Bumi Pertiwi Menangis Lagi #Pray4Donggala
Sunday, September 30, 2018
Gempa terjadi lagi menimpa saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang wilayah Donggala, Sulawesi Tengah pada Jum'at petang tanggal 29-9-2018. Gempa dengan skala besar ini, juga menimbulkan gelombang tsunami.
Belum kering benar air mata akibat peristiwa di Lombok, kini kesabaran kita kembali diuji oleh peristiwa fenomena alam yang banyak menelan korban nyawa, harta benda dan meluluhlantakkan beberapa infrastruktur disana.
Lalu, mengapa gempa bumi seolah menjadi momok dan acapkali terjadi bagi warga Indonesia? Benarkah hal ini lumrah atau ada penyebab lainnya?
Seperti dikutip dari kanal BBC Indonesia, Wilayah Indonesia itu sangat berpotensi terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik.
"Dari tumbukan ini terimplikasi adanya sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu terjadinya gempa kuat," kata Dr Daryono kepala bidang informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif atau sesar aktif. Ada lebih dari 200 yang sudah terpetakan dengan baik dan masih banyak yang belum terpetakan sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia itu dalam sehari itu lebih dari 10 gempa yang terjadi," Daryono menambahkan.
Posisi Indonesia dikenal berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah 'tapal kuda' sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.
"Mungkin kalau kita melihat ke dunia, itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain. Jepang, misalnya merah juga, Filipina saya pikir merah juga. California itu merah juga karena disitu ada zona San Andreas Fault yang besar dan bergerak sangat cepat," kata Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama bagian geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Perbandingan Indonesia dengan bagian lain dunia dilakukan dengan menggunakan global seismic hazard atau bahaya seismik global, Danny menjelaskan.
"Zonasi seismic hazard itu sudah, yang dia representasikan adalah potensi guncangan gempanya, yang direpresentasikan dengan nilai percepatan gravitasi, G, makin tinggi yah makin banyak guncangannya.
"Nilai G lebih dari 5 menjadi merah. Nilai 3 dengan 5, kuning. Yang ada di bawahnya hijau biru dan sebagainya. Itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain," Danny menambahkan.
***
Jika diperhatikan penjelasan pada tulisan diatas, maka potensi Indonesia mengalami gempa memang cukup tinggi. Oleh sebab itu, beberapa hal mungkin bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi, dalam rangka meminimalisir dampak dari gempa bumi. Sebab, jika alam telah berkehendak, manusia hanya bisa mengurangi kerugian yang lebih besar. Dan itu jauh lebih baik dari sekedar berpangku tangan.
1. Mengevaluasi IMB
Bagi penduduk yang bertempat tinggal di daerah rawan gempa, sudah semestinya IMB yang berlaku menyesuaikan dengan kondisi wilayahnya. Untuk hal ini, mungkin kita bisa banyak belajar dari Jepang. Ide ini memang terkesan idealis, sebab, tidak semua penduduk berkecukupan secara ekonomi untuk mendirikan bangunan tahan gempa seperti di Jepang. Disinilah peran pemerintah pusat, dibantu pemerintah daerah agar merealisasikan hal tersebut. Setidaknya, meski tidak harus mutlak meniru bangunan di negeri Sakura itu, beberapa komponen bangunan semestinya mencukupi beberapa persyaratan bilamana gempa terjadi. Dengan demikian, korban jiwa akibat guncangan gempa bumi dapat diminimalkan.
2. Memberikan edukasi secara berkesinambungan
Sebagaimana penjelasan terkait geografis wilayah Indonesia dengan segala karakternya, edukasi kepada masyarakat harus lebih ditekankan lagi. Dengan edukasi ini, masyarakat dibentuk menjadi sosok yang melek informasi terkait penanganan pertama, bila gempa dan kejadian alam lainnya terjadi. Harapannya, tindakan yang dilakukan, baik secara impulsif, maupun berdasarkan pedoman pendidikan mengenai gempa, mampu mengurangi jatuhnya korban jiwa secara masif.
3. Memperhatikan aspek psikologis pada korban
Kondisi psikologis korban paska gempa tentu akan merasakan shock yang dalam. Kita tentu bisa merasakan kesedihan yang bukan kepalang saat harus terpisahkan oleh orang-orang tercinta disekitaran kita. Anggap saja kerugian dalam bilangan materi dapat dicari lagi. Namun perkara menjadi berbeda saat kita kehilangan sanak saudara sebagai akibat musibah yang datang menyapa. Untuk itu, bimbingan atau konseling kepada korban, diharapkan mampu membuat mereka kembali berdiri tegak dan tetap meneruskan hidup, memiliki semangat dan berusaha mengikis bayangan kelabu yang pernah dialaminya.
4. Bersikap simpatik
Musibah kerap melahirkan momen sedih yang berkepanjangan. Isak tangis para korban, jerit kesakitan para korban, tubuh-tubuh tanpa nyawa yang bergelimpangan, adalah potret yang pasti ditemukan dilokasi kejadian.
Kita, yang hari ini masih diberi kenikmatan karena bukan termasuk nama yang tercatat dalam manifest korban, hendaknya meluangkan waktu sejenak dengan memberikan doa dan sikap simpatik kepada saudara-saudara kita. Bila ada rezeki berlebih, elok memberikan sedikit saja dari yang kita punya guna meringankan beban mereka. Meski nilainya kecil, percayalah, itu akan mampu menyeka air mata yang mulai kering karena kesedihan yang mendalam. Berhenti melakukan denial dengan dalih apapun, yang sesungguhnya tidak memiliki korelasi apapun. Terutama menyeret musibah ini memasuki ruangan pengap politis yang justru memperkeruh masalah.
Dan tak lupa, hentikan penyebaran foto-foto korban sebagai wujud bahwa kita masih manusia yang memiliki perasaan. Sebab, para korban yang masih hidup sudah merasakan tekanan hidup yang tidak mudah. Jangan menambah beban mental mereka. Karena bisa saja tanpa sengaja, foto yang bersebaran itu salah satu kerabatnya. Etika jurnalistik melarangnya, dan sisi kemanusiaan harusnya bersikap yang sama.
Sebagai penutup, semoga para korban meninggal dunia diampuni segala dosa-dosanya, dan bagi yang selamat, diberi ketabahan dan kesabaran. Kalian tidak sendirian...
#pray4Donggala
©Skydavee 2018
Sumber gambar: google
Referensi data: BBCIndonesia