Helloo ... Hellooooo ... Hellooooooooo ... Yang yang yang di goyang goyang yanggggg ... (Malah nyanyi kardus !!) :batabig
Hello, what's up genk !! Balik lagi bersama gue si kardus, eh TS ganteng yang bukan kaleng-kaleng. (Ngeeeeeng ...)
Apa kabar kalian, semoga masih sehat dan masih semangat jalanin hidup yang katanya makin hari makin wagelaseh. Berawal dari pertemuan tanpa sengaja ane dengan seorang teman (perempuan) yang sudah lama tak jumpa (cie gitu ajah) di salah satu mall yang berada di kawasan kasablanka (penting ga sih di kasih tau? Ga penting kayanya, skip skip skip). Selayaknya teman yang sudah lama tidak jumpa, kami mengobrol-ngobrol, menanyakan kabar, sambil modus modus (kan kan ngelantur kan). Okeh fokus-fokus. Kurang lebih percakapanya seperti ini.
S: ane E: temen ane T: istri ane A: anak ane N: waitres Dan percakapan ini terjadi di sebuah coffee shop yang ada di mall tersebut.
Quote:
E: "Nata lo ga ada lowongan apa di tempat lo?" S: "yah belom ada, lagi kalo di tempat gue, ga sanggup gue bayar status sarjana lo. Emang ga nyoba nyari online?" E: "yaelah kaya apaan ajah, udah Nata udah, gue udah ngirim lamaran kemana-mana belom juga ada balesan. Susah yah nyari kerjaan sekarang" T:"aku ada nih, kamu ga jadi spg bla bla bla bla, lumayan sambil nunggu-nunggu panggilan." E:"yah, spg yah." S:"loh kenapa sama spg? Lumayan tau buat ngisi-ngisi waktu luang. **** (nama istri gue, sensor yak wkwkwk) juga dulunya pernah jadi spg loh." T:"iyah, kan cuma sementara, sambil nunggu panggilan kerja." E:"emmmpp, up deh." S: "yaudah kalo ga mau, jadi ART di rumah gue ajah mau ga? Kapan lagi punya ART cantik yekan, kali aje kaya di pelem-pelem" E:"boleh tuh." T: ... (Ngelempar asbak) A: ... (Nyodorin golok) N: ... (Mau ikutan nyodorin stik golf tapi ga jadi karena gue plototin duluan)
Dari percakapan tersebut gue sedikit bertanya-tanya pada langit (apaan sih), kenapa teman gue ogah menjadi SPG. Selidik boleh selidik dan bertanya pada orang yang pernah jadi SPG (istri gue) gue mendapat pencerahan kenapa teman gue itu dan beberapa orang lainya yang pernah ditawari kerja sebagai SPG oleh istri gue enggan untuk mengambil tawaran tersebut.
Sebelum lebih jauh, gue sedikit menjelaskan makna SPG menurut paham gue yang terilhami dari ceramah panjang sang istri tercinta yang pernah menjadi SPG.
Menurut paham gue, SPG atau singkatan dari SALES PROMOTION GIRLS/GUY (untuk yang cowo, karena istri gue bilang engga tepat kalau yang cowo disebut Sales promotion boy atau man. "an informal term for a youth or man" begitu katanya. Mungkin ada dari kalian yang bisa mematahkan pendapat istri gue itu, agar gue bisa menang debat soal sebutan spg untuk laki-laki) adalah sebuah profesi yang tugas utamanya adalah memasarkan dan mempromosikan sebuah produk baik barang ataupun jasa. Dan menurut gue SPG adalah ujung dari ujung tombak suatu perusahaan karena promosi dan penjualan produk merupakan ujung tombak sebuah perusahaan karena dari lini inilah asalnya pendapatan utama perusahaan. Dan SPG adalah ujung dari ujung, nah gimana sih? Intinya kalo digambarin pake tombak, SPG ini ada di bagian paling ujung, paling lancip, paling tajam, yang siap menusuk hati konsumen untuk membeli produk suatu perusahaan. Namanya paham pribadi correct me if I wrong, okay.
Nah, pertanyaannya, kenapa teman gue itu dan banyak orang yang engga mau jadi SPG?
Quote:
konotasi negatif tentang SPG
Banyak persepsi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kalau SPG adalah sekumpulan perempuan yang 'nyambi' bukan cuma promosin barang dagangannya tapi juga badanya untuk dijual. Padahal kenyataanya kita tau pasti, ga semua SPG itu 'nyambi' jual "jasa kepuasan". Banyak SPG yang bener-bener kerja. Mencari nafkah. Ini semua terbukti lewat adanya kategori sendiri SPG di situs film dewasa, kalo ga caya cari ajah jangan minta link sama ane, ane ga tau. Dan karena hal ini juga banyak SPG yang mendapat sexual harrasment. Yang mengakibatkan banyak wanita lainya berpikir ulang jika ditawari kesempatan menjadi SPG.
Quote:
menganggap dancer dalam suatu event adalah SPG.
Kita banyak melihat di suatu acara pameran otomotif atau pameran-pameran lainya. Terdapat perempuan yang berpakaian minim guna menarik minat calon pembeli (khususnya laki-laki) untuk melirik barang yang di promosikanya. Cara promosi yang (lagi-lagi) menurut paham ane pribadi cara promosi paling KUNO, paling ga kreatif yang cuma bisa dilakuin marketing perusahaan untuk menarik minat konsumen dan calon konsumen. Memanfaatkan keindahan ciptaan semesta hanya untuk keuntungan semata. Common guys masih banyak cara 'manusiawi' untuk menarik minat orang banyak selain nyuruh wanita sexy joget-joget bahkan sampe maen sabun. Karena itu banyak wanita yang ogah kalo ditawari jadi SPG. PADAHAL, untuk SPG sebuah event sendiri tugas mereka hanya menjelaskan detail produk. Yang joget-joget itu sih bukan jobdesk nya SPG. Yang joget joget itu dancer bukan SPG, bedakan yah gan/sist. Nah peran media juga di sini sebenernya penting, karena ada beberapa media yang pernah di notice sama istri ane yang memberi judul liputanya dalam sebuah event kurang lebih seperti ini, "melihat spg sexy yang ada di acara bla bla bla" padahal photo yang ada dalam artikel tersebut adalah foto 'sexy dancer' bukan 'SPG'. Walau sama-sama bertujuan untuk promosi tapi sekali lagi. SPG itu punya jobdesk dan joget sambil main sabun itu bukan jobdesknya.
Quote:
menganggap pramuniaga itu adalah spg dan sebaliknya.
pramuniaga dapat dipahami sebagai sebuah profesi yang bergerak di bidang pelayanan, yakni untuk membantu pelanggan menemukan tujuannya. Tujuan yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa barang yang dijual atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah badan usaha. Sedangkan menurut hemat ane SPG adalah sebuah cost bagi perusahaan, yang mempunyai fungsi utama sebagai sebuah 'citra dari produk' karena SPG akan berhadapan langsung dengan masyarakat. Namun entah kenapa 'image' seorang yang bekerja dikategori frontliner dalam perusahaan retail atau yang berhubungan dengan usaha dagang disamaratakan dengan penyebutan 'SPG'. Pergeseran denotasi ini yang membuat orang beranggapan pramuniaga itu spg dan juga sebaliknya. Namun karena kesalahan ini sudah berlangsung secara masif dan dalam kurun waktu yang panjang, seolah kesalahan tersebut menjadi sebuah pembenaran. Untuk lebih spesifik bisa agan/sista googling di yahoo tentang perbedaan SPG dan Pramuniaga. Secara simplenya mungkin ane ngasih gambaranya seperti ini.
Spoiler for image:
Heya minta banget ditabok lagi ini orang.
Seorang pramuniaga yang bekerja di suatu brand biasanya di-hire dan digaji langsung oleh brand atau pemilik usaha tersebut, dan pramuniaga bertanggung jawab atas barang dagang yang ada di outlet atau toko dari brand tersebut, mulai dari stock, penyusunan display menurut pakem FIFO atau LIFO, memastikan ketersediaan barang dagang, serta pembukuan dari seluruh transaksi barang dagang. Sedangkan SPG 'bisa saja' di-hire dan di gaji oleh pihak ketiga yang bekerja sama pada sebuah perusahaan atau usaha dagang guna mempromosikan barang dagangnya, namun ada juga yang langsung di hire dan digaji oleh brand tersebut. Perbedaan mencolok terdapat pada jobdesk, SPG hanya berfokus pada citra dan penjualan produk, urusan stock barang SPG 'seharusnya' bukan urusan SPG. Tapi sekali lagi karena pegeseran denotasi SPG yang membuat banyak SPG terjebak dalam jobdesk Pramuniaga bahkan sampai sales distributor. Padahal kalau digali lebih mendalam secara ilmu kewirausahaan atau ilmu marketing, jelas semuanya tidak bisa berpusat pada SPG. Itulah yang terkadang membuat banyak orang 'segan' untuk menjadi SPG.
Sebenarnya banyak lagi alasan kenapa orang enggan untuk menjadi SPG di luar 3 point yang sudah ane sebutkan. Karena saat membahas ini bersama istri pun ane menghabiskan waktu semalaman sampai tumpeh-tumpeh, ehh sampai begadang kala itu. (kurang kerjaan yah ane sama istri ane, bahas beginian sampe begadang, maklum pasangan gabut wkwkwkw)
Balik kepada judul thread, SPG? Kenapa engga?
Ada beberapa hal yang sepertinya bisa menjadi bahan pertimbangan untuk kalian memilih SPG sebagai pekerjaan atau sebagai sampingan di kala libur semester, cuti kerja (cuti kerja kok kerja sampingan :hammers ), atau lainya
Quote:
Jadi SPG itu enak, pendapatanya bisa setara manager bahkan lebih
Hal yang mungkin sudah jadi rahasia umum, kalau SPG mempunyai pendapatan yang besar. Dan memang itu bukan sebuah isapan jempol belaka. Saat target tercapai apalagi kalau bisa sampai melebihi target yang diberikan pasti insentif yang diberikan juga semakin besar. Besaran insentifnya pun tidak main-main. Ane ambil dari yang terdekat, beberapa waktu lalu ane pernah berbincang dengan salah seorang teman ane yang bekerja menjadi HR di salah satu perusahaan handphone terkenal asal china. Dia mengatakan, kalau ada salah satu SPG nya di area dagang Jakarta yang bonus insentifnya mencapai angka 50jt. "SPG bonus 50juta coy, SPG coy SPG !!, gaji gue ajah ga ada setengah-setengah acan sama tuh SPG." Ucapnya kala itu.
Quote:
Jam kerja yang fleksibel.
Jadi SPG itu ga harus mikirin macetnya Jakarta saat rush hour, karena ga mungkin SPG mulai kerja jam 7 pagi, mau promosi sama siapa jam 7 pagi? Yang ada orang pada kesel lagi diburu-buruin masuk kerja malah ditawarin barang. Sepagi-pagi nya SPG beraksi juga di atas jam 10 pagi. Kecuali lagi event di Car Free Day. Waktu keja yang fleksibel ini juga cocok buat yang masih kuliah, bisa ngambil kuliah pagi, siang menjelang sore sampai sore menjelang malamnya jadi SPG. Lumayan kan penghasilanya buat nambah-nambahin jajan fotocopyan, kembalianya bisa buat bayar kuliah :hammers
Quote:
bisa kenal banyak orang.
Pastinya sebagai SPG bakal langsung berinteraksi sama konsumen. Dan konsumen juga bisa dari macam-macam golongan ekonomi dan latar belakang. Tidak jarang SPG berhadapan dengan konsumen yang mempunyai latar belakang 'wong sugih' atau dari kalangan langit :hammers. Agan/sista bisa memanfaatkan ini untuk menambah kenalan atau relasi yang jika suatu saat agan membuka usaha atau bisnis sendiri bisa sangat membantu agan/sista. Atau tidak menutup kemungkinan agan/sista bisa bertemu jodohnya kan saat sedang mempromosikan suatu produk. Yang jomblo langsung nyari lowongan SPG hehehe peace :Yb .
Pastinya banyak lagi hal-hal yang bisa menjadi alasan agan/sista memilih pekerjaan sebagai SPG di luar point-point yang sudah ane sebutkan. Namun karena keterbatasan ruang dan waktu. Pun jika ditambahkan lagi thread ini pasti akan menjadi thread yang membosankan, karena hanya berisi kata-kata 'sampah' yang keluar dari tarian indah jemari ane yang tidak pernah sama sekali ngemil apalagi makan bangku sekolah. Maafkan segala tutur kata, bahasa, dan gambar yang ane sisipkan dalam thread ini yang mungkin tidak berfaedah. Hanya sebuah ungkapan dari sebuah opini pribadi tentang suatu profesi yang ada.
Mungkin agan/sista punya pengalaman menjadi SPG atau masukan yang bisa digunakan untuk Agan/Sista lainya agar bisa merubah 'image' SPG tidak lagi hanya sebuah pilihan pekerjaan yang diambil karena 'terpaksa', monggo di share.
"Apapun pekerjaannya, selama itu tidak melanggar hukum Negara, tetap semangat dan abaikan omongan miring yang menjatuhkan"
Sekian thread ane kali ini Kurang lebih nya mohon maaf Sampai bertemu di thread-thread ane selanjutnya.
SALAM -KAMI BANGSA INDONESIA-
:iloveindonesia
SUMBER: otak saat mendengarkan curhatan sang ratu hati dalam bentuk pidato berdurasi setengah rotasi bumi. GAMBAR: de wan en onleh