Benarkah Merokok Dapat Menghilangkan Stres?

Benarkah Merokok Dapat Menghilangkan Stres?




Untuk sahabat yang merokok, pertanyaan diatas mungkin dapat dijawab dalam versi masing-masing. Apakah merokok benar-benar menghilangkan stres? Ataukah hanya sugesti semata?

"saya merokok untuk menghilangkan suntuk dan stres." (A, 18 tahun)

"menurut pengalaman saya sih, sisi positifnya ngilangin stres dan membuat kita tenang saja" (G, 18 tahun)

"faktor pendorong saya merokok awalnya adalah perasaan stres dan galau, jadi karena saya tidak tahu mau ngapainlagi ya sudah saya merokok saja."(H, 18 tahun)

Itulah beberapa tanggapan remaja tentang merokok. Namun, berlawanan dengan persepsi yang populer, merokok cenderung menambah stres atau kecemasan, sementara berhenti merokok justru dapat meredakan stres.

Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan Inggris mengukur tingkat kecemasan di hampir 500 perokok sebelum dan setelah mereka mencoba untuk menyerah dari rokok. Mereka menemukan bahwa klaim manfaat yang mengatakan nikotin bisa meredakan stres hanyalah sebuah mitos.

Satu dari lima orang mengatakan bahwa mereka merokok memang digunakan untuk membantu mengatasi stres. Semua partisipan tersebut mengambil bagian dalam program penghentian merokok dari National Health Service (NHS).

Enam bulan setelah mendaftar untuk program tersebut, sebanyak 68 dari 491 peserta masih berpantang merokok dan berhasil mengurangi rasa cemas ketimbang sebelumnya.

Namun, mereka yang menyerah dan gagal ternyata lebih stres ketimbang sebelumnya, demikian menurut temuan yang dipublikasikan dalam British Journal of Psychiatry.

"Keyakinan bahwa merokok bisa menghilangkan stres sudah pasti salah," ujar para peneliti dari Oxford Universitydan King's College London.

"Kebalikannya: merokok mungkin akan menyebabkan kecemasan dan perokok berhak untuk mengetahui hal ini, serta perlu memahami bagaimana pengalaman mereka sendiri bisa menyesatkan," tambah peneliti.

Nah, setelah mengetahui fakta diatas, apakah anda masih mengandalkan alasan menghilangkan stres untuk merokok? Lagipula, banyak hal positif lain yang jauh lebih efektif dibanding merokok dalam menghilangkan stres seperti berolah-raga, berdiskusi dengan teman, membentuk kelompok belajar, ikut kegiatan seni, dan lain-lain.

Di samping merokok dapat merusak diri sendiri, asap rokok juga mengganggu hubungan sosial antara perokok dan bukan perokok. Bagaimana tidak? Orang-orang yang mencium bau asap rokok pasti akan merasa sesak. Bahkan seperti yang kita ketahui orang yang menghirup asap rokok dari perokok adalah perokok pasif yang resiko nya tiga kali lebih besar. Tentu anda tidak ingin mencelakai orang-orang di sekitar anda bukan?

Untuk para remaja yang masih menginjakkan kaki di sekolah atau universitas, anda masih memiliki segudang tanggung jawab sebagai pelajar. Mungkin anda memiliki masalah dengan orang tua, sekolah,ulangan-ulangan, atau teman anda yang membuat anda berpikir untuk merokok sebagai pelarian. Belajarlah untuk mengelola stres anda. Sadarilah bahwa hampir tidak ada hal positif yang didapatkan dengan merokok. Lagipula sebagian uang yang anda gunakan untuk membeli rokok masih uang dari orang tua. Seharusnya dengan mengumpulkan uang yang pada awalnya untuk merokok bisa anda gunakan untuk membeli keperluan sekolah atau buku-buku yang bermanfaat.

Menurut saya, tidak sedikit orang yang mengetahui tentang bahaya rokok itu sendiri, tetapi perilaku tersebut nyaris tidak pernah berkurang. Tingkat toleransi dalam merokok itu masih sangat tinggi. Bahkan sebagian berusaha mencari-cari alasan untuk merokok yang jelas-jelas sangat berbahaya. Perilaku tersebut sama dengan merusak diri sendiri dengan menjadikan beberapa alasan sebagai tameng. Alangkah lebih baik bila pengetahuan yang kita dapatkan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan jangan lah mengesampingkan kesehatan anda demi kesenangan sesaat.

:beer:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel