Beberapa Hal Menarik Tentang Mantar, Negeri di Atas Awan
Thursday, November 22, 2018
Sumber
Perjalanan ke Mantar, Sumbawa barat bersama teman-teman Adventurous Sumbawa begitu berkesan. Kami naik motor beramai-ramai dari Sumbawa Besar, menempuh jarak kurang lebih 120 km. Kemudian motor kami titipkan di rumah warga sebelum menyewa mobil yang secara khusus membawa penumpang naik ke Mantar dengan sudut elevasi jalan lebih dari 45 derajat. Ditambah lagi jalannya tidak mulus, berbatu-batu, dan tidak memiliki pelindung di bahu jalan. Sekali terpeleset, salah mengegas, kita bisa langsung terjun bebas ke jurang-jurang.
Ada beberapa hal terkait Mantar yang harus kamu ketahui. Berikut beberapa di antaranya:
KETINGGIAN MANTAR
Mantar memiliki ketinggian kurang lebih 660 kaki di atas permukaan laut. Dari Puncak Mantar, kita dapat menyaksikan puncak Gunung Rinjani (yang luar biasa bila dilihat saat matahari mulai terbenam) dan Gunung Tambora (yang luar biasa bila dilihat saat matahari baru terbit).
Mantar dan Serdadu Kumbang
Mantar menjadi tempat syuting film Serdadu Kumbang garapan Ari Sihasale. Film yang bercerita tentang tiga anak dengan kondisi miskin tapi tidak pernah menyerah dalam menggapai cita-citaitu menampilkan banyak sisi cantik Mantar: alam, budaya, dan profesi penduduk yang sebagian sebagai penyuling emas.
Mitos Albino di Mantar
Kon, di Mantar akan selalu ada 7 orang albino. Hanya tujuh. Setiap satu albino meninggal, satu albino lain akan lahir. Namun, karena penyebaran penduduk asli Mantar yang sudah beragam, keberadaan ketujuh albino ini masih misteri.
Ada beberapa versi cerita kenapa hanya ada 7 albino di Mantar. Versi pertama mengatakan nenek moyang penduduk mantar memang berasal dari sejumlah suku bangsa seperti Portugis, Jerman, Arab dan sebagian orang Gresik Jawa Timur. Awalnya ada sebuah kapal pedagang cina di abad 16 yang membawa puluhan orang dari suku bangsa tersebut, namun saat melewati selat alas sumbawa, kapal karam dan terdampar. Para penumpang kapal itu terpaksa menetap di Desa Kuang Buser dan Tuananga. Kemudian mereka mendaki lereng bukit yang tak jauh dari Selat Alas Sumbawa dan akhirnya menetap di pucak bukit di atas permukaan laut yang dinamakan Mount Tarry. Entah bagaimana ceritanya, kini tempat tersebut menjadi Desa Mantar. Jadi, bukan karena albino, memang keturunan rambut pirang.
Versi kedua, dahulu ada 7 suku bangsa sebagai nenek moyang penduduk desa Mantar. Sehingga sampai sekarang hanya boleh 7 orang albino yang hidup, sebagai simbolisasi yang mewakili asal-usul nenek moyang mereka. Versi ketiga menyebutkan tujuh albino muncul saat leluhur penduduk mantar asal Gresik bernama abdulrahman sebelum meninggal berpesan bahwa hanya boleh ada 7 albino di desanya. Sejak itu lah setiap muncul bayi albino ke delapan, maka salah satu dari albino yang hidup akan meninggal dunia.
Mantar, Negeri di Atas Awan
Hamparan lembah hijau di kaki bukit yang menakjubkan bisa kita lihat dari puncak Mantar. Pulau-pulau kecil di sekitarnya yang bertebaran dan terhubung dengan lautan menjadi lanskap sempurna. Pulau Kenawa, Pulau Mendaki, Pulau Paserang, Pulau Belang, Pulau Ular, Pulau Nako dan Pulau Kalong. Lalu bila beruntung, kamu bisa saksikan awan-awan berkumpul di bawah kakimu. Sehingga Mantar dijuluki Negeri di Atas Awan.
Mantar, Spot Paralayang
Kamu berani naik Paralayang? Kamu bisa terbang di atas Mantar, melaju bersama angin dan menikmati pemandangan. Landasan Paralayang Mantar merupakan salah satu spot terbaik, selain di Palu Sulawesi Tengah. pada tahun 2017, diadakan ajang Mantar Paragliding XC Open yang ketiga pada 18-24 Juli 2017, yang mempertemukan atlet lokal dan mancanegara perwakilan Asia hingga Eropa.
Bagaimana Caranya ke Mantar?
Kalau dari Jakarta, naik pesawat sampai Lombok. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan kurang lebih 1 jam dari bandara Praya ke Pelabuhan Kayangan. Penyeberangan dengan menggunakan feri memakan waktu kurang lebih 2 jam. Dan dari Pelabuhan Poto Tano, lanjut lagi sampai Taliwang. Perjalanan ke Mantar butuh waktu selama 1 jam tadinya. Kabarnya, kini hanya butuh waktu 30 menit. Kalau ingin menginap, bisa mengandalkan rumah-rumah penduduk yang berfungsi juga sebagai homestay. Jangan lupakan juga menginap di atas Mantar untuk merasakan dinginnya udara puncak bukit Mantar.
Jadi, kapan mau ke Mantar?
Sumber:
http://catatanpringadi.com/perjalana...sumbawa-barat/
Perjalanan ke Mantar, Sumbawa barat bersama teman-teman Adventurous Sumbawa begitu berkesan. Kami naik motor beramai-ramai dari Sumbawa Besar, menempuh jarak kurang lebih 120 km. Kemudian motor kami titipkan di rumah warga sebelum menyewa mobil yang secara khusus membawa penumpang naik ke Mantar dengan sudut elevasi jalan lebih dari 45 derajat. Ditambah lagi jalannya tidak mulus, berbatu-batu, dan tidak memiliki pelindung di bahu jalan. Sekali terpeleset, salah mengegas, kita bisa langsung terjun bebas ke jurang-jurang.
Ada beberapa hal terkait Mantar yang harus kamu ketahui. Berikut beberapa di antaranya:
KETINGGIAN MANTAR
Mantar memiliki ketinggian kurang lebih 660 kaki di atas permukaan laut. Dari Puncak Mantar, kita dapat menyaksikan puncak Gunung Rinjani (yang luar biasa bila dilihat saat matahari mulai terbenam) dan Gunung Tambora (yang luar biasa bila dilihat saat matahari baru terbit).
Mantar dan Serdadu Kumbang
Mantar menjadi tempat syuting film Serdadu Kumbang garapan Ari Sihasale. Film yang bercerita tentang tiga anak dengan kondisi miskin tapi tidak pernah menyerah dalam menggapai cita-citaitu menampilkan banyak sisi cantik Mantar: alam, budaya, dan profesi penduduk yang sebagian sebagai penyuling emas.
Mitos Albino di Mantar
Kon, di Mantar akan selalu ada 7 orang albino. Hanya tujuh. Setiap satu albino meninggal, satu albino lain akan lahir. Namun, karena penyebaran penduduk asli Mantar yang sudah beragam, keberadaan ketujuh albino ini masih misteri.
Ada beberapa versi cerita kenapa hanya ada 7 albino di Mantar. Versi pertama mengatakan nenek moyang penduduk mantar memang berasal dari sejumlah suku bangsa seperti Portugis, Jerman, Arab dan sebagian orang Gresik Jawa Timur. Awalnya ada sebuah kapal pedagang cina di abad 16 yang membawa puluhan orang dari suku bangsa tersebut, namun saat melewati selat alas sumbawa, kapal karam dan terdampar. Para penumpang kapal itu terpaksa menetap di Desa Kuang Buser dan Tuananga. Kemudian mereka mendaki lereng bukit yang tak jauh dari Selat Alas Sumbawa dan akhirnya menetap di pucak bukit di atas permukaan laut yang dinamakan Mount Tarry. Entah bagaimana ceritanya, kini tempat tersebut menjadi Desa Mantar. Jadi, bukan karena albino, memang keturunan rambut pirang.
Versi kedua, dahulu ada 7 suku bangsa sebagai nenek moyang penduduk desa Mantar. Sehingga sampai sekarang hanya boleh 7 orang albino yang hidup, sebagai simbolisasi yang mewakili asal-usul nenek moyang mereka. Versi ketiga menyebutkan tujuh albino muncul saat leluhur penduduk mantar asal Gresik bernama abdulrahman sebelum meninggal berpesan bahwa hanya boleh ada 7 albino di desanya. Sejak itu lah setiap muncul bayi albino ke delapan, maka salah satu dari albino yang hidup akan meninggal dunia.
Mantar, Negeri di Atas Awan
Hamparan lembah hijau di kaki bukit yang menakjubkan bisa kita lihat dari puncak Mantar. Pulau-pulau kecil di sekitarnya yang bertebaran dan terhubung dengan lautan menjadi lanskap sempurna. Pulau Kenawa, Pulau Mendaki, Pulau Paserang, Pulau Belang, Pulau Ular, Pulau Nako dan Pulau Kalong. Lalu bila beruntung, kamu bisa saksikan awan-awan berkumpul di bawah kakimu. Sehingga Mantar dijuluki Negeri di Atas Awan.
Mantar, Spot Paralayang
Kamu berani naik Paralayang? Kamu bisa terbang di atas Mantar, melaju bersama angin dan menikmati pemandangan. Landasan Paralayang Mantar merupakan salah satu spot terbaik, selain di Palu Sulawesi Tengah. pada tahun 2017, diadakan ajang Mantar Paragliding XC Open yang ketiga pada 18-24 Juli 2017, yang mempertemukan atlet lokal dan mancanegara perwakilan Asia hingga Eropa.
Bagaimana Caranya ke Mantar?
Kalau dari Jakarta, naik pesawat sampai Lombok. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan kurang lebih 1 jam dari bandara Praya ke Pelabuhan Kayangan. Penyeberangan dengan menggunakan feri memakan waktu kurang lebih 2 jam. Dan dari Pelabuhan Poto Tano, lanjut lagi sampai Taliwang. Perjalanan ke Mantar butuh waktu selama 1 jam tadinya. Kabarnya, kini hanya butuh waktu 30 menit. Kalau ingin menginap, bisa mengandalkan rumah-rumah penduduk yang berfungsi juga sebagai homestay. Jangan lupakan juga menginap di atas Mantar untuk merasakan dinginnya udara puncak bukit Mantar.
Jadi, kapan mau ke Mantar?
Sumber:
http://catatanpringadi.com/perjalana...sumbawa-barat/