Kematian Nahas Paus Sperma di Wakatobi Karena Sampah Plastik
Tuesday, November 20, 2018
:berduka:berduka:berduka
Permasalahan sampah plastik diperairan laut kita sangat memprihatikan, bagaimana tidak akibat sikap acuh kita terhadap lingkungan, menyebabkan spesies (P. Macrocephalus) terdampar tak bernyawa dan sudah menjadi bangkai. Ternyata ini semua diakibatkan sampah plastik yang dimakan jenis paus sperma ini.
Padahal isu ini sudah menjadi perhatian Laude M. Saleh Hanan, volunteer Yayasan Wakatobi, yang juga menjadi Ketua Badan Promosi Wakatobi, bersama dengan WWF dan Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan Wakatobi ketika menemukan Paus Sperma (P. Macrocephalus) yang sudah menjadi bangkai di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dilaporkan ditemukan pada minggu (18/11/2018) sekira jam 5 sore dilaporkan oleh warga setempat.
Mereka kemudian melakukan pemeriksaan terhadap paus dengan panjang 9,5 meter ini. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap organ dalam paus nahas ini, berbagai sampah pun ditemukan. Kantong plastik, botol plastik, tutup galon, sandal, hingga terpal pun ditemukan di dalamnya.
Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar sampah tadi telah berubah warna. Hal ini menandakan bahwa sampah-sampah tersebut sudah berada di dalam tubuh paus ini dan mengendap dalam waktu yang lama.
Hal ini bisa saja terjadi terhadap paus yang lainnya, yang berada di perairan dalam. Mengingat sampah juga ditemukan di dalam perairan terdalam di dunia, Palung Mariana. Tidak hanya itu, ikan-ikan dan hewan laut lainnya yang menjadi makanan manusia juga mengonsumsi mikro plastik. Kemudian kita memakannya.
Menurut riset, pada tahun 2050, rerata spesies laut di Bumi akan mengonsumsi plastik. Namun melihat berbagai kejadian terkait, kami takut bahwa hal tersebut tidak memerlukan waktu lama hingga terjadi. Bisa saja dalam beberapa tahun kabar buruk tersebut terjadi bila kita tidak mau mengubah perilaku kita terhadap penggunaan plastik sekali pakai.
Melihat kasus ini haruslah pada posisi jernih, memang manusia berperan besar dalam ancaman kepunahan spesies di ekosistemnya, tentu pemerintah, organisasi atau badan pemerhati lingkungan serta stekholder terkait berusaha untuk meminimalisir hal itu dengan berbagai kampanye, nah untuk menjadi perhatian semua melihat kasus Paus sperma, ada beberapa spesies terancam punah akibat aktivitas manusia.
Harapan bagi gorila gunung
Tapi kabar baik ada juga. Menurut aktualisasi terakhir daftar merah, jumlah gorila gunung bertambah pesat. Sepuluh tahun lalu hanya ada 680, sekarang sudah menjadi 1.000 ekor. Konservasi intensif, termasuk penghancuran jebakan, membantu perkembangbiakan mereka, yang terutama tinggal di hutan-hutan Kongo.
Belum parah bagi paus sirip
Populasi paus sirip sekarang dianggap membaik, dan tidak lagi mendapat label terancam punah. Jumlah mereka sekarang hampir dua kali lipat dibanding di tahun 1970-an, yaitu sekitar 100.000 ekor. Begitu juga paus abu-abu, dari sangat terancam menjadi terancam.
Meredam eforia
Tapi IUCN juga mengeluarkan peringatan atas masalah "overfishing". 13% spesies ikan kerapu di seluruh dunia, dan 9% dari 450 spesies ikan di danau Malawi, Afrika timur terancam kepunahan.
Jumlah Flying Fox menyusut drastis
Jenis codot yang disebut rubah terbang Mauritania, yang jadi hewan polinasi penting berubah statusnya dari rentan menjadi terancam. Populasi codot ini merosot sekitar 50% dari tahun 2015 ke 2016 karena tindakan pembunuhan yang diperintahkan pemerintah. Hewan ini dituduh merusak panen buah. Codot raksasa ini juga terancam akibat deforestasi, perburuan ilegal dan sering terjadinya tornado.
Spesies invasif ancam satwa liar Australia
Spesies invasif mengancam sejumlah reptil unik Australia. Reptil yang disebut naga padang rumput tanpa telinga, kini dikategorikan terancam punah. Mereka sering jadi makanan kucing liar, dan mati akibat kebakaran kawasan padang rumput.
Spesies berharga
Katak ini mendapat namanya dari karakter dalam film "The Lord of the Rings", yaitu Smeagol atau Gollum. Katak ini masuk daftar spesies yang rentan kepunahan. Terutama akibat perluasan kawasan wisata dan kompleks tempat tinggal manusia di habitatnya di Tanah Tinggi Genting, Malaysia.
Burung bayan "junk food"
Populasi spesies bayan yang disebut burung kea menurun drastis. Antara lain akibat wisatawan yang kerap memberikan "junk food" kepada burung ini.
Burung laut juga terancam
Burung laut yang disebut black-legged kittiwake bergantung pada mangsa jenis tertentu. Misalnya cacing pasir. Tapi menurunnya jumlah cacing menyebabkan burung yang hidup di kawasan Atlantik Utara dan Pasifik tidak bisa memberi makan kepada anak-anaknya. Diperkirakan, spesies ini sudah berkurang sekitar 40% di seluruh dunia sejak tahun 1970-an.
Burung hantu salju juga berkurang
Perubahan iklim jadi pukulan berat bagi burung unik dari kawasan kutub utara itu. Akibat pemanasan global salju melumer dan mangsa burung, yaitu hewan pengerat jadi sulit ditemukan. Seperempat dari spesies burung yang termasuk daftar merah, statusnya sudah menjadi terancam punah.
Pemberi nama Reebok juga terancam
Lima spesies antelop Afrika merosot tajam jumlahnya, akibat perburuan ilegal, degradasi habitat dan kompetisi dari hewan ternak. Empat dari lima spesies itu sebelumnya dikategorikan tidak terlalu mengkhawatirkan. Salah satu dari spesies ini adalah jenis antilop "gray rhebok", yang jadi asal nama merek perlengkapan olah raga Reebok.
Antelop terbesar dunia hadapi masalah
Antelop dunia yang paling besar, yang disebut "giant eland" sekarang masuk kategori rentan kepunahan, padahal sebelumnya tidak masuk kategori mengkhawatirkan. Diperkirakan jumlahnya di dunia antara 12.000 dan 14.000. Jumlah hewan dewasa kurang dari 10.000. Spesies ini juga makin berkurang antara lain karena perburuan ilegal. (ml/vlz)
Berdasarkan hasil temuan International Union for the Conservation of Nature (IUCN) mengaktualisir daftarnya, dan menetapkan 27.000 spesies terancam punah. Perburuan liar, penyakit invasif, perubahan iklim dan pertanian jadi penyebabnya.
Quote:
Padahal isu ini sudah menjadi perhatian Laude M. Saleh Hanan, volunteer Yayasan Wakatobi, yang juga menjadi Ketua Badan Promosi Wakatobi, bersama dengan WWF dan Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan Wakatobi ketika menemukan Paus Sperma (P. Macrocephalus) yang sudah menjadi bangkai di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dilaporkan ditemukan pada minggu (18/11/2018) sekira jam 5 sore dilaporkan oleh warga setempat.
Mereka kemudian melakukan pemeriksaan terhadap paus dengan panjang 9,5 meter ini. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap organ dalam paus nahas ini, berbagai sampah pun ditemukan. Kantong plastik, botol plastik, tutup galon, sandal, hingga terpal pun ditemukan di dalamnya.
Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar sampah tadi telah berubah warna. Hal ini menandakan bahwa sampah-sampah tersebut sudah berada di dalam tubuh paus ini dan mengendap dalam waktu yang lama.
Hal ini bisa saja terjadi terhadap paus yang lainnya, yang berada di perairan dalam. Mengingat sampah juga ditemukan di dalam perairan terdalam di dunia, Palung Mariana. Tidak hanya itu, ikan-ikan dan hewan laut lainnya yang menjadi makanan manusia juga mengonsumsi mikro plastik. Kemudian kita memakannya.
Menurut riset, pada tahun 2050, rerata spesies laut di Bumi akan mengonsumsi plastik. Namun melihat berbagai kejadian terkait, kami takut bahwa hal tersebut tidak memerlukan waktu lama hingga terjadi. Bisa saja dalam beberapa tahun kabar buruk tersebut terjadi bila kita tidak mau mengubah perilaku kita terhadap penggunaan plastik sekali pakai.
Quote:
Melihat kasus ini haruslah pada posisi jernih, memang manusia berperan besar dalam ancaman kepunahan spesies di ekosistemnya, tentu pemerintah, organisasi atau badan pemerhati lingkungan serta stekholder terkait berusaha untuk meminimalisir hal itu dengan berbagai kampanye, nah untuk menjadi perhatian semua melihat kasus Paus sperma, ada beberapa spesies terancam punah akibat aktivitas manusia.
Harapan bagi gorila gunung
Quote:
Tapi kabar baik ada juga. Menurut aktualisasi terakhir daftar merah, jumlah gorila gunung bertambah pesat. Sepuluh tahun lalu hanya ada 680, sekarang sudah menjadi 1.000 ekor. Konservasi intensif, termasuk penghancuran jebakan, membantu perkembangbiakan mereka, yang terutama tinggal di hutan-hutan Kongo.
Belum parah bagi paus sirip
Quote:
Populasi paus sirip sekarang dianggap membaik, dan tidak lagi mendapat label terancam punah. Jumlah mereka sekarang hampir dua kali lipat dibanding di tahun 1970-an, yaitu sekitar 100.000 ekor. Begitu juga paus abu-abu, dari sangat terancam menjadi terancam.
Meredam eforia
Quote:
Tapi IUCN juga mengeluarkan peringatan atas masalah "overfishing". 13% spesies ikan kerapu di seluruh dunia, dan 9% dari 450 spesies ikan di danau Malawi, Afrika timur terancam kepunahan.
Jumlah Flying Fox menyusut drastis
Quote:
Jenis codot yang disebut rubah terbang Mauritania, yang jadi hewan polinasi penting berubah statusnya dari rentan menjadi terancam. Populasi codot ini merosot sekitar 50% dari tahun 2015 ke 2016 karena tindakan pembunuhan yang diperintahkan pemerintah. Hewan ini dituduh merusak panen buah. Codot raksasa ini juga terancam akibat deforestasi, perburuan ilegal dan sering terjadinya tornado.
Spesies invasif ancam satwa liar Australia
Quote:
Spesies invasif mengancam sejumlah reptil unik Australia. Reptil yang disebut naga padang rumput tanpa telinga, kini dikategorikan terancam punah. Mereka sering jadi makanan kucing liar, dan mati akibat kebakaran kawasan padang rumput.
Spesies berharga
Quote:
Katak ini mendapat namanya dari karakter dalam film "The Lord of the Rings", yaitu Smeagol atau Gollum. Katak ini masuk daftar spesies yang rentan kepunahan. Terutama akibat perluasan kawasan wisata dan kompleks tempat tinggal manusia di habitatnya di Tanah Tinggi Genting, Malaysia.
Burung bayan "junk food"
Quote:
Populasi spesies bayan yang disebut burung kea menurun drastis. Antara lain akibat wisatawan yang kerap memberikan "junk food" kepada burung ini.
Burung laut juga terancam
Quote:
Burung laut yang disebut black-legged kittiwake bergantung pada mangsa jenis tertentu. Misalnya cacing pasir. Tapi menurunnya jumlah cacing menyebabkan burung yang hidup di kawasan Atlantik Utara dan Pasifik tidak bisa memberi makan kepada anak-anaknya. Diperkirakan, spesies ini sudah berkurang sekitar 40% di seluruh dunia sejak tahun 1970-an.
Burung hantu salju juga berkurang
Quote:
Perubahan iklim jadi pukulan berat bagi burung unik dari kawasan kutub utara itu. Akibat pemanasan global salju melumer dan mangsa burung, yaitu hewan pengerat jadi sulit ditemukan. Seperempat dari spesies burung yang termasuk daftar merah, statusnya sudah menjadi terancam punah.
Pemberi nama Reebok juga terancam
Quote:
Lima spesies antelop Afrika merosot tajam jumlahnya, akibat perburuan ilegal, degradasi habitat dan kompetisi dari hewan ternak. Empat dari lima spesies itu sebelumnya dikategorikan tidak terlalu mengkhawatirkan. Salah satu dari spesies ini adalah jenis antilop "gray rhebok", yang jadi asal nama merek perlengkapan olah raga Reebok.
Antelop terbesar dunia hadapi masalah
Quote:
Antelop dunia yang paling besar, yang disebut "giant eland" sekarang masuk kategori rentan kepunahan, padahal sebelumnya tidak masuk kategori mengkhawatirkan. Diperkirakan jumlahnya di dunia antara 12.000 dan 14.000. Jumlah hewan dewasa kurang dari 10.000. Spesies ini juga makin berkurang antara lain karena perburuan ilegal. (ml/vlz)
Berdasarkan hasil temuan International Union for the Conservation of Nature (IUCN) mengaktualisir daftarnya, dan menetapkan 27.000 spesies terancam punah. Perburuan liar, penyakit invasif, perubahan iklim dan pertanian jadi penyebabnya.
Quote:
Quote:
Quote: