5 fakta menarik dari masturbasi dan efek baik buruknya bila berhenti
Masturbasi merupakan kegiatan seseorang untuk memuaskan diri sendiri secara seksual. Kebutuhan seksual memanglah sudah menjadi kebutuhan biologis yang ada pada diri kita.
Quote:
Pro kontra persoalan masturbasi atau onani memang banyak sekali di temukan. Secara budaya dan norma agama, hal s putar ini, tabu untuk dibicarakan. Namun dalam dunia medis atau kesehatan, pembicaraan menyangkut hal ini, banyak kita bisa temukan dalam berbagai berita kesehatan dan forum pembicaraan.
Banyak orang menganggap, kebiasaan masturbasi merupakan suatu penyakit atau kesalahan, yang harus diatasi. Sebagian berpikir untuk stop sama sekali alias berhenti masturbasi. Walaupun, ditinjau dari medis, banyak para ahlinya mengatakan; masturbasi adalah hal normal, selama dilakukan secara higienis dan tidak berlebihan. Adanya pemikiran jika berhenti total masturbasi, mungkin memang adalah hal yang patut dilakukan. Namun ternyata, ada 5 kemungkinan unik ini yang akan terjadi ;
1. Kelebihan Konsentrasi Testosteron
Spoiler for ulasan:
Testoteron merupakan hormon yang mempengaruhi aktivitas dan hasrat seksual kaum pria. Orientasi seksualitas seorang lelaki dan ketertarikan terhadap lawan jenis, dipengaruhi oleh hormon ini. Hormon ini juga, merupakan kendali otonom terhadap produksi sel spermatozoa.
Dalam World Journal of Urology tahun 2001, ada studi yang menyatakan bahwa; pria yang berhenti masturbasi, memiliki konsentrasi hormon testosteron yang tinggi. Pernyataan tersebut dipublikasikan setelah melakukan penelitian atau uji coba serta pengamatan luar dalam, terhadap pria, yang tidak melakukan masturbasi selama 3 Minggu.
2. Mimpi basah
Spoiler for ulasan:
Mimpi basah bagi orang yang sudah dewasa pasti mengalami hal tersebut. Terutama kaum laki laki. Pada laki laki, mimpi basah juga menjadi pertanda bahwa ; ia, dinilai sudah dewasa. Dewasa secara biologis tentunya. Dalam agama disebut akil balig atau cukup umur.
Mimpi basah terjadi saat seseorang mengalami orgasme selagi tidur. Pria atau wanita, pada umumnya pasti pernah mengalaminya. Saat pria berhenti masturbasi dan tidak melakukan aktivitas penyaluran hasrat seksual, akan menyebabkan cairan itu menumpuk. Karena terus ada produksi sperma, maka testis bisa kepenuhan. Mimpi basah, pemicunya inilah salah satunya. Dunia medis menyebut istilah ; emisi nokturnal. Dalam bahasa sederhananya mungkin bisa kita sebut, pembuangan sesuatu yang berlebihan secara alami.
3. Peningkatan stres
Spoiler for ulasan:
Sebagian orang, terutama yang masih single alias jomblo, beranggapan bahwa masturbasi merupakan salah satu cara menghilangkan stres. Bahkan, dalam berita yang dikutip disini, (cek sumber berita) disebutkan bahwa; ada seorang karyawan di sebuah perusahaan yang berlokasi di negara Inggris, yang memiliki fakta unik tersendiri. Keunikannya adalah karena ia, dilaporkan memiliki hari cuti tersendiri, khusus untuk masturbasi. Gilee beneer. Mungkin stres dia kak Ema, begitulah gambaran kalimat yang pernah viral dahulu kala.
4. Meningkatnya resiko kanker prostat
Spoiler for ulasan:
Frekuensi seorang pria ejakulasi mempengaruhi tingkat resiko terkena kanker prostat. Hal tersebut dikemukakan dalam studi kesehatan dari jurnal European Urology. Semakin rutin dan teratur frekuensi pengeluaran atau ejakulasi pada pria, maka resiko kanker prostat akan makin menurun. Bagi pria yang sudah berumah tangga tentu memiliki keteraturan ejakulasi tanpa masturbasi. Namun bagi yang masih sendiri atau menduda, jika berhenti total untuk bermasturbasi, maka resiko kanker prostat tentunya akan meningkat.
5. Terhindar dari resiko cedera
Spoiler for ulasan:
Masturbasi yang liar dan brutal tentu dapat menyebabkan insiden cedera pada alat vital. Baik pria ataupun wanita punya resiko cedera tersebut. Berhenti melakukan masturbasi tentu saja menghilangkan resiko cedera tersebut. Lecet dan lebam pada Miss V wanita atau patah pada Mr P pria, secara otomatis akan minim, bila tidak melakukan masturbasi.
Demikianlah 5 fakta menarik dari minus dan plus, bila seseorang berhenti masturbasi. Artikel ini bersumber dari Detikhealth Dan ditulis ulang oleh arbib Kaskus 2018.
