5 Kali Disney Mencoba untuk Meluncurkan Franchise Film dan Gagal
Thursday, November 22, 2018
Disney adalah salah satu studio terbaik jika berbicara tentang membuat sebuah franchise. Sungguh luar biasa jika menilik berapa banyak properti mereka yang mempunyai setidaknya satu sekuel, dan berapa banyak dari franchise itu yang dibuat ulang (remake) selama bertahun-tahun.
Ada lebih banyak film Flubber dan Love Bug daripada yang mungkin Anda pikirkan dan kita tidak perlu membahas betapa banyak film Air Bud yang pernah dibuat. Bahkan ide-ide yang relatif kecil ini menjadi waralaba yang lebih besar seiring berjalannya waktu. Terkadang, franchise ini ada karena keberhasilan film pertamanya, tetapi pihak studio juga sering membuat proyek yang diharapkan untuk meraup lebih banyak. Sejak Disney menambahkan subtitle kedalam film Pirates of the Caribbean yang pertama, kita sudah dapat mencium aroma kesuksesan waralaba tersebut.
Namun, bahkan yang terbaik di bidangnya sekalipun sesekali bisa membuat kesalahan. Terkadang ide waralaba ini tidak berhasil. Ada saat-saat ketika Disney berpikir mereka memiliki properti film terbaik yang akan datang, tetapi sebaliknya, berakhir di satu film, dan bahkan tidak bisa dibilang sukses. Berikut adalah lima contoh franchise yang bahkan tidak bisa diwujudkan oleh perusahaan raksasa Walt Disney.
[hr]
[hr]
Terlihat jelas sejak awal bahwa Disney memiliki rencana besar untuk film The Lone Ranger. Film ini membawa para penulis, sutradara, dan bintang franchise Pirates of the Caribbean untuk film aksi petualangan lainnya yang hanya mengganti tema bajak laut klasik dengan koboi Amerika. Selain itu, seperti film Pirates, film ini berdasarkan properti yang setidaknya pernah didengar oleh orang sebelumnya.
Pada akhirnya, The Lone Ranger menjadi bukti bahwa mendapat durian runtuh dua kali berturut-turut tidak mudah. Film ini memiliki biaya produksi yang sangat mahal dan dengan demikian, sudah harus berjuang secara finansial sejak awal. Ada banyak alasan potensial untuk hal ini, salah satunya adalah performa Johnny Depp sebagai Tonto yang terlalu berlebihan. Yang kedua adalah kurangnya peminat terhadap budaya barat modern. Fakta bahwa The Lone Ranger, sebagai sebuah nama, sudah tidak beresonansi seperti dulu merupakan faktor terbesar. Sejujurnya, saya pikir film ini tidak seburuk yang dipikirkan banyak orang. Klimaks adegan action di kereta sebenarnya cukup bagus. Namun jelas, kurang banyak peminat untuk membuat sekuelnya terwujud.
[hr]
[hr]
Peristiwa The Lone Ranger seharusnya tidak pernah terjadi apabila Disney belajar dari kesalahan yang sama beberapa tahun sebelumnya. Kembali pada tahun 2010, pihak studio mengajak sutradara dan bintang dari film popular National Treasure dan membawa mereka kembali untuk membuat film berdasarkan karakter terkenal lainnya, The Sorcerer's Apprentice. Meskipun film itu pada dasarnya tidak berhubungan dengan segmen dari Fantasia yang diketahui para penggemar Disney, kecuali satu adegan yang melibatkan sapu, tampaknya ini adalah upaya untuk mengubah nama itu menjadi sebuah franchise action baru.
The Sorcerer's Apprentice sangat ingin menjadi sebuah franchise hingga bahkan memiliki post-credit scene agar membuka jalan bagi film selanjutnya yang justru tidak pernah terjadi. 2010 tampaknya menjadi titik dimana Nicholas Cage mulai bertransisi dari headliner Hollywood menjadi "pria sedikit gila yang akan membintangi film apa saja." Apakah kurangnya resepsi box-office yang didapat The Sorcerer's Apprentice menjadi penyebabnya atau efek dari perubahan Cage tidak ada yang tahu pasti. Pada akhirnya, film ini tidak terlalu menarik dan jelas bukan film yang membuat Anda menginginkan lebih banyak.
[hr]
[hr]
Umumnya, jika Anda menambahkan subtitle kedalam film, dan film itu bukan sekuel itu sendiri, maka alasan yang masuk akal adalah karena Anda berharap dapat membuat film lain dengan judul yang sama di masa depan. Fakta bahwa film ini berdasarkan reboot video game dengan judul The Sands of Time, dan bukan video game orisinil Prince of Persia dari tahun 1980, benar-benar tidak relevan dengan film Anda.
Jika Anda ingat sama sekali bahwa ada yang membuat film berdasarkan serial video game Prince of Persia, Anda mungkin tidak ingat bahwa film tersebut dibuat oleh Disney. Meskipun sebenarnya ini adalah salah satu film adaptasi video game yang cukup bagus, jelas tidak menarik cukup banyak minat untuk membuat sekuelnya. Apakah mungkin karena mereka memerankan Jake Gyllenhall sebagai karakter yang seharusnya adalah pria Persia ? Film ini menjadi pendapatan terburuk Disney dalam Memorial Day Weekend box office hingga saat ini, dan itu jelas tidak akan mendapatkan Anda sebuah sekuel.
[hr]
[hr]
Jika keberhasilan Disney dalam mengubah atraksi taman hiburan menjadi film yang sukses pada dasarnya dimulai dan berakhir dengan serial Pirates of the Caribbean, upaya Disney dalam mengulang hal itu tak pernah berakhir. Itulah yang terjadi ketika Tomorrowland menggebrak layar lebar.
Meskipun Tomorrowland tidak terdengar asing, tadinya itu merupakan proyek sebagai area di Disneyland dan Walt Disney World yang menggunakan nama yang tidak memiliki ceritanya sendiri. Film ini dibintangi Britt Robertson dan George Clooney dan membayangkan sebuah kota progresif dan futuristik dimana semua ide luar biasa bekerja sama untuk kebaikan bersama.
Film ini terinspirasi oleh ide-ide futuristik Walt Disney yang ditunjukkan dengan kreasinya menciptakan Tomorrowland, tetapi masa depan dari film itu sendiri jauh dari optimisme.
[hr]
[hr]
Sebuah konsekuensi dari aturan diatas tentang memasukkan subtitle kedalam film Anda adalah bahwa jika Anda membuat film berdasarkan buku pertama dari serial yang sudah lama berjalan, setidaknya Anda menyadari bahwa ada kemungkinan anda membuat film dari buku-buku lainnya juga. Anda tidak akan mengubah Princess of Mars menjadi John Carter, jika tidak berpikir akan melanjutkan ceritanya.
Secara pribadi, saya menyukai John Carter dan berharap film ini cukup sukses agar sekuel-sekuel lanjutannya dibuat, tetapi saya termasuk minoritas dalam hal ini. Padahal buku John Carter of Mars karangan Edgar Rice Burroughs termasuk salah satu cerita science fiction yang paling populer di eranya, faktanya mereka tidak terlalu populer di masa ini, dan sebuah film dengan judul membosankan seperti John Carter tidak akan mampu menarik mereka yang tidak mengenal nama itu.
John Carter sebetulnya tidak bisa dibilang gagal, menghasilkan hampir $300 juta di seluruh dunia. Jika bukan karena biaya produksi yang mahal, mungkin kita dapat melihat kelahiran franchise ini, dan bahkan ada desas-desus tentang kelanjutan dari film ini, meskipun sulit untuk mempercayai rumor tersebut.
SUMBER: Jokermovie.Club
INSTAGRAM: @jokermovie.club
BACA JUGA: Serial TV Deadly Class dari Russo Brothers
Ada lebih banyak film Flubber dan Love Bug daripada yang mungkin Anda pikirkan dan kita tidak perlu membahas betapa banyak film Air Bud yang pernah dibuat. Bahkan ide-ide yang relatif kecil ini menjadi waralaba yang lebih besar seiring berjalannya waktu. Terkadang, franchise ini ada karena keberhasilan film pertamanya, tetapi pihak studio juga sering membuat proyek yang diharapkan untuk meraup lebih banyak. Sejak Disney menambahkan subtitle kedalam film Pirates of the Caribbean yang pertama, kita sudah dapat mencium aroma kesuksesan waralaba tersebut.
Namun, bahkan yang terbaik di bidangnya sekalipun sesekali bisa membuat kesalahan. Terkadang ide waralaba ini tidak berhasil. Ada saat-saat ketika Disney berpikir mereka memiliki properti film terbaik yang akan datang, tetapi sebaliknya, berakhir di satu film, dan bahkan tidak bisa dibilang sukses. Berikut adalah lima contoh franchise yang bahkan tidak bisa diwujudkan oleh perusahaan raksasa Walt Disney.
[hr]
1. The Lone Ranger
[hr]
Terlihat jelas sejak awal bahwa Disney memiliki rencana besar untuk film The Lone Ranger. Film ini membawa para penulis, sutradara, dan bintang franchise Pirates of the Caribbean untuk film aksi petualangan lainnya yang hanya mengganti tema bajak laut klasik dengan koboi Amerika. Selain itu, seperti film Pirates, film ini berdasarkan properti yang setidaknya pernah didengar oleh orang sebelumnya.
Pada akhirnya, The Lone Ranger menjadi bukti bahwa mendapat durian runtuh dua kali berturut-turut tidak mudah. Film ini memiliki biaya produksi yang sangat mahal dan dengan demikian, sudah harus berjuang secara finansial sejak awal. Ada banyak alasan potensial untuk hal ini, salah satunya adalah performa Johnny Depp sebagai Tonto yang terlalu berlebihan. Yang kedua adalah kurangnya peminat terhadap budaya barat modern. Fakta bahwa The Lone Ranger, sebagai sebuah nama, sudah tidak beresonansi seperti dulu merupakan faktor terbesar. Sejujurnya, saya pikir film ini tidak seburuk yang dipikirkan banyak orang. Klimaks adegan action di kereta sebenarnya cukup bagus. Namun jelas, kurang banyak peminat untuk membuat sekuelnya terwujud.
[hr]
2. The Sorcerer's Apprentice
[hr]
Peristiwa The Lone Ranger seharusnya tidak pernah terjadi apabila Disney belajar dari kesalahan yang sama beberapa tahun sebelumnya. Kembali pada tahun 2010, pihak studio mengajak sutradara dan bintang dari film popular National Treasure dan membawa mereka kembali untuk membuat film berdasarkan karakter terkenal lainnya, The Sorcerer's Apprentice. Meskipun film itu pada dasarnya tidak berhubungan dengan segmen dari Fantasia yang diketahui para penggemar Disney, kecuali satu adegan yang melibatkan sapu, tampaknya ini adalah upaya untuk mengubah nama itu menjadi sebuah franchise action baru.
The Sorcerer's Apprentice sangat ingin menjadi sebuah franchise hingga bahkan memiliki post-credit scene agar membuka jalan bagi film selanjutnya yang justru tidak pernah terjadi. 2010 tampaknya menjadi titik dimana Nicholas Cage mulai bertransisi dari headliner Hollywood menjadi "pria sedikit gila yang akan membintangi film apa saja." Apakah kurangnya resepsi box-office yang didapat The Sorcerer's Apprentice menjadi penyebabnya atau efek dari perubahan Cage tidak ada yang tahu pasti. Pada akhirnya, film ini tidak terlalu menarik dan jelas bukan film yang membuat Anda menginginkan lebih banyak.
[hr]
3. Prince of Persia: The Sands of Time
[hr]
Umumnya, jika Anda menambahkan subtitle kedalam film, dan film itu bukan sekuel itu sendiri, maka alasan yang masuk akal adalah karena Anda berharap dapat membuat film lain dengan judul yang sama di masa depan. Fakta bahwa film ini berdasarkan reboot video game dengan judul The Sands of Time, dan bukan video game orisinil Prince of Persia dari tahun 1980, benar-benar tidak relevan dengan film Anda.
Jika Anda ingat sama sekali bahwa ada yang membuat film berdasarkan serial video game Prince of Persia, Anda mungkin tidak ingat bahwa film tersebut dibuat oleh Disney. Meskipun sebenarnya ini adalah salah satu film adaptasi video game yang cukup bagus, jelas tidak menarik cukup banyak minat untuk membuat sekuelnya. Apakah mungkin karena mereka memerankan Jake Gyllenhall sebagai karakter yang seharusnya adalah pria Persia ? Film ini menjadi pendapatan terburuk Disney dalam Memorial Day Weekend box office hingga saat ini, dan itu jelas tidak akan mendapatkan Anda sebuah sekuel.
[hr]
4. Tomorrowland
[hr]
Jika keberhasilan Disney dalam mengubah atraksi taman hiburan menjadi film yang sukses pada dasarnya dimulai dan berakhir dengan serial Pirates of the Caribbean, upaya Disney dalam mengulang hal itu tak pernah berakhir. Itulah yang terjadi ketika Tomorrowland menggebrak layar lebar.
Meskipun Tomorrowland tidak terdengar asing, tadinya itu merupakan proyek sebagai area di Disneyland dan Walt Disney World yang menggunakan nama yang tidak memiliki ceritanya sendiri. Film ini dibintangi Britt Robertson dan George Clooney dan membayangkan sebuah kota progresif dan futuristik dimana semua ide luar biasa bekerja sama untuk kebaikan bersama.
Film ini terinspirasi oleh ide-ide futuristik Walt Disney yang ditunjukkan dengan kreasinya menciptakan Tomorrowland, tetapi masa depan dari film itu sendiri jauh dari optimisme.
[hr]
5. John Carter
[hr]
Sebuah konsekuensi dari aturan diatas tentang memasukkan subtitle kedalam film Anda adalah bahwa jika Anda membuat film berdasarkan buku pertama dari serial yang sudah lama berjalan, setidaknya Anda menyadari bahwa ada kemungkinan anda membuat film dari buku-buku lainnya juga. Anda tidak akan mengubah Princess of Mars menjadi John Carter, jika tidak berpikir akan melanjutkan ceritanya.
Secara pribadi, saya menyukai John Carter dan berharap film ini cukup sukses agar sekuel-sekuel lanjutannya dibuat, tetapi saya termasuk minoritas dalam hal ini. Padahal buku John Carter of Mars karangan Edgar Rice Burroughs termasuk salah satu cerita science fiction yang paling populer di eranya, faktanya mereka tidak terlalu populer di masa ini, dan sebuah film dengan judul membosankan seperti John Carter tidak akan mampu menarik mereka yang tidak mengenal nama itu.
John Carter sebetulnya tidak bisa dibilang gagal, menghasilkan hampir $300 juta di seluruh dunia. Jika bukan karena biaya produksi yang mahal, mungkin kita dapat melihat kelahiran franchise ini, dan bahkan ada desas-desus tentang kelanjutan dari film ini, meskipun sulit untuk mempercayai rumor tersebut.
SUMBER: Jokermovie.Club
INSTAGRAM: @jokermovie.club
BACA JUGA: Serial TV Deadly Class dari Russo Brothers