Bukan Pil Tidur, Ini Solusi untuk Pengidap Insomnia
Monday, September 17, 2018

Quote:
Orang yang sulit tidur mungkin meminta saran dari dokter dan menghindari penggunaan pil tidur. Tidur yang nyaman dan juga terapi bicara dapat membantu pengidap insomnia menciptakan kebiasaan tidur yang baik. Mencari tahu mengapa mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak, menurut para ahli dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine.
Penelitan itu juga mengungkapkan efek samping dari pil tidur, di mana bisa menyebabkan kematian, kata Dr. Michael Incze, peneliti dari Universitas California, San Francisco, Amerika Serikat.
Pada 2017, American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan suatu bentuk konseling psikologis,cognitive behavioral therapy (CBT) sebagai pengobatan pertama untuk insomnia daripada mengonsumsi obat tidur. Fokus CBT ialah mengidentifikasi pola berpikir dan perilaku yang mencegah seseorang tidur nyenyak.
Sekitar 10 persen orang Amerika mengalami insomnia kronis, di mana 30 persen memiliki gejala sementara.
"Orang yang sering minum obat tidur merasa terdorong untuk berbicara dengan dokter dan mencari tahu mengapa mereka mengalami insomnia," kata Michael kepada Reuters Health.
Walaupun CBT terbukti aman dan tidak berbahaya, Michael merekomendasikan pengidap insomnia untuk menciptakan lingkungan yang tenang sebelum tidur. Termasuk tidur dan bangun di waktu yang sama. Daripada berbaring di tempat tidur tapi tidak melakukan apa pun juga, lebih baik bangun dan kerjakan sesuatu yang membuat cukup lelah untuk tertidur.
Selain itu, hindari alkohol dan kafein. Jangan lupa menciptakan lingkungan gelap dan tenang untuk tidur dengan gangguan minimal, yang berarti mematikan layar pada perangkat elektronik dan jendela gelap.
"Kami melihat insomnia setiap hari di berbagai usia dan jalan hidup. Dampak insomnia ialah depresi, kecemasan, dan ketergantungan obat tidur," ucap Ada Stewart, dokter di Columbia, Carolina Selatan.
Ia melanjutkan, "Umumnya, obat tidur hanya boleh digunakan untuk waktu yang terbatas. Biasanya satu atau dua minggu karena obat tidur bisa membuat ketagihan. Mengarah pada efek buruk ketika dicampur dengan alkohol atau obat lain."
Efek samping obat tidur bisa lebih kuat pada kelompok usia yang lebih tua. Oleh karena itu, pasien harus berhati-hati dengan obat tidur, terutama jika mencampurkan dengan obat lain.
"Jangan ragu untuk membicarakan hal ini dengan dokter Anda. Insomnia sangat umum, banyak pasien tidak berpikir untuk bertanya tentang hal itu. Penting untuk diketahui bahwa jumlah tidur yang dibutuhkan oleh setiap orang berbeda, tergantung aktitas yang dijalani dan juga usia. Namun, rata-rata ialah enam hingga delapan jam per malam," tutur Ada.
sumber : trubus.id
Penelitan itu juga mengungkapkan efek samping dari pil tidur, di mana bisa menyebabkan kematian, kata Dr. Michael Incze, peneliti dari Universitas California, San Francisco, Amerika Serikat.
Pada 2017, American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan suatu bentuk konseling psikologis,cognitive behavioral therapy (CBT) sebagai pengobatan pertama untuk insomnia daripada mengonsumsi obat tidur. Fokus CBT ialah mengidentifikasi pola berpikir dan perilaku yang mencegah seseorang tidur nyenyak.
Sekitar 10 persen orang Amerika mengalami insomnia kronis, di mana 30 persen memiliki gejala sementara.
"Orang yang sering minum obat tidur merasa terdorong untuk berbicara dengan dokter dan mencari tahu mengapa mereka mengalami insomnia," kata Michael kepada Reuters Health.
Selain itu, hindari alkohol dan kafein. Jangan lupa menciptakan lingkungan gelap dan tenang untuk tidur dengan gangguan minimal, yang berarti mematikan layar pada perangkat elektronik dan jendela gelap.
"Kami melihat insomnia setiap hari di berbagai usia dan jalan hidup. Dampak insomnia ialah depresi, kecemasan, dan ketergantungan obat tidur," ucap Ada Stewart, dokter di Columbia, Carolina Selatan.
Ia melanjutkan, "Umumnya, obat tidur hanya boleh digunakan untuk waktu yang terbatas. Biasanya satu atau dua minggu karena obat tidur bisa membuat ketagihan. Mengarah pada efek buruk ketika dicampur dengan alkohol atau obat lain."
Efek samping obat tidur bisa lebih kuat pada kelompok usia yang lebih tua. Oleh karena itu, pasien harus berhati-hati dengan obat tidur, terutama jika mencampurkan dengan obat lain.
"Jangan ragu untuk membicarakan hal ini dengan dokter Anda. Insomnia sangat umum, banyak pasien tidak berpikir untuk bertanya tentang hal itu. Penting untuk diketahui bahwa jumlah tidur yang dibutuhkan oleh setiap orang berbeda, tergantung aktitas yang dijalani dan juga usia. Namun, rata-rata ialah enam hingga delapan jam per malam," tutur Ada.
sumber : trubus.id