Inilah 4 Perjanjian Investasi Tol di Tandatangani di Pertemuan IMF - World Bank
Sunday, October 14, 2018

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengungkapkan, minat investasi dalam proyek tol masih sangat tinggi. Hal itu terlihat dari jumlah kesepakatan kerja sama investasi jalan tol yang diteken di sela acara kegiatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018, di Nusa Dua, Bali.
Instrumen pembiayaan untuk berbagi risiko dilakukan melalui skema Kerja sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU). Karakter investasi jalan tol dengan tingkat pengembalian modal yang panjang di atas 30 tahun, tidak menyurutkan kepercayaan investor dan perbankan. Alasannya, prospek Indonesia dinilai masih positif dalam beberapa dekade ke depan.
Proses penandatanganan turut disaksikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, anggaran pembangunan infrastruktur di Kementerian PUPR dalam 4 tahun terakhir rata-rata Rp 105 triliun. Meski cukup besar, namun kebutuhan dan harapan masyarakat lebih besar lagi sehingga memerlukan alternatif pembiayaan lain diluar APBN, termasuk melalui skema investasi dan KPBU.
Dia menganggap, melalui pembangunan tol dengan skema KPBU, konektivitas antar wilayah akan lebih cepat tersambung dan manfaatnya lebih cepat. "Melalui KPBU InsyaAllah, proyek yang sudah dimulai akan selesai, karena tidak bergantung siklus APBN dan dapat diawasi oleh banyak pihak," ujar Menteri Basuki, seperti dikutip Jumat (12/10/2018).
Terdapat 4 perjanjian yang ditandatangani terkait investasi jalan tol. Pertama, antara PT Jasa Marga dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang menerbitkan instrumen investasi berupa Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Infrastruktur (KIK-Dinfra) senilai USD 112 juta, yang sekaligus merupakan Dinfra BUMN pertama di Indonesia.
Kedua, PT Jasa Marga juga menerbitkan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) bersama Bank Mandiri serta AIA, Taspen, Wana Artha, Allianz dan Indonesia Infrastruktur Finance (IIF) senilai USD 224 juta.
Berikutnya, kredit investasi senilai USD 523 juta dan Credit Default Swap (CDS) loan USD 392 juta dari Bank Mega kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk pembangunan ruas tol Pekanbaru - Dumai.
Terakhir, asset monetization senilai USD 336 juta oleh PT Hutama Karya dengan ICBC, MUFG, Permata Bank, dan SMI. Kelima kredit sindikasi USD 684 juta dan CDS loan USD 388 juta kepada Hutama Karya dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan PT SMI.
Spoiler for Sumber: