Gara - gara Hujan Kaisar Romawi Kuno Dibunuh
Friday, September 28, 2018
Tahukah Anda, dahulu menjadi kaisar pada jaman Romawi kuno sangatlah berbahaya karena taruhannya adalah nyawa. Sebuah penelitian menunjukkan pada pada lebih dari 500 tahun dari 82 kaisar Roma, sekitar 20 persennya ternyata dibunuh saat berkuasa.
Lantas hal apakah yang menyebabkan terbunuhnya kaisar Romawi pada saat itu? Ternyata para ahli memberikan hipotesis yang bisa dibilang aneh untuk alasan dibalik dibunuhnya para kaisar Romawi kuno. Menurut studi yang terdapat dalam jurnal Economics Letters, ternyata para ahli menyebutkan bahwa hujanlah yang menjadi alasan dibunuhnya para kaisar Romawi.
Kenapa hal demikian dapat terjadi? ternyata alasannya sangat sederhana yaitu saat curah hujan rendah maka tingkat gagal panen akan semakin meningkat. Pada masa tersebut para petani lokal sangat bergantung pada hujan untuk pengairan sawah dan ladangnya.
Karena gagal panen tersebutlah para militer Romawi pada zaman tersebut kelaparan dan akhirnya memberontak. Faktor kelaparan tersebutlah yang membuat para militer memberontak dan menyebabkan dukungan untuk kaisar menurun sehingga menyebabkannya rentan terbunuh.
Hal tersebut diungkapkan oleh Cornelius Christian, peneliti di Brock University di Ontario, Kanada, dilansir Live Science pada Rabu, 8 Agustus 2018. Studi tersebut dilakukan Christian dengan menggunakan data iklim kuno di jurnal Science edisi 2011.
Dari penelitian tersebur Christian menganalisis ribuan cincin pohon dari Perancis dan Jerman. Dari analisis tersebut kemudian ia menghitung berapa banyak hujan yang terjadi setiap musim semi selama pada 25 abad terakhir, pada daerah tersebut merupakan daerah yang pernah dijadikan perbatasan Romawi kuno dimana pasukan militer ditempatkan.
Dari data tersebut kemudian Christian menggabungkannya dengan pemberontakan militer dan pembunuhan kaisar pada zaman Romawi kuno. Dan dari penggabungan tersebut menunjukkan pola bahwa dengan curah hujan yang rendah menyebabkan meningkatnya ancaman pembunuhan terhadap kaisar. Dengan curah hujan yang rendah maka hal tersebut juga akan merendahkan produktivitas lahan pertanian maupun perkebunan.
Sebagai contohnya pada kasus pembunuhan Kaisar Vitellius yang dibunuh pada 69 Masehi, pada saat itu selama satu tahun di perbatasan Romawi yang dijadikan tempat tinggal oleh para militer mengalami curah hujan yang rendah. Padahal pada saat itu Vitellius merupakan seorang kaisar yang disegani oleh pasukannya, namun sayangnya curah hujan rendah melanda dan pasukannya akhirnya memberontak.
Dan pada puncaknya kaisarpun dibunuh saat berada di Roma, namun walau begitu masih ada banyak faktor yang menyebabkan terbunuhnya kaisar selain faktor curah hujan yang rendah. Sebagai contohnya pada Kaisar Commodus yang dibunuh 192 Masehi karena sebagian militer mulai merasa muak dengan kelakuan kaisarnya.
Pada kasus pembunuhan Commodus tidak ada kekeringan yang melanda pada daerah tersebut lebih dahulu. Oleh karena itu Christian tidak berani mengklaim bahwa faktor rendahnya curah hujan menjadi satu - satunya penyebab kaisar terbunuh, masih banyak faktor lain yang menyebabkan kaisar Romawi kuno terbunuh.
Mungkin karena hal tersebut pula yang membuat profesor sejarah klasik di Yale University, Joseph Manning yang tidak terlibat dengan penelitian ini pada awalnya tidak langsung sependapat. Walaupun hipotesis tersebut dapat dikatakan menarik, namun ia mempertanyakan keakurasian data iklim tersebut dengan tanggal kasus pembunuhan kaisar Romawi dari awal kekaisaran di 27 SM sampai akhir di 476 Masehi.
Hal tersebut juga didukung oleh Jonathan Conant yang merupakan profesor sejarah di Brown University yang juga tidak terlibat dengan penelitian ini, menurutnya sebagian besar pembunuhan terjadi pada abad ke-3 setelah Masehi.
Ia menyebutkan pada tersebut Romawi kuno sedang mengalami inflasi besar - besaran, wabah penyakit serta perang yang semuanya merugikan stabilitas kekaisaran, namun hipotesis tentang curah hujan dan pembunuhan kaisar juga menambah kompleksitas akan sejarah yang terjadi pada masa lampau.
Berbeda dengan zaman dahulu dimana pengetahuan dan teknologi belum berkembang seperti sekarang. Orang zaman dahulu belum bisa memprediksi kapan hujan akan turun atau kemarau akan melanda.
Di zaman sekarang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti satelit cuaca dan weather station (alat pemantau cuaca) akan sangat membantu dalam memantau kondisi iklim dan cuaca yang akan terjadi. (Baca Juga Disini Apa Itu Weather Station)
Bila kita dapat memprediksi kapan kemarau akan melanda maka kita dapat melakukan langkah antisipasinya seperti membuat sumur resapan atau meningkatkan produktivitas tanaman pangan untuk persediaan selama kemarau. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan pada zaman dahulu sehingga kita hanya dapat mengusulkan hipotesis melalui sebuah penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan atas apa yang terjadi di masa lampau.
Hal tersebut diungkapkan oleh Cornelius Christian, peneliti di Brock University di Ontario, Kanada, dilansir Live Science pada Rabu, 8 Agustus 2018. Studi tersebut dilakukan Christian dengan menggunakan data iklim kuno di jurnal Science edisi 2011.
Dari penelitian tersebur Christian menganalisis ribuan cincin pohon dari Perancis dan Jerman. Dari analisis tersebut kemudian ia menghitung berapa banyak hujan yang terjadi setiap musim semi selama pada 25 abad terakhir, pada daerah tersebut merupakan daerah yang pernah dijadikan perbatasan Romawi kuno dimana pasukan militer ditempatkan.
Dari data tersebut kemudian Christian menggabungkannya dengan pemberontakan militer dan pembunuhan kaisar pada zaman Romawi kuno. Dan dari penggabungan tersebut menunjukkan pola bahwa dengan curah hujan yang rendah menyebabkan meningkatnya ancaman pembunuhan terhadap kaisar. Dengan curah hujan yang rendah maka hal tersebut juga akan merendahkan produktivitas lahan pertanian maupun perkebunan.
Sebagai contohnya pada kasus pembunuhan Kaisar Vitellius yang dibunuh pada 69 Masehi, pada saat itu selama satu tahun di perbatasan Romawi yang dijadikan tempat tinggal oleh para militer mengalami curah hujan yang rendah. Padahal pada saat itu Vitellius merupakan seorang kaisar yang disegani oleh pasukannya, namun sayangnya curah hujan rendah melanda dan pasukannya akhirnya memberontak.
Dan pada puncaknya kaisarpun dibunuh saat berada di Roma, namun walau begitu masih ada banyak faktor yang menyebabkan terbunuhnya kaisar selain faktor curah hujan yang rendah. Sebagai contohnya pada Kaisar Commodus yang dibunuh 192 Masehi karena sebagian militer mulai merasa muak dengan kelakuan kaisarnya.
Pada kasus pembunuhan Commodus tidak ada kekeringan yang melanda pada daerah tersebut lebih dahulu. Oleh karena itu Christian tidak berani mengklaim bahwa faktor rendahnya curah hujan menjadi satu - satunya penyebab kaisar terbunuh, masih banyak faktor lain yang menyebabkan kaisar Romawi kuno terbunuh.
Mungkin karena hal tersebut pula yang membuat profesor sejarah klasik di Yale University, Joseph Manning yang tidak terlibat dengan penelitian ini pada awalnya tidak langsung sependapat. Walaupun hipotesis tersebut dapat dikatakan menarik, namun ia mempertanyakan keakurasian data iklim tersebut dengan tanggal kasus pembunuhan kaisar Romawi dari awal kekaisaran di 27 SM sampai akhir di 476 Masehi.
[img]https://miro.medium.com/max/1188/0*0jHn48Tp5wC_FqUc.jpg[/img]
Hal tersebut juga didukung oleh Jonathan Conant yang merupakan profesor sejarah di Brown University yang juga tidak terlibat dengan penelitian ini, menurutnya sebagian besar pembunuhan terjadi pada abad ke-3 setelah Masehi.
Ia menyebutkan pada tersebut Romawi kuno sedang mengalami inflasi besar - besaran, wabah penyakit serta perang yang semuanya merugikan stabilitas kekaisaran, namun hipotesis tentang curah hujan dan pembunuhan kaisar juga menambah kompleksitas akan sejarah yang terjadi pada masa lampau.
Berbeda dengan zaman dahulu dimana pengetahuan dan teknologi belum berkembang seperti sekarang. Orang zaman dahulu belum bisa memprediksi kapan hujan akan turun atau kemarau akan melanda.
Di zaman sekarang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti satelit cuaca dan weather station (alat pemantau cuaca) akan sangat membantu dalam memantau kondisi iklim dan cuaca yang akan terjadi. (Baca Juga Disini Apa Itu Weather Station)
Bila kita dapat memprediksi kapan kemarau akan melanda maka kita dapat melakukan langkah antisipasinya seperti membuat sumur resapan atau meningkatkan produktivitas tanaman pangan untuk persediaan selama kemarau. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan pada zaman dahulu sehingga kita hanya dapat mengusulkan hipotesis melalui sebuah penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan atas apa yang terjadi di masa lampau.
:wagelaseh:wagelaseh:wagelaseh
Quote:
Jangan lupa ya gan : :rate5dan :cendolbig dan :sup: asal jangan :batabig
Sekian dari ane semoga trit ini bermanfaat buat agan sis semuanya, sampe ketemu lagi di pengetahuan lainnya tentunya di trit ukurdanuji
See U GAN :salamkenal