Stop character assassination!
Friday, October 5, 2018

Quote:
***

Bekerja bersama-sama dengan sebuah tim, dimana masing-masing orang memiliki jalan pikiran yang jelas berbeda, merupakan tugas yang tak mudah. Dibutuhkan kepiawaian dari seorang leader, supaya perbedaan-perbedaan yang ada, menjadi iringan langkah satu irama demi terwujudnya tujuan bersama. Menyingkirkan sikap individual atau ego personal, dan ragam perbedaan lainnya yang kerap timbul dalam satu bahtera besar bernama perusahaan.
Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang bijak, yang bukan hanya menjadi corong, yang menyampaikan segala instruksi menejemen pusat secara leksikal. Mereka bertugas menjadi penyaring. Sehingga instruksi-instruksi yang menjadi kebijakan menejemen, dapat dipahami secara baik dan benar oleh karyawan lain tanpa mengurangi esensinya.
***
Dalam menjalankan tugas yang diemban pada pundak seorang leader, kerap memunculkan sikap kontraversi pada individu lain. Ada banyak faktor mengapa golongan ini, seakan memiliki jalan yang berseberangan. Salah satu diantaranya adalah sifat iri, lantas sifat ini kemudian bermetamorfosis menjadi dengki.
Ragam cara bisa ditempuh oleh mereka yang tersusupi perasaan iri dan dengki. Selain menjadi pembangkang secara diam-diam, tak jarang suara sumbang kelompok ini menjatuhkan moralitas orang lain demi tercapainya tujuan yang hendak mereka capai.
Mereka sanggup melakukan serangkaian narasi cerita dengan mengungkap sisi gelap orang yang dibenci. Pembunuhan karakter ini berlangsung sedemikian rupa sehingga pada puncaknya orang lain akan termakan oleh cerita yang sejak awal memang dirancangnya.
Dampak dari pembunuhan karakter pada diri seseorang bisa meruntuhkan wibawa dari orang tersebut. Selain ucapannya tak lagi dapat dijadikan sebagai panutan. Kondisi ini semakin bertambah buruk bila pembunuhan karakter ini menimpa pucuk pimpinan atau leader sebuah perusahaan, maka bisa dipastikan harga dirinya akan terjun bebas pada titik nadir terendah.
***

Lepas seminggu kejadian yang saya saksikan, setelah doa pagi selesai, apa yang menjadi ketakutan saya terjadi juga. Salah seorang supervisor, terlibat adu argumen dengan pimpinannya. Andai semua dilakukan dengan cara-cara bermartabat, tentu tidak akan menciptakan suasana tidak nyaman.
Suara keras dari masing-masing pihak, mengingatkan saya pada sebuah tempat yang dipenuhi dentuman musik keras, asap rokok, dan aroma khas alkohol. Tidak ada satupun yang bisa didengarkan. Dan, satu diantara mereka, adalah orang yang pernah saya lihat hadir pada perbincangan silam, di warung kopi, ketika pembunuhan karakter itu sedang berlangsung.
***

Perasaan suka atau tidak pada diri seseorang kepada orang lain sangat manusiawi. Ini sudah bagian dari kodrat manusia yang oleh kemurahan Tuhan, diberi hati dan perasaan.
Namun, meski hal ini sesuatu yang lazim, tidaklah etis menunjukkan rasa ketidaksukaan subyektif dengan melibatkan orang lain. Ini merupakan tindakan naif. Dalam berbagai kasus, rasa tidak suka yang dialami seseorang, biasanya akan diikuti dengan serangkaian cerita yang terlalu mendramatisir keadaan. Dengan cara itu, pelaku utama kasus ini seolah menabuh gendang yang lantas membuat orang sekelilingnya menari.
Oleh sebab itu, jangan biarkan ketidaksukaan ini menular kepada orang lain, yang belum tentu memiliki sikap yang sama. Perlu juga bersikap obyektif terhadap informasi apapun yang memasuki gendang telinga. Biasakan mencerna dengan akal sehat dan berjanji jujur sejak dari pikiran. Sehingga informasi yang yang penuh sesak melintas di sekitar, benar-benar kuat secara substansi dan berjangkar pada realitas yang memang diketahui sendiri secara langsung.
***
Belajar dari kejadian yang dialami oleh rekan saya, ekses negatif dari pembunuhan karakter memang sangat luarbiasa. Orang lain yang sesungguhnya tidak mengenal secara personal, menjadi sinis dan seakan berhak menghakimi seseorang hanya berdasarkan informasi sesat dari temannya.
Akibat dari fitnah yang berkelindan dan bergulir menjadi bola salju liar ini, menempatkan orang yang belum tentu bersalah harus menjadi pesakitan di depan orang lain. Padahal, belum tentu informasi yang selama ini mereka dengar, merupakan sebuah kebenaran dan mencerminkan watak orang tersebut secara keseluruhan.
Jika tak mampu berkata baik, setidaknya diam bisa dijadikan sebuah pilihan.
©Skydavee 2018
Sumber gambar: google