
Bertualang ke Danau Toba kurang lengkap tanpa belajar sejarah Batak. Untuk itu, saya pun mengunjungi Kompleks TB Silalahi Center di Jalan Pagar Batu, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara.
Di kompleks ini, terdapat Museum TB Silalahi, area Rumah adat Batak, serta Museum Batak. Usai membayar tiket Rp10 ribu, saya pun berjalan memasuki kompleks museum yang diresmikan tahun 2008 ini.
Tak jauh dari pintu masuk, pemandangan pertama yang terlihat adalah patung seorang anak kecil di atas kerbau. Patung tersebut menggambarkan kehidupan masa kecil TB Silalahi sebagai penggembala kerbau.
Selain itu, juga ada patung TB Silalahi berseragam militer yang berdiri di samping seekor macan, juga ada helikopter dan tank.
Usai melihat-lihat patung di area luar, saya pun masuk ke Museum TB Silalahi. Dekat pintu masuk, pengunjung akan melihat foto-foto presiden RI, mulai dari Soekarno sampai Jokowi. Juga ada juga biografi singkat TB Silalahi.
Begitu masuk ke dalam museum, terdapat panel-panel yang menceritakan sejarah hidup serta perjalanan karier TB Silalahi.
Siapakah TB Silalahi?
Memiliki nama asli Tiopan Bernhard Silalahi, ia adalah mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan VI.
TB Silalahi membangun kompleks museum ini sebagai wadah untuk memotivasi generasi muda untuk terus meraih cita-cita dengan melihat pengalaman TB Silalahi, yang tertera dalam panel-panel di dinding museum.
Melangkah ke area selanjutnya, terdapat lemari-lemari dari kaca yang berisi benda pribadi milik TB Silalahi, seperti seragam, pangkat-pangkat di kemiliteran, bintang jasa, tanda kehormatan, ijazah, hingga kendaraan seperti mobil, sepeda, dan motor.
Baru beberapa menit di dalam museum, saya baru menyadari bahwa tak ada pengunjung lain siang itu. Lalu mata saya memandangi sekeliling museum. Ruangan museum agak gelap. Lampunya redup. Suasananya hening. Mendadak saya merinding.
Alih-alih melanjutkan berkeliling museum, saya kembali ke pintu masuk, berharap ada pengunjung lain atau pemandu wisata. Namun, yang ada hanya petugas pengecekan tiket. Saya pun meminta petugas tersebut menemani saya berkeliling museum.
Kembali ke dalam museum, kini saya melewati beberapa patung-patung yang berdiri di dalam lemari kaca. Patung tersebut ada yang menggunakan pakaian tradisional Batak dan seragam militer.
Pada bagian tengah ruangan, juga terdapat beberapa lemari kaca berisikan barang-barang milik TB Silalahi, seperti jam tangan, senjata api, hingga suvenir yang dibawa pulang dari kunjungan beliau ke luar negeri.
Menuju pintu keluar, terdapat ruang kerja TB Silalahi ketika menjabat sebagai menteri. Di ruangan yang mirip perpustakaan ini, terdapat lemari-lemari berisi buku koleksi pribadi serta meja dan kursi pada bagian tengah.
Museum Batak
Keluar dari Museum TB Silalahi, saya menuju Museum Batak. Dari luar, suasananya sudah terlihat berbeda dari museum sebelumnya. Benar saja, saat memasuki museum ini, konsepnya lebih modern. Ruangannya pun lebih luas dan terang.
Keseluruhan interior museum berwarna putih. Langit-langit dalam bangunan pun lebih tinggi dibandingkan museum sebelumnya. Hal ini yang membuat Museum Batak terasa lebih lega. Saya juga lebih menyukai bangunan Museum Batak karena lebih terang.
Pada bagian depan museum, terdapat diorama menggambarkan enam etnis Batak berupa relief dari perunggu. Ada Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Sedangkan di dalam museum, ada berbagai koleksi peninggalan sejarah masyarakat Batak, seperti i aksara Batak, berbagai patung, tongkat, artefak, senjata dan alat perang, mata uang, peralatan rumah tangga, pakaian adat, dan miniatur rumah adat.
Pada sebuah ruangan terpisah, terdapat diaroma perjuangan Sisingamangaraja XII dalam melawan Kolonial Belanda.
Dari dalam museum ini juga pengunjung bisa menikmati pemandangan Danau Toba.
Huta Batak
Perjalanan di Kompleks TB Silalahi Center belum berakhir. Masih ada satu area yang bisa dikunjungi yaitu Huta Batak. Memasuki tempat ini, saya serasa dibawa ke sebuah komplek perumahan, tetapi semuanya adalah rumah adat Batak.
Huta Batak di sini memang memiliki konsep perkampungan suku Batak zaman dahulu. Uniknya, keseluruhan rumah adat yang ada di sini adalah bangunan yang sudah berumur ratusan tahun dan disumbangkan oleh berbagai marga yang ada di kawasan Danau Toba untuk dititipkan dan dirawat di TB Silalahi Center.
Selain rumah adat Batak, ada yang menarik di area ini, yaitu pohon hariara, pohon khas Batak yang pada zaman dahulu dianggap sebagai pohon keramat. Di samping pohon hariara, ada replika makam batu untuk raja.