Mengapa Ratna Sarumpaet tidak takut ketawan berbohong?
Thursday, October 4, 2018
Saya tidak habis pikir.
Dan pasal itu sampai sekarang saya nggak tau mainnya gimana. Untuk perbandingan, di Amrik, kebebasan berbicara itu hampir full. Sebetulnya kebebasan berbicara di negara kita juga lumayan besar. Tau tau ada pihak yang pake hukum untuk menjerat Ahok. Sejak itu kedua belah pihak "maen hukum" untuk memberangus opini yang berseberangan.
Tapi coba pikir sebentar. Misal anda Ratna Sarumpaet. Anda bilang anda ke bandara. Lalu anda bersama 2 teman. Lalu ada konferensi. Masak polisi dan netizen yang jumlahnya jutaan nggak bakal nanya. Konferensi apa? Bandara apa? Mau kemana? Di rumah sakit mana?
Tau kalau sesuatu gampang terbukti bohong gitu, kok masih bohong?
Dan Prabowo? Sandy? Rachel? Kok segampang itu mereka percaya Ratna?
Ada sesuatu di Indo yang membuat kebohongan itu "effective".
Sering kali lebih berani yang bohong dari pada yang bener meskipun bohongnya benar benar jelas. Sering kali, yang akhirnya dipercaya oleh rakyat bukannya apa yang benar tetapi siapa yang lebih "ngotot" mempertahankan pendapatnya.
Perdana menteri bawa kijang ke istana lalu ngotot itu kuda. Kaisar tidak setuju. Ditanyalah para menteri, ini kuda atau kijang. Pejabat yang mengutarakan kebenaran kemudian dihukum mati dengan alasan yang dibuat buat. Matilah semua mentri yang setia pada kaisar dan perdana menterinya mau kudeta.
Di sini, meskipun si perdana menteri jelas bohong dan buktinya sedemikian jelasnya, tapi dia berani berbohong. Bukan karena dia yakin tidak ketawan. Sejelas itu pasti ketawan. Tetapi karena dia tahu bahkan orang tau sekalipun mereka tidak akan berani membantah.
Contoh orang seperti Zao Kao adalah Suharto. Jaman Suharto dulu kita pilih partai politik apa juga presidennya dia. Dan Suharto mengclaim dia dapat mandat rakyat. Ya jelas bohong. Tapi ada yang berani bilang itu bohong? Sekarang banyak. Dulu?
Orang yang berbohong dengan pintar bisa menghindari konsequensi negative dari kebohongannya.
Salah satu caranya adalah dengan berpura pura percaya kebohongan itu. Cara lain adalah dengan benar benar percaya suatu kebohongan.
Banyak orang bule jaman dulu benar benar percaya kalau mereka superior. Itu bisa dijadikan justifikasi untuk penjajahan mereka.
Mengapa betul betul percaya atau pura pura percaya suatu kebohongan bisa menguntungkan? Karena kalo salah tinggal minta maaf. Belaga bego ditipu.
Padahal kemungkinan besar mereka seperti Zao Kao. Bukannya mereka tidak tahu kalo suatu informasi salah. Mereka hanya berpikir kalo toh salah mereka bisa menghindari konsekwensi negative dari penyebaran hoax tersebut.
Apakah Wowo tau kalau Ratna bohong?
Kemungkinan besar iya. Dari awal terlalu banyak yang mencurigakan dari claim Ratna.
Ini juga bukan pertama kali Ratna membuat claim yang "fantastis"
Ratna, misalnya mengclaim https://news.detik.com/berita/422212...ari-bank-dunia ada uang 23 trilyun yang ditahan.
Tapi dalam kasus ini membuktikan dia mutlak salah susah. Bisa saja Bank Dunia "bohong". Ya well... Kalo mau jujur saya nggak percaya orang juga.
Ratna tidak menyangka kalau bukti akan sekuat itu. Mungkin kubu Wowo, yang sebetulnya sudah tahu kalo yang dikatakan Ratna tidak masuk akal dan kemungkinan besar ngaco. Tapi seperti claim bank Dunia itu. Membuktikan secara mutlak kalo ini ngaco susah. Selalu ada plausible deniability. Hasilnya nanti akan ada satu issue yang merong rong Jokowi yang majoritas masyarakat tidak akan pernah tau betul salahnya.
Mau contoh paling jelas orang ngenyel sesuatu yang ngaco meskipun mereka tau atau seharusnya tau itu ngaco? Lihat di sini ada produk asuransi dengan biaya 100 kali lipat dari harga wajar. Biayanya tidak ditulis jelas.
Ya wajar orang berpendapat ini scam. Mana ada orang mau beli barang dengan harga 100 kali lipat kalau mereka tau ada biaya sebesar itu.
Perusahaannya punya omset trilyunan dan dapat ijin OJK. Agen agen dan customer service mereka konon ngenyel ngotot kalau semua uang yang ditaruh diinvestasikan, ada investasi yang tidak bisa diambil dulu bla bla bla. Ternyata sesudah dianalisa, itu semua ngaco. Memang ada biaya besar. Customer yang beli produk itu pikir semua uang diinvestasikan dan ternyata majoritas uang yang ditaruh hilang untuk biaya.
https://www.kaskus.co.id/post/5b8c2e...e24ba7518b4568
Penipuan? Well... Yang bilang nipu yang bisa masuk penjara. Tentu saja perusahaannya cukup berhati hati untuk tidak mendiskusikan masalah ini di depan umum. Ada banyak kasus serupa. Tetapi di Indo, kita sudah terlalu terbiasa dengan ketidak jujuran. Yang seperti ini dianggap biasa.
Di Indonesia, menipu sering kali menguntungkan.
Dan saya tidak percaya undang undang anti hoax akan mengurangi itu semua. Yang ada adalah orang yang benar tidak berani mengungkapkan itu di depan publik. Takut yang expose yang dihukum, sama seperti kasus Zao Kao. Dan itu, bisa jadi yang diharapkan oleh Ratna dan teman temannya.
Barusan saya baca di grup pendukung Wowo. Masih ada saja pendukung Wowo yang ngenyel kalo Ratna ditekan untuk mengaku bohong. Masih mereka ngenyel kalo si Firza dan Rizieq nggak terlibat chat mesum (meskipun banyak bukti gambar). Masih mereka ngenyel kalo Ahok menuduh ulama bohong.
Dan you know what? Bukan mereka tidak tahu itu kemungkinan besar ngaco. Mereka pikir, kita tidak akan tahu. Mereka pikir mereka bisa menghindari konsequensi negative dari cerita mereka kalo toh nanti ada bukti mereka ngaco.
Masalahnya bukan mereka tidak curiga kalau claim mereka ngaco. Masalahnya adalah mereka pikir, on average, lebih untung mengutarakan claim itu dari pada tidak.
Lha bedanya dengan penipuan biasa apa?