itu adalah tiga detik momen ketika orang terpana dengan pemandangan menakjubkan yang dihadapinya di depan mata.

Si perempuan cuma mengangguk-anggukan kepala, meski nggak paham benar. Maklum, dia belum pernah mendaki gunung.

Baginya momen paling menyenangkan adalah ketika mendaki tebing dengan laut di bawahnya, dan dari sana dia bisa melihat cakrawala horizon laut yang seakan-akan tak bertepi. Itulah momen paling 'spiritual' buat si perempuan.

'Di puncak gunung kita bisa berdoa dengan khusuk tanpa diganggu siapapun. Makanya nabi-nabi zaman dulu memilih gunung buat berdoa,' kata si laki-laki memberikan contoh.

Si laki-laki ada benarnya.




Ambil contoh Jabal Nur, misalnya. Di gunung ini ada Gua Hira, lokasi favorit tempat Nabi Muhammad menyendiri untuk meminta petunjuk kepada Tuhan. Singkat cerita, Jabal Nur (tingginya sekitar 642mdpl) jadi lokasi yang dipilih sang Nabi ketika ingin menyepi.

Kalau mau ambil contoh lain, praktisi Buddhist konon percaya konsep 'berjalan' sebagai meditasi. Jadi ketika naik gunung tinggi, perjalanan dari satu titik ke titik berikutnya melatih pikiran untuk terus mempertimbangkan apa yang harus dilakukan di langkah selanjutnya. Bagi kebanyakan praktisi Buddhist, 'berjalan' jadi sebuah anugerah yang bisa dipakai untuk melatih diri.

Sunyinya gunung memang membuat siapapun jadi gampang jatuh cinta kepada alam. Si pria yang diceritakan di atas jatuh cinta dengan gunung karena pemandangan di puncak membuat dia bisa membayangkan Tuhan dan semesta alam.

Orang yang naik gunung punya kesempatan untuk tersesat dan menemukan dirinya di belantara yang mungkin tidak dia kenal sebelumnya. Si pria yang berbincang dengan perempuan beranggapan itulah momen sunyi di mana dia sering berdoa. Ya, gunung adalah tempat paling menarik untuk memanjatkan doa.

Ketika seseorang tertegun selama tiga detik di puncak gunung, dimana dia tidak melihat apa-apa di sana kecuali gumpalan awan putih, saat itulah dia bisa berdoa memanjatkan apa saja kepada sang pencipta.

Sederhananya, gunung adalah tempat dimana orang bisa dengan khusuk memanjatkan doa, apapun bentuknya. Lalu gunung juga jadi tempat orang berkontemplasi; berpikir dan mengevaluasi dirinya, untuk kemudian beranjak dari sana dan melanjutkan perjalanan hidup.

Setuju?
=================================== Sumber Inspirasi & Refrensi ===========================================

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel