Perceraian & KDRT Mata Rantai yang Berulang Part I
Saturday, October 6, 2018
Quote:
Quote:
Beberapa dari kita sering melihat atau bahkan menjadi korban entah itu perceraian atau Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau bahkan keduanya. Saya menemukan sebuah pola ironis yang kemudian saya baru ketahui bahwa pola tersebut semacam mata rantai yang mengikat.
Jadi jika diperhatikan mereka yang rumah tangganya berakhir dengan perceraian 80% adalah korban dari perceraian, begitu pun dengan mereka yang menjadi korban KDRT.
Quote:
Saya akan membahas dari sisi saya sebagai seorang praktisi, jika nantinya ada kesalahan dan tidak berkenan mohon dimaafkan.
Setiap tindakan memiliki sebab dan akibat, perceraian biasanya terjadi karena Ego dan perbedaan level serta latar belakang kehidupan.
Namun salah satu penyebab terbesar kegagalan rumah tangga adalah belum siap dalam membina sebuah rumah tangga, atau mereka yang menikah karena insiden (MBA). Belum mengenal pasangan secara mendalam sehingga tidak mengerti satu sama lain, ego menutupi komunikasi dua arah yang menyebabkan konflik berkepanjangan.
Penyebab masalah selanjutnya adalah berbeda level, sering kita memaksakan sesuatu yang sebenarnya bukan milik kita. Dan memang berbahsil namun dikemudian saat menjalankan akan ada banyak sekali halang rintang.
Cintanya menyatukan 2 pola pikir manusia untuk bergerak dalam sebuah ikatan, dalam membina sebuah ikatan yang paling sulit adalah menyamakan visi dan misi. Salah satu cara yang mudah untuk menyatukan dua buah pola pikir adalah dengan mencari pasangan yang levelnya sama.
Misal kamu lebih suka berhitung sedangkan pasangan mu lebih suka mengajar, kalian memang menyukai hal yang berbeda namun karena kalian memiliki level yang sama, kalian tetap setuju bahwa pendidikan itu penting.
Sementara apabila kamu dan pasangan mu memiliki level yang berbeda, dimana satu menganggap pendidikan formal itu penting dan yang lain nya menganggap pendidikan hidup A.K.A pengalaman lebih pantang, maka itu dapat menimbulkan permasalahan yang sifatnya berkepanjangan.
Setiap masalah harus memiliki solusi untuk diselesaikan, apabila tidak dapat menyelesaikan masalah maka bukan solusi lagi yang akan dicari, melainkan pelampiasan. Ini lah penyebab selingkuh, judi, alkohol hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Namun salah satu penyebab terbesar kegagalan rumah tangga adalah belum siap dalam membina sebuah rumah tangga, atau mereka yang menikah karena insiden (MBA). Belum mengenal pasangan secara mendalam sehingga tidak mengerti satu sama lain, ego menutupi komunikasi dua arah yang menyebabkan konflik berkepanjangan.
Penyebab masalah selanjutnya adalah berbeda level, sering kita memaksakan sesuatu yang sebenarnya bukan milik kita. Dan memang berbahsil namun dikemudian saat menjalankan akan ada banyak sekali halang rintang.
Cintanya menyatukan 2 pola pikir manusia untuk bergerak dalam sebuah ikatan, dalam membina sebuah ikatan yang paling sulit adalah menyamakan visi dan misi. Salah satu cara yang mudah untuk menyatukan dua buah pola pikir adalah dengan mencari pasangan yang levelnya sama.
Misal kamu lebih suka berhitung sedangkan pasangan mu lebih suka mengajar, kalian memang menyukai hal yang berbeda namun karena kalian memiliki level yang sama, kalian tetap setuju bahwa pendidikan itu penting.
Sementara apabila kamu dan pasangan mu memiliki level yang berbeda, dimana satu menganggap pendidikan formal itu penting dan yang lain nya menganggap pendidikan hidup A.K.A pengalaman lebih pantang, maka itu dapat menimbulkan permasalahan yang sifatnya berkepanjangan.
Setiap masalah harus memiliki solusi untuk diselesaikan, apabila tidak dapat menyelesaikan masalah maka bukan solusi lagi yang akan dicari, melainkan pelampiasan. Ini lah penyebab selingkuh, judi, alkohol hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Quote:
Setiap masalah harus memiliki solusi untuk diselesaikan, apabila tidak dapat menyelesaikan masalah maka bukan solusi lagi yang akan dicari, melainkan pelampiasan. Ini lah penyebab selingkuh, judi, alkohol hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Quote:
Dampak Psikis
Kekerasan dalam rumah tangan (KDRT) sangat berhubungan erat dengan perceraian, entah itu sebagai penyebab atau dampak.
Sehingga anak-anak kerap menjadi korban pelampiasan, kekerasan yang dilakukan lebih dari 21 hari maka akan menjadi sebuah pola pikir baru yang dipengaruhi oleh dasar psikis yang trauma dan mempengaruhi sudut pandang seseorang.
Psikis yang tertekan membentuk 2 buah pola kepribadian yaitu : Si Pemberani atau Si Pembrontak dan si penakut. Dua hal ini kemudian dipisahkan kembali berdasarkan jenis kelamin, hal ini berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang hingga orientasi seksual.
Dampak trauma pada pria akan membentuk 2 kepribadian yang menyinggung orientasi seksual : Feminis & Berandal.
Sama seperti pria dampak trauma terhadap wanita membentuk dua kepribadian yang menyinggung orientasi seksual.
Jika Pria rusak dia hanya akan merusak dirinya sendiri
Jika Wanita yang rusak, maka dia akan merusak generasi selanjutnya
Kekerasan dalam rumah tangan (KDRT) sangat berhubungan erat dengan perceraian, entah itu sebagai penyebab atau dampak.
Sehingga anak-anak kerap menjadi korban pelampiasan, kekerasan yang dilakukan lebih dari 21 hari maka akan menjadi sebuah pola pikir baru yang dipengaruhi oleh dasar psikis yang trauma dan mempengaruhi sudut pandang seseorang.
Psikis yang tertekan membentuk 2 buah pola kepribadian yaitu : Si Pemberani atau Si Pembrontak dan si penakut. Dua hal ini kemudian dipisahkan kembali berdasarkan jenis kelamin, hal ini berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang hingga orientasi seksual.
Dampak trauma pada pria akan membentuk 2 kepribadian yang menyinggung orientasi seksual : Feminis & Berandal.
Quote:
Feminis Pria
Mereka yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga bertahun-tahun dan memilih untuk pasrah tidak melawan, dan terbawa dalam kehidupan sosial dimana dia juga kerap menjadi korban penindasan baik verbal maupun non-verbal.
Kondisi kejiwaanya akan terganggu akan menyebabkan kehilangan jati diri, kemudian akan merasa kehidupan sebagai seorang pria terasa berat, lalu menganalogikan dirinya sebagai perempuan.
Setelah itu dia meyakini dirinya bahwa dia adalah perempuan.
Mereka yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga bertahun-tahun dan memilih untuk pasrah tidak melawan, dan terbawa dalam kehidupan sosial dimana dia juga kerap menjadi korban penindasan baik verbal maupun non-verbal.
Kondisi kejiwaanya akan terganggu akan menyebabkan kehilangan jati diri, kemudian akan merasa kehidupan sebagai seorang pria terasa berat, lalu menganalogikan dirinya sebagai perempuan.
Setelah itu dia meyakini dirinya bahwa dia adalah perempuan.
Quote:
Berandal
Ada beberapa orang yang menjadi korban KDRT namun melakukan perlawan, jika dia tidak mampu melawan dirumah maka orang-orang seperti akan melampiaskanya ketika berada diluar rumah.
Tipikal orang seperti ini memang kerap bertindak melanggar hukum seperti mencuri, berjudi, narkoba, perkelahian, hingga pembunuhan.
orang-orang seperti ini sukar dalam menyembunyikan apa yang dia rasakan, apapun yang membuat dia tidak nyaman akan langsung di ungkapkan tanpa memperdulikan orang tersebut tersinggung atau tidak.
Ada beberapa orang yang menjadi korban KDRT namun melakukan perlawan, jika dia tidak mampu melawan dirumah maka orang-orang seperti akan melampiaskanya ketika berada diluar rumah.
Tipikal orang seperti ini memang kerap bertindak melanggar hukum seperti mencuri, berjudi, narkoba, perkelahian, hingga pembunuhan.
orang-orang seperti ini sukar dalam menyembunyikan apa yang dia rasakan, apapun yang membuat dia tidak nyaman akan langsung di ungkapkan tanpa memperdulikan orang tersebut tersinggung atau tidak.
Sama seperti pria dampak trauma terhadap wanita membentuk dua kepribadian yang menyinggung orientasi seksual.
Quote:
Feminis Wanita
Kepribadian ini memiliki ego yang sangat tinggi dan tertutup namun juga disatu sisi dia sadar bahwa dia tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Maka dia akan mencari seseorang yang benar-benar mengerti dirinya dan mampu melindungi dirinya.
Dalam posisi seperti ini jati dirinya pun sedang terganggu, sehinga apapun dan siapapun yang mendekati (karena memang biasanya sulit untuk didekati), dan dia menerima serta orang tersebut bisa menjaganya. Siapapun !! itu dia akan terus berada disisinya.
Wanita selalu menggunakan perasaan ketimbang akal sehat
Kepribadian ini memiliki ego yang sangat tinggi dan tertutup namun juga disatu sisi dia sadar bahwa dia tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Maka dia akan mencari seseorang yang benar-benar mengerti dirinya dan mampu melindungi dirinya.
Dalam posisi seperti ini jati dirinya pun sedang terganggu, sehinga apapun dan siapapun yang mendekati (karena memang biasanya sulit untuk didekati), dan dia menerima serta orang tersebut bisa menjaganya. Siapapun !! itu dia akan terus berada disisinya.
Wanita selalu menggunakan perasaan ketimbang akal sehat
Quote:
Psychopat
Berbeda dengan pria yang selalu bersikap represif ketika emosi sedang tidak stabil, wanita selalu menyembunyikan perasaanya , mungkin lebih tepat memendam.
Lalu bertingkah seolah tidak ada apa-apa, dia adalah bomb waktu berjalan yang dibutuhkan untuk memicunya adalah tekanan yang lebih besar dan waktu yang tepat. Didasari oleh sakit hati dan berkepanjangan mereka siap menyerang dengan brutal dalam waktu yang tidak bisa diprediksi.
Orang-orang yang tertekan cenderung bertindak agresif untuk defensive dirinya sendiri, mereka bahkan tidak bisa membedakan kapan harus bertindak agresif kapan tidak, sehingga banyak orang-orang seperti ini menjadi lebih sensitive dengan gaya berbicara yang anarkis tanpa memikirkan perasaan orang lain (hilangnya simpati dan empati).
Berbeda dengan pria yang selalu bersikap represif ketika emosi sedang tidak stabil, wanita selalu menyembunyikan perasaanya , mungkin lebih tepat memendam.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis)
karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya
karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya
Lalu bertingkah seolah tidak ada apa-apa, dia adalah bomb waktu berjalan yang dibutuhkan untuk memicunya adalah tekanan yang lebih besar dan waktu yang tepat. Didasari oleh sakit hati dan berkepanjangan mereka siap menyerang dengan brutal dalam waktu yang tidak bisa diprediksi.
Orang-orang yang tertekan cenderung bertindak agresif untuk defensive dirinya sendiri, mereka bahkan tidak bisa membedakan kapan harus bertindak agresif kapan tidak, sehingga banyak orang-orang seperti ini menjadi lebih sensitive dengan gaya berbicara yang anarkis tanpa memikirkan perasaan orang lain (hilangnya simpati dan empati).
Quote:
Yang Penting Protest
Selain memiliki ego yang tinggi, orang-orang seperti ini cenderung memiliki sikap aneh. Apapun fakta dan pendapat seseorang mereka merasa memiliki kewajiban untuk protest atau tidak setuju, dan lucunya orang-orang seperti berstatement, dan saat orang lain setuju dan ikut menyuarakan statement yang jelas dari mulutnya, mereka pun ikut protest.
Quote:
Mencari yang hilang Vs Menjadi yang dicari
Perceraian dan KDRT menimbulkan rasa kehilangan, dimana peran orang tua yang sangat vital didapatkan secara maksimal.
Dan kecenderungan manusia ketika merasakan kehilangan adalah mencari yang hilang atau menjadi yang dicari.
Dua hal ini jika diteliti memiliki dasar yang sama seperti yang saya sebutkan diatas, yaitu karena rasa kehilangan. Karena pencarian ini lah membentuk dua dasar kepribadian yang baru.
Sebagian berubah menjadi peka dan sensitive serta melankolis, mereka yang memiliki kepribadian seperti ini cenderung tidak mampu bergerak sendiri karena merasa tidak percaya diri.
Dan untuk menutupi kekuranganya maka mereka akan Mencari yang Hilang.
Mencari kemana-mana sampai menemukan orang yang tepat, yang bisa menjadi figure pengganti orang tua yang selama ini hilang fungsi. Setelah menemukan mereka akan melakukan serangkaian test untuk mengungkap jati diri dan latar belakang keluarganya. Sambil melihat reaksi orang tersebut apakah dia akan pergi.
Setelah sekiranya orang tersebut lulus dari serangkaian test di berikan, lambat laun kemudian mulai mendekat setelah itu menggantungkan diri mereka, lalu memilikinya dengan segala jenis tuntutanya yang cenderung mencekik.
Ada juga sebagian orang yang justru menjadi cuek dan acuh kepada sekelilingya, baginya tidak ada yang penting di dunia ini. Menjalankan hidup layak nya ikan mati, mengikuti kemana arus air membawa.
Mereka larut dalam kehidupanya dan Menjadi yang di Cari.
Hari demi hari dilalui dengan kesepian namun jika ditanya apa yang dibutuhkan untuk menutupi rasa kesepian itu, dia sendiri pun tidak tau apa jawabanya.
Perceraian dan KDRT menimbulkan rasa kehilangan, dimana peran orang tua yang sangat vital didapatkan secara maksimal.
Dan kecenderungan manusia ketika merasakan kehilangan adalah mencari yang hilang atau menjadi yang dicari.
Dua hal ini jika diteliti memiliki dasar yang sama seperti yang saya sebutkan diatas, yaitu karena rasa kehilangan. Karena pencarian ini lah membentuk dua dasar kepribadian yang baru.
Sebagian berubah menjadi peka dan sensitive serta melankolis, mereka yang memiliki kepribadian seperti ini cenderung tidak mampu bergerak sendiri karena merasa tidak percaya diri.
Dan untuk menutupi kekuranganya maka mereka akan Mencari yang Hilang.
Mencari kemana-mana sampai menemukan orang yang tepat, yang bisa menjadi figure pengganti orang tua yang selama ini hilang fungsi. Setelah menemukan mereka akan melakukan serangkaian test untuk mengungkap jati diri dan latar belakang keluarganya. Sambil melihat reaksi orang tersebut apakah dia akan pergi.
Setelah sekiranya orang tersebut lulus dari serangkaian test di berikan, lambat laun kemudian mulai mendekat setelah itu menggantungkan diri mereka, lalu memilikinya dengan segala jenis tuntutanya yang cenderung mencekik.
Ada juga sebagian orang yang justru menjadi cuek dan acuh kepada sekelilingya, baginya tidak ada yang penting di dunia ini. Menjalankan hidup layak nya ikan mati, mengikuti kemana arus air membawa.
Mereka larut dalam kehidupanya dan Menjadi yang di Cari.
Hari demi hari dilalui dengan kesepian namun jika ditanya apa yang dibutuhkan untuk menutupi rasa kesepian itu, dia sendiri pun tidak tau apa jawabanya.
Quote:
Source : Etimologi Komunikasi