Gegara Baper, Terjadi 500 Kasus Pembunuhan dalam 9 Bulan Terakhir



MATA INDONESIA, JAKARTA – Tersinggung dengan perkataan dan sikap orang ternyata bisa berujung maut. Ya, menurut data kepolisian, dalam 9 bulan terakhir, hingga September 2018 ada 500 kasus pembunuhan yang diduga terjadi karena alasan sakit hati alias baper akut.


"Kita harus dalami dulu datanya. Apakah benar motif sakit hati menjadi alasan dominan," ujar Kepala Biro Penarangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Jakarta, Rabu 21 November 2018.

Menurut Dedi, pembunuhan karena baper atau sakit hati ini diakuinya sulit untuk dicegah. Ia berkata harus ada keterlibatan pihak lain selain Polri untuk menekan angka tersebut.


"Pendekatan agama, itu efektif untuk pengendalian diri. Ditambah dengan peran lingkungan atau tokoh formal," kata Dedi.

Dalam dua minggu ini saja, terjadi dua kali pembunuhan atas dasar sakit hati. Polri pun akan menggerakan Bina Masyarakat (Bimas) untuk terjun ke masyarakat mensosialisasikan hidup rukun.

"Dari Bhabinkantibmas, Kanit Bimas, Kasat Bimas akan banyak terjun ke RT/RW sosialisasikan hidup rukun, tidak mudah terpancing emosi dan pererat tali silaturahmi," ujar Dedi

Seperti diketahi, dalam waktu yang hampir beruntutan, terjadi dua pembunuhan di wilayah hukum Polda Metro Jaya dengan motif sakit hati. Kejadian pertama terjadi pada Senin 12 November 2018 di Bekasi. Haris Simamora membunuh satu keluarga karena sakit hati sering dianggap tidak berguna.


Selain itu, sepasang kekasih dengan inisial Y dan NR membunuh Ciktuti Iin Puspita pada Selasa 20 November 2018 malam, di Mampang, Jakarta Selatan. Pembunuhan ini diawali dengan cekcok korban dengan NR soal tip pemandu lagu. (Ryan)


Sumber

[url=MATA INDONESIA, JAKARTA – Tersinggung dengan perkataan dan sikap orang ternyata bisa berujung maut. Ya, menurut data kepolisian, dalam 9 bulan terakhir, hingga September 2018 ada 500 kasus pembunuhan yang diduga terjadi karena alasan sakit hati alias baper akut.  "Kita harus dalami dulu datanya. Apakah benar motif sakit hati menjadi alasan dominan," ujar Kepala Biro Penarangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Jakarta, Rabu 21 November 2018.  Menurut Dedi, pembunuhan karena baper atau sakit hati ini diakuinya sulit untuk dicegah. Ia berkata harus ada keterlibatan pihak lain selain Polri untuk menekan angka tersebut.  "Pendekatan agama, itu efektif untuk pengendalian diri. Ditambah dengan peran lingkungan atau tokoh formal," kata Dedi.  Dalam dua minggu ini saja, terjadi dua kali pembunuhan atas dasar sakit hati. Polri pun akan menggerakan Bina Masyarakat (Bimas) untuk terjun ke masyarakat mensosialisasikan hidup rukun.  "Dari Bhabinkantibmas, Kanit Bimas, Kasat Bimas akan banyak terjun ke RT/RW sosialisasikan hidup rukun, tidak mudah terpancing emosi dan pererat tali silaturahmi," ujar Dedi  Seperti diketahi, dalam waktu yang hampir beruntutan, terjadi dua pembunuhan di wilayah hukum Polda Metro Jaya dengan motif sakit hati. Kejadian pertama terjadi pada Senin 12 November 2018 di Bekasi. Haris Simamora membunuh satu keluarga karena sakit hati sering dianggap tidak berguna.  Selain itu, sepasang kekasih dengan inisial Y dan NR membunuh Ciktuti Iin Puspita pada Selasa 20 November 2018 malam, di Mampang, Jakarta Selatan. Pembunuhan ini diawali dengan cekcok korban dengan NR soal tip pemandu lagu. (Ryan)][b]Gegara Baper, Terjadi 500 Kasus Pembunuhan dalam 9 Bulan Terakhir[/b][/url][url=MATA INDONESIA, JAKARTA – Tersinggung dengan perkataan dan sikap orang ternyata bisa berujung maut. Ya, menurut data kepolisian, dalam 9 bulan terakhir, hingga September 2018 ada 500 kasus pembunuhan yang diduga terjadi karena alasan sakit hati alias baper akut.  "Kita harus dalami dulu datanya. Apakah benar motif sakit hati menjadi alasan dominan," ujar Kepala Biro Penarangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Jakarta, Rabu 21 November 2018.  Menurut Dedi, pembunuhan karena baper atau sakit hati ini diakuinya sulit untuk dicegah. Ia berkata harus ada keterlibatan pihak lain selain Polri untuk menekan angka tersebut.  "Pendekatan agama, itu efektif untuk pengendalian diri. Ditambah dengan peran lingkungan atau tokoh formal," kata Dedi.  Dalam dua minggu ini saja, terjadi dua kali pembunuhan atas dasar sakit hati. Polri pun akan menggerakan Bina Masyarakat (Bimas) untuk terjun ke masyarakat mensosialisasikan hidup rukun.  "Dari Bhabinkantibmas, Kanit Bimas, Kasat Bimas akan banyak terjun ke RT/RW sosialisasikan hidup rukun, tidak mudah terpancing emosi dan pererat tali silaturahmi," ujar Dedi  Seperti diketahi, dalam waktu yang hampir beruntutan, terjadi dua pembunuhan di wilayah hukum Polda Metro Jaya dengan motif sakit hati. Kejadian pertama terjadi pada Senin 12 November 2018 di Bekasi. Haris Simamora membunuh satu keluarga karena sakit hati sering dianggap tidak berguna.  Selain itu, sepasang kekasih dengan inisial Y dan NR membunuh Ciktuti Iin Puspita pada Selasa 20 November 2018 malam, di Mampang, Jakarta Selatan. Pembunuhan ini diawali dengan cekcok korban dengan NR soal tip pemandu lagu. (Ryan)][/url]


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel