Perjuangan Anarkisme yang Tidak Mudah ~
Wednesday, October 10, 2018

Jika diselidiki lebih jauh lagi, peran media sangat besar terkait pemahaman anarkisme. Di mana media bisa dikatakan berhasil menggiring paradigma masyarakat dalam mengenal anarkisme. Banyak dikatakan bahwa anarkisme adalah hal destruktif, merusak, menghancurkan, dan lain-lain. Namun, apakah selama ini yang disuguhkan media itu benar?
Dalam hal ini, peran media—terutama televisi—bisa dikatakan gagal dalam memahami apa itu anarkisme. Lantas seperti apakah anarkisme itu? Apa yang sebenarnya diperjuangkan?
Sesederhana itulah KBBI dalam mendeskripsikan dan lumayan menjelaskan. Sedangkan, menurut penjelasan dari Alexander Berkman—seorang tokoh anarkis—dalam buku ABC Anarkisme, anarkisme ialah sebuah ajaran yang menganut pada kebebasan manusia sebagai individu dengan menentang adanya otoritas-otoritas yang berkuasa. Dengan adanya masyarakat bebas maka akan terciptanya sebuah tatanan kehidupan sosial yang paling rasional.
Sementara dari laman Anarkis.org dijelaskan secara sepintas tentang kaum anarkis yang memiliki cita-cita ingin bebas dari sebuah otoritas bernama negara. Hal lain juga dapat dilihat seperti musuh gerakan anarki adalah segala bentuk otoritas, maupun segala bentuk simbol otoritas. Bentuk otoritas bagi kaum anarkis sangat jelas, yaitu sebuah otoritas yang dimiliki oleh suatu negara modern. Semacam institusi yang berkuasa dan bersifat sewenang-wenang.
Anarkisme secara tidak langsung memang memiliki visi sosial tentang 'masyarakat alami', yakni suatu masyarakat swakelola yang mandiri dari para individual yang secara swadaya bahu-membahu membentuknya. Selain itu, dengan tujuan masyarakat bebas akan tercipta suatu tatanan sosial yang harmoni.
Seperti yang diucapkan oleh Mikhail Bakunin, bahwa "Aku bebas hanya ketika semua orang lain di sekelilingku—baik laki-laki maupun perempuan—sama-sama bebasnya."

( Young Mikhail bakunin )
Selanjutnya, selepas kita mengetahui penejelasan tersebut, lantas model atau bentuk tatanan kehidupan seperti apa yang ditawarkan oleh anarkisme?
Perlu dipahami sekali lagi. Bahwa anarkisme adalah sebuah ideologi yang memperjuangkan adanya kehidupan yang bebas tanpa paksaan, tanpa adanya sebuah otoritas. Di mana masyarakatnya dibangun dengan swakelola dan swadaya dalam mengelolanya.
Perlu dipahami sekali lagi. Bahwa anarkisme adalah sebuah ideologi yang memperjuangkan adanya kehidupan yang bebas tanpa paksaan, tanpa adanya sebuah otoritas. Di mana masyarakatnya dibangun dengan swakelola dan swadaya dalam mengelolanya.
Akan tetapi, di sini muncul kembali sebuah pertanyaan; ketika anarkisme menolak adanya sebuah otoritas, bukankah setiap individu mempunyai otoritas juga? Secara tidak langsung, kita—sebagai manusia—telah melakukan tindakan yang menyangkut otoritas orang lain, kadang dalam hal ini bisa bersifat paksaan.
Ketika, misalnya saja, saya mencoba menolong seseorang yang mau melakukan percobaan bunuh diri. Sedangkan, saya tidak berhak mengambil otoritas orang lain. Secara tidak langsung saya telah atau ada rasa ingin merebut otoritas orang lain. Dalam hal ini memang sangat susah untuk dipecahkan permasalahannya.
Akan tetapi, ketika anarkisme susah untuk diterapkan, bukan berarti kita tidak mendapatkan sebuah pelajaran dari aliran filsafat yang satu ini. Banyak hal yang bisa dipetik dari anarkisme.
Seperti halnya menciptakan masyarakat yang bebas tanpa paksaan dan tanpa otoritas. Perlu dipahami lagi, aliran filsafat yang satu ini mencoba merangkai suatu struktur kehidupan di mana manusia adalah sama, tidak ada yang beda. Tidak ada manusia yang menindas manusia satu dengan lainnya.
Ketika anarkisme melawan sebuah pemerintah atau negara yang berkuasa, karena di situ ada sebuah otoritas yang berkuasa. Dalam hal ini, sesuai pandangan filsafat anarkisme, ketika ada sebuah struktur yang berkuasa dan bersifat memerintah, maka anarkisme akan menghancurkannya.
Hal lain bisa dilihat dari segi historis perjalanan anarkisme. Di mana dalam Sidang Internasionale di Den Haag tahun 1872, orang-orang anarkis keluar sidang karena terjadi perdebatan yang panjang antara anarkisme dan marxisme. Orang anarkisme menolak gagasan yang ditawarkan oleh marxisme.
Marxisme yang diperkenalkan oleh Karl Marx mempunyai sebuah tujuan masyarakat tanpa kelas. Namun, dalam perjalanan ideologi ini, ketika suatu kelas telah berhasil diruntuhkan, maka akan terjadi bentuk kelas atau otoritas baru yang berkuasa. Contohnya terlihat pada penggulingan Tsar Alexander II di Rusia, di mana kemenangan Lenin dalam Revolusi Oktober 1917 seakan-akan membuktikan kesahihan sosialisme sebagai suatu praksis politik dibanding anarkisme. Namun, pada akhirnya kekuasaan Lenin yang bersifat totaliter pun akhirnya runtuh.

(Karl Marx Penceutus Marxisme )
Seperti kasus penggulingan Tsar Alexander II inilah yang dikritik oleh anarkisme kepada marxisme. Ketika suatu otoritas yang berkuasa telah berhasil dilengserkan, maka akan ada pembentukan suatu otoritas baru—meskipun dalam marxisme memperjuangkan masyarakat tanpa kelas.
Pada akhirnya, melihat pelbagai permasalahan dan perjuangan yang dihadapi oleh anarkisme memanglah tidak mudah. Sekali lagi, mari coba kita refleksikan seperti yang diucapkan oleh Mikhail Bakunin, "Aku bebas hanya ketika semua orang lain di sekelilingku—baik laki-laki maupun perempuan—sama-sama bebasnya."
Hal ini mengingatkan bahwa perjuangan anarkisme belum usai, karena manusia satu dengan yang lainnya masih saling menindas dan ditindas.
Sunardi
Editor: Riri Rahayu
Sumur ; http://bit.ly/2QE7LdD
Silakan Batanya gan...