Kan'an
Friday, September 28, 2018
SIAPA tidak kenal Kan'an, seorang tertua pemimpin dan Nabi mulia Nuh alaihiasalam. Anak laki-laki tertua nabi di awal-awal kehidupan manusia di dunia itu terkenal karena kekuatan dan kegigihannya. Sayang kekuatan dan kegigihannya itu membuatnya sombong.
Dia tidak peduli seruan ayahanda untuk bergabung di jalan yang benar, justru mencari tempat berbeda yang disangkanya dapat menyelamatkannya. Dia masih menyangka ayahnya adalah orang gila yang tidak patut diikuti. Dia mengikuti sebagian orang yang menentang Nuh karena mengandalkan akal dan kekuatannya.
Mereka terus mengejek Nuh yang telah memberikan pemahaman ketauhidan kepada mereka selama 950 tahun. Hingga kemudian Nuh membuat bahtera, ejekan mereka makin maksimal dan penuh kesombongan. Mereka tidak menyangka zaman akan berubah dalam sesaat, era kering kerontang menjadi basah menenggelamkan.
Dalam Alquran dituliskan bunyi ucapan mereka yakni "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman". (QS Al-Qamar: 9).
Maka saat datang azab itu, mereka termasuk Kan'an masih berkukuh mencari perlindungan selain Tuhannya Nuh. Dan tenggelam lah mereka. "Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia". (QS Al-Ankabut: 15)
Kisah Kan'an dan ayahandanya itu sudah semestinya menjadi pelajaran dalam setiap perjalanan hidup individu, keluarga, kelompok, komunitas, bahkan bangsa dan antarbangsa. Jangan sampai anugerah Allah berupa kekuatan badan dan akal pikiran, justru mendatangkan musibah itu. Sebab, anugerah itu dimanipulasi iblis sehingga menumbuhkan benih kesombongan di hati manusia.
Apalagi menghadapi banjir permasalahan yang sudah mencapai hidung dan menyulitkan kita bernapas. Jangan saling menyalahkan, bergerak bersama mengayuh bahtera agar selamat hingga selesai banjir yang datang.
"Yang paling baik adalah bermusyawarah, akan dikemanakan laju bahtera. Barang yang bukan prioritas segera dilontarkan ke samudera sehingga semua dapat bertahan," kata Kacung yang duduk di beranda belakang membaca kisah Nabi Nuh.
"Iyo, Bang.... ojo sak gelem mu wae, ojo mentang-mentang. Eh... iki ngomong apa sih, Bang?" tanya Inem.
"Ai niku, Nem.... Ini loh saya masih berpikir jika jadi pemimpin harus faham mana prioritas saja, bukan memandang kepentingan sepihak. Justru yang dipimpin kacau balau," ujar Kacung.
"Akhirnya pemimpin dituduh sebagai pengadu domba, padahal adu domba itu adalah gaya musuh manusia. Seperti Nabi Nuh dan Kan'an yang diadu domba iblis laknat." Astagfirullahalazim....
Sumber lampost.co
http://www.lampost.co/berita-kan-an.html