3 Upaya yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Perkembangan Esports Indonesia
Friday, November 9, 2018
Perhelatan Asian Games 2018 yang baru saja usai beberapa waktu lalu di Jakarta telah memberikan babak baru bagi perkembangan cabang olahraga electronic sports (esports).
Pagelaran olahraga terbesar se-Asia ini menorehkan sejarah baru dengan meresmikan cabang olahraga esports sebagai cabang olahraga eksibisi yang akan dikembangkan lebih lanjut sebagai cabang lomba definitif pada Asian Games mendatang dimana setiap medali akan dihitung sebagai perolehan sebagai cabang olahraga lainnya.
Tidak tanggung-tanggung, sebagaimana dilansir oleh bola.com, Ada 6 judul esports yang dipertandingkan di Asian Games 2018, yaitu Arena of Valor, Pro Evolution Soccer, League of Legends, Clash Royale, Heartstone, dan StarCraft 2. Pertandingan ini pun dihelat di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 26 Agustus hingga 1 September 2018.
Momentum ini tentu memberikan kesan khusus bagi Indonesia selaku tuan rumah Asian Games 2018. Kontigen olahraga Indonesia berhasilkan prestasi yang cukup menggembirakan di cabang olahraga esports.
Dilansir dari Tempo, Cabang olahraga esports yang berjudul Clash Royale di Asian Games 2018 telah dimenangkan oleh atlet Indonesia, Ridel Yesaya Sumarandak. Ridel meraih emas setelah mengalahkan atlet Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan skor 3-1. Tentu momentum ini bukanlah sekedar euphoria belaka demi pencitraan sesaat, terkhususnya bagi cabang esports.
1. Membuat kebijakan responsif
Perkembangan olahraga esports tentunya memerlukan campur tangan pemerintah selaku pemangku kepentingan paling krusial. Campur tangan yang dimaksud adalah terciptanya kebijakan pemerintah yang responsif guna mendukung perkembangan lanskap esports di Indonesia.
Kebijakan responsif adalah suatu terobosan kebijakan yang diambil pemerintah dalam memberikan respon atas kebutuhan masyarakat saat ini. Sebagaimana secara spesific, Oxford Bibliography menguraikan pengertian terminologi istilah tersebut sebagai berikut:
"Policy responsiveness is a goal of democratic government—that government action responds to the preferences of its citizens."
Terdapat beberapa hal yang patut menjadi bagian dari kebijakan responsif dimaksud. Pertama, momentum ini menjawab perdebatan kontemporer soal apakah esports adalah olahraga atau bukan. Menurut Ilham Bahrul, dilansir BBC News Undonesia, esports sebenarnya mirip sepak bola dalam hal membutuhkan kerja sama individu sekaligus kerja sama tim.
"Esports ini layak disebut sebagai sports juga karena ini membutuhkan latihan yang tekun, pelatih, dan dukungan semacam fasilitas," kata Ilham ketika ditemui BBC News Indonesia di kantornya di bilangan Jakarta Timur.
Ia pun mengaku lebih suka disebut sebagai atlet daripada gamer. Danny Buldansyah, juru bicara INASGOC melalui BBC News Indonesia, mengatakan esports mulai diikutsertakan karena merupakan "bagian dari olahraga modern yang banyak melibatkan kaum milenial, dan juga sports yang merupakan entertainment yang berkembang pesat di masyarakat."
2. Memberi apresiasi kontributif
Kita patut menyampaikan apresiasi kepada Kemenpora RI, bahwa meski hanya berstatus sebagai cabang eksebisi, esports Asian Games 2018 ternyata tidak luput dari perhatian Kemenpora RI. Raihan 1 medali emas dan 1 medali perak berturut-turut di judul esports Clash Royale dan Hearthstone membuat kontingen esports Indonesia didaulat untuk mendapatkan sertifikat dan kucuran uang bonus.
Bonus uang Rp 60 juta diberikan Menpora Imam Nahrawi kepada 2 atlet dan seorang pelatih di cabang yang meraih medali; dan sertifikat diberikan kepada seluruh anggota kontingen. Khusus untuk peraih medali emas di cabang Clash Royale, Ridel Sumarandak; pemberian bonus dan sertifikat diwakili oleh ketua Asosiasi e-Sports Indonesia (IeSPA), Eddy Lim.
3. Memberi dukungan jangka panjang
Sebagaimana cabang olahraga lainnya, bahwa setiap atlet tentu harus fokus pada pelatihan berkelanjutan yang memerlukan waktu panjang. Dilansir dari DailySocial, tidak sedikit dari atlet esports yang merupakan gamer profesional adalah para pemuda-pemudi dengan umur yang cukup muda.
Beberapa bahkan merelakan pendidikan formal mereka untuk mengejar impian. Pertanyaannya: seberapa jauh pemerintah akan mendukung mereka, dan akankah para atlet mendapatkan kesejahteraan yang layak seiring bertambahnya umur dan berkurangnya kemampuan?
Tentu persoalan ini memerlukan sikap berupa dukungan nyata dan kebijakan responsif dalam bentuk program pemerintah jangka panjang.
Sumber : esportsnesia.com
Baca Juga Hot Thread lainnya seperti :
1. 3 Pelajaran Kehidupan dari PUBG
2. 5 Atlet Esports Indonesia yang Go International
3. 4 Alasan Mengapa Esports Adalah Olahraga
4. 4 Aksi Kemanusiaan di Esports
5. Perspektif: Esports dan Hak Kekayaan Intelektual
6. Melirik Kesuksesan Game Battle Royale
7. Apakah Kita Butuh Kompetisi Esports Khusus Perempuan?
8. Kesehatan: Kunci Karir Jangka Panjang Atlet Esports
9. Cerita Manis Vainglory Bekasi Community, Komunitas Esports Muda di Tanah Jawa
10. Keramahtamahan AOV Surabaya Community
11. Pantaskah Esports Menjadi Cabang Olahraga di Olimpiade?
12. 3 Alasan Mengapa Mobile Esports Menjadi Tren
13. Ada Apa dengan Genre Real-Time Strategy?
14. Seksisme Dalam Industri Video Game
15. Potret Industri Esports Indonesia (Bagian 1)