Serem! Obati Kangen, Bocah Ini Usap Tengkorak Sang Ibu di Ritual Manene



MATA INDONESIA, JAKARTA – Hari itu tak tampak kesedihan dari raut wajah Rey. Bocah 13 tahun itu tampak gembira saat melihat kembali jasad sang ibu, Jenny Rongrean, yang meninggal sejak lima tahun lalu.


Pasti banyak yang mengatakan, "Kok bisa seorang bocah berani menyentuh mayat yang sudah terkubur selama lima tahun?"

Pertanyaan itu pasti langsung diacuhkan oleh Rey. Sebab lima tahun bukan waktu yang lama bagi seorang anak yang lama tak bertemu ibunya. Malah Rey terus berada di dekat peti berwarna keemasan yang jadi tempat bersemayam jasad ibunya.


Ia sesekali mengusap-usap tengkorak ibunya yang meninggal karena serangan jantung. Ya, Rey adalah salah satu anggota keluarga Rongrean yang sedang melakukan ritual manene alias "memandikan" jenazah leluhur. Bersama keluarga besarnya, Rey bersuka cita, tertawa, seperti sedang di dalam pesta, bahkan beberapa menyempatkan diri mengambil selfie dengan anggota keluarganya yang kini telah menjadi mumi.


Spoiler for Ritaual Manene:




Di momen inilah sesuai kepercayaan penduduk Toraja, yang hidup dan yang mati bersatu setelah sekian lama tak bersua. Seperti mengutip Vice, dalam ritual manene, para jenazah dikeluarkan dari patane—kuburan berbentuk rumah batu. Lalu dibersihkan serta dijemur oleh keluarga atau sanak saudara dari garis keturunan.


Usai membersihkan kuburuan dan jasad, keluarga dan warga desa duduk bersama mengadakan acara makan-makan. Prosesi manene sebetulnya sangat singkat. Hanya membutuhkan dua jam. Setelah dibersihkan, jenazah ditempatkan di kuburan baru.




Spoiler for Merinding Gan!!!:



Kini, ritual manene hanya dilakukan di beberapa daerah di Toraja Utara seperti di Rindingallo, Baruppu, dan Kapalla Pitu. Tepat pada bulan September lalu, untuk pertama kalinya setelah 42 tahun Desa Pamibak di Kecamatan Kapalla Pitu, Kabuptaen Toraja Utara, kembali melaksanakan ritual manene.


Ritual manene tersebut hasil keputusan musyawarah warga desa. Mereka memutuskan kembali melanjutkan tradisi yang lama tak digelar. Alhasil disepakati tiap tiga tahun sekali desa ini akan rutin menggelar Manene.


Tujuannya agar keluarga besar yang di perantauan bisa menjenguk Nene To'dolo (nenek moyang-red), sekaligus mempererat hubungan silahturahmi perantau dengan orang tua atau keluarga yang masih hidup atau sudah meninggal, sekaligus mempererat ikatan dengan kampung halamannya.



sumber

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel