Sudah Bijakkah Kita Dalam Berkomentar?
Kita, sedang dijajah bangsa sendiri. Banyak orang yang sekarang lebih memilih menjudge seseorang tanpa melihat dari sudut yang lain, dari sisi yang lain. Terus terang saya sebagai warga Indonesia, cukup sedih terhadap pola pikir masyarakat yang cenderung menghakimi.
Jika ada seseorang salah lantas dihakimi, masyarakat seakan menutup mata dengan hal-hal lain yang tak kalah penting dari "kesalahan" orang tersebut. Misal, karena apa dia melakukan kesalahan? Hal apa yang membuat ia melakukan kesalahan? Apakah ada faktor lain yang menyebabkan ia melakukan kesalahan? Tapi seakan hal itu bukan hal yang penting, dan masyarakat justru tidak mau tahu. Itulah mengapa, kita bobrok dalam mengurusi urusan yang bukan urusan kita.
Saya pikir, kemajuan teknologi akan membuat orang-orang tergali kemampuan berpikir dan menganalisa sesuatu dari berbagai sudut. Sayangnya, saya salah menilai. Yang terjadi justru banyak orang yang berlomba-lomba menyuarakan hal yang mereka kira, "Saya benar tentang hal ini," padahal jelas salah. Kemampuan menghakimi masyarakat saya acungi jempol, karena sayapun sempat jadi sasaran penghakiman masyarakat hanya karena salah bicara di salah satu medsos. Begitu banyak balasan komentar yang saya yakin mereka menelan mentah-mentah tulisan saya tanpa berusaha melihat dari sisi yang lain dan menggali informasi dari sudut pandang yang lain. Sungguh sangat saya sayangkan. Itulah mengapa saya lebih memilih menutup beberapa akun medsos saya. Bukan karena saya takut, tapi karena saya miris melihat orang yang katanya berpendidikan justru menggunakan medsos dengan tidak bijak.
Bebas berkomentar bukan berarti bebas mencela dan menghakimi orang lain hanya karena merasa benar. Semoga pikiran yang saya suarakan kali ini tidak menyinggung pihak manapun, dan saya harap bisa lega mengeluarkan anak-anak pikiran yang selama ini terbelenggu di ruang pikir saya. Dan saya harap, masyarakat akan semakin pintar menggunakan teknologi, dengan tidak merendahkan diri sendiri dengan berkomentar tidak bijak. Semoga ini bisa jadi pembelajaran untuk kita semua.
Semarang, 16 September 2018.
Sepercik tulisan dari pikiran saya,
Chyntia Ayu.