Masih Berani Bully JOMBLO? Pria ini Bantai 56 Orang Dalam Waktu 8 Jam Karena Diejek
Thursday, November 22, 2018
Masih Berani Ngebully JOMBLO? Pria ini Membunuh 56 Orang Dalam Waktu 8 Jam Karena Diejek Tak Kunjung Menikah
BERITA UNIK - Tercatat pembunuhan terkeji yang pernah terjadi dalam di Korea Selatan adalah pembunuhan massal yang dilakukan oleh Woo Bum-kon. Pria ini tega menghabiskan 56 nyawa dan melukai 35 orang padahal profesinya adalah polisi. Peristiwa berdarah itu terjadi hanya dalam waktu delapan jam. Dalam sejarah Korea Selatan, insiden tersebut terjadi pada 26 April hingga 27 April 1982.
Sore itu, 26 April 1982 Woo Bum-kon naik pitam gara-gara tindakan pacarnya, Chun Mal-soon. Chun menepuk lalat di dada Woo yang sedang tertidur. Merasa marah, Woo Bum-kon pergi dari rumah dan pergi ke kantor polisi untuk bertugas sekitar pukul 16.00.
Berdasarkan laporan, Woo disebut meminum banyak alkohol dan mabuk berat.
Sekitar pukul 19.30, Woo kembali ke rumah dan menyiksa pacarnya dengan melancarkan pukulan dan tendangan. Ia juga merusak perabotan rumah sebelum pergi ke gudang senjata. Woo membawa senjata api, 144-180 amunisi, dan tujuh granat.
Sekitar pukul 21.30, Woo menembak korban pertamanya. Ia kemudian pergi ke kantor pos setempat dan membunuh tiga operator telepon. Woo juga memutus sambungan telepon agar tidak ada orang yang bisa melakukan panggilan darurat.
Setelah itu, Woo Bum-kon pergi ke sebuah pasar di Desa Togongni. Ia melempar granat dan menembaki setiap orang yang melewati area tersebut. Chun Mal-soon juga mendapat tembakan yang mengenai bagian kakinya saat sedang mencari Woo.
Dari sana, Woo Bum-kon mulai berpindah dari satu desa ke desa lainnya. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka.
Pukul 22.30, Woo menyadera seorang remaja berusia 16 tahun dan berpindah tempat ke Ungye-Ri. Di sana Woo menyuruh remaja tersebut membeli minuman dari sebuah toko kelontong. Setelah permintaannya dituruti, Woo menembak remaja itu dan menyerang pemilik toko serta keluarganya dan di desa tersebut, setidaknya WOo membunuh 18 orang.
Ia berpindah ke Pyongchon-Ni dan menembak satu keluarga yang terdiri dari empat orang. Total 24 nyawa melayang di Pyongchon gara-gara tindakan keji Woo Bum-kon. Pihak kepolisian Korea Selatan kesulitan menangkap Woo karena pelaku terus berpindah tempat di bawah kegelapan.
Aksi Woo berakhir di rumah warga. Ia kemudian memilih bunuh diri dengan meledakkan diri menggunakan dua granat yang dipegangnya. Orang-orang yang ada dirumah tersebut pun ikut tewas.
Berdasaarkan laporan, aksi Woo malam itu menewaskan 55 orang secara seketika (menjadi 56 dengan dirinya yang bunuh diri) dan satu lainnya meninggal beberapa hari kemduian setelah mendapatkan perawatan medis. Chun Mal-soon menjelaskan, Woo ternyata mengidap gangguan mental dan tersinggung karena ucapan para tetangga yang mencibirnya karena tak kunjung menikah.
Buntut dari insiden berdarah tersebut, Menteri Dalam Negeri Korea Selatan, Suh Chung Hwa, dan kepala polisi nasional, Ahn Ung Mo, menawarkan untuk mengundurkan diri. Kepala polisi provinsi pun ditangguhkan dan empat polisi lainnya ditangkap. Mereka dituduh mengabaikan tugas, diduga karena gagal mencegah Woo Bum-kon mengambil senjata, amunisi dan granat.
Berdasarkan laporan, Woo disebut meminum banyak alkohol dan mabuk berat.
Sekitar pukul 19.30, Woo kembali ke rumah dan menyiksa pacarnya dengan melancarkan pukulan dan tendangan. Ia juga merusak perabotan rumah sebelum pergi ke gudang senjata. Woo membawa senjata api, 144-180 amunisi, dan tujuh granat.
Sekitar pukul 21.30, Woo menembak korban pertamanya. Ia kemudian pergi ke kantor pos setempat dan membunuh tiga operator telepon. Woo juga memutus sambungan telepon agar tidak ada orang yang bisa melakukan panggilan darurat.
Setelah itu, Woo Bum-kon pergi ke sebuah pasar di Desa Togongni. Ia melempar granat dan menembaki setiap orang yang melewati area tersebut. Chun Mal-soon juga mendapat tembakan yang mengenai bagian kakinya saat sedang mencari Woo.
Dari sana, Woo Bum-kon mulai berpindah dari satu desa ke desa lainnya. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka.
Pukul 22.30, Woo menyadera seorang remaja berusia 16 tahun dan berpindah tempat ke Ungye-Ri. Di sana Woo menyuruh remaja tersebut membeli minuman dari sebuah toko kelontong. Setelah permintaannya dituruti, Woo menembak remaja itu dan menyerang pemilik toko serta keluarganya dan di desa tersebut, setidaknya WOo membunuh 18 orang.
Ia berpindah ke Pyongchon-Ni dan menembak satu keluarga yang terdiri dari empat orang. Total 24 nyawa melayang di Pyongchon gara-gara tindakan keji Woo Bum-kon. Pihak kepolisian Korea Selatan kesulitan menangkap Woo karena pelaku terus berpindah tempat di bawah kegelapan.
Aksi Woo berakhir di rumah warga. Ia kemudian memilih bunuh diri dengan meledakkan diri menggunakan dua granat yang dipegangnya. Orang-orang yang ada dirumah tersebut pun ikut tewas.
Berdasaarkan laporan, aksi Woo malam itu menewaskan 55 orang secara seketika (menjadi 56 dengan dirinya yang bunuh diri) dan satu lainnya meninggal beberapa hari kemduian setelah mendapatkan perawatan medis. Chun Mal-soon menjelaskan, Woo ternyata mengidap gangguan mental dan tersinggung karena ucapan para tetangga yang mencibirnya karena tak kunjung menikah.
Buntut dari insiden berdarah tersebut, Menteri Dalam Negeri Korea Selatan, Suh Chung Hwa, dan kepala polisi nasional, Ahn Ung Mo, menawarkan untuk mengundurkan diri. Kepala polisi provinsi pun ditangguhkan dan empat polisi lainnya ditangkap.
Mereka dituduh mengabaikan tugas, diduga karena gagal mencegah Woo Bum-kon mengambil senjata, amunisi dan granat.
Sumber
BERITA UNIK - Tercatat pembunuhan terkeji yang pernah terjadi dalam di Korea Selatan adalah pembunuhan massal yang dilakukan oleh Woo Bum-kon. Pria ini tega menghabiskan 56 nyawa dan melukai 35 orang padahal profesinya adalah polisi. Peristiwa berdarah itu terjadi hanya dalam waktu delapan jam. Dalam sejarah Korea Selatan, insiden tersebut terjadi pada 26 April hingga 27 April 1982.
Sore itu, 26 April 1982 Woo Bum-kon naik pitam gara-gara tindakan pacarnya, Chun Mal-soon. Chun menepuk lalat di dada Woo yang sedang tertidur. Merasa marah, Woo Bum-kon pergi dari rumah dan pergi ke kantor polisi untuk bertugas sekitar pukul 16.00.
Berdasarkan laporan, Woo disebut meminum banyak alkohol dan mabuk berat.
Sekitar pukul 19.30, Woo kembali ke rumah dan menyiksa pacarnya dengan melancarkan pukulan dan tendangan. Ia juga merusak perabotan rumah sebelum pergi ke gudang senjata. Woo membawa senjata api, 144-180 amunisi, dan tujuh granat.
Sekitar pukul 21.30, Woo menembak korban pertamanya. Ia kemudian pergi ke kantor pos setempat dan membunuh tiga operator telepon. Woo juga memutus sambungan telepon agar tidak ada orang yang bisa melakukan panggilan darurat.
Setelah itu, Woo Bum-kon pergi ke sebuah pasar di Desa Togongni. Ia melempar granat dan menembaki setiap orang yang melewati area tersebut. Chun Mal-soon juga mendapat tembakan yang mengenai bagian kakinya saat sedang mencari Woo.
Dari sana, Woo Bum-kon mulai berpindah dari satu desa ke desa lainnya. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka.
Pukul 22.30, Woo menyadera seorang remaja berusia 16 tahun dan berpindah tempat ke Ungye-Ri. Di sana Woo menyuruh remaja tersebut membeli minuman dari sebuah toko kelontong. Setelah permintaannya dituruti, Woo menembak remaja itu dan menyerang pemilik toko serta keluarganya dan di desa tersebut, setidaknya WOo membunuh 18 orang.
Ia berpindah ke Pyongchon-Ni dan menembak satu keluarga yang terdiri dari empat orang. Total 24 nyawa melayang di Pyongchon gara-gara tindakan keji Woo Bum-kon. Pihak kepolisian Korea Selatan kesulitan menangkap Woo karena pelaku terus berpindah tempat di bawah kegelapan.
Aksi Woo berakhir di rumah warga. Ia kemudian memilih bunuh diri dengan meledakkan diri menggunakan dua granat yang dipegangnya. Orang-orang yang ada dirumah tersebut pun ikut tewas.
Berdasaarkan laporan, aksi Woo malam itu menewaskan 55 orang secara seketika (menjadi 56 dengan dirinya yang bunuh diri) dan satu lainnya meninggal beberapa hari kemduian setelah mendapatkan perawatan medis. Chun Mal-soon menjelaskan, Woo ternyata mengidap gangguan mental dan tersinggung karena ucapan para tetangga yang mencibirnya karena tak kunjung menikah.
Buntut dari insiden berdarah tersebut, Menteri Dalam Negeri Korea Selatan, Suh Chung Hwa, dan kepala polisi nasional, Ahn Ung Mo, menawarkan untuk mengundurkan diri. Kepala polisi provinsi pun ditangguhkan dan empat polisi lainnya ditangkap. Mereka dituduh mengabaikan tugas, diduga karena gagal mencegah Woo Bum-kon mengambil senjata, amunisi dan granat.
Berdasarkan laporan, Woo disebut meminum banyak alkohol dan mabuk berat.
Sekitar pukul 19.30, Woo kembali ke rumah dan menyiksa pacarnya dengan melancarkan pukulan dan tendangan. Ia juga merusak perabotan rumah sebelum pergi ke gudang senjata. Woo membawa senjata api, 144-180 amunisi, dan tujuh granat.
Sekitar pukul 21.30, Woo menembak korban pertamanya. Ia kemudian pergi ke kantor pos setempat dan membunuh tiga operator telepon. Woo juga memutus sambungan telepon agar tidak ada orang yang bisa melakukan panggilan darurat.
Setelah itu, Woo Bum-kon pergi ke sebuah pasar di Desa Togongni. Ia melempar granat dan menembaki setiap orang yang melewati area tersebut. Chun Mal-soon juga mendapat tembakan yang mengenai bagian kakinya saat sedang mencari Woo.
Dari sana, Woo Bum-kon mulai berpindah dari satu desa ke desa lainnya. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka. Woo masuk ke rumah-rumah secara acak. Ia menggunakan statusnya sebagai polisi untuk mengelabui warga lalu kemudian membunuh mereka.
Pukul 22.30, Woo menyadera seorang remaja berusia 16 tahun dan berpindah tempat ke Ungye-Ri. Di sana Woo menyuruh remaja tersebut membeli minuman dari sebuah toko kelontong. Setelah permintaannya dituruti, Woo menembak remaja itu dan menyerang pemilik toko serta keluarganya dan di desa tersebut, setidaknya WOo membunuh 18 orang.
Ia berpindah ke Pyongchon-Ni dan menembak satu keluarga yang terdiri dari empat orang. Total 24 nyawa melayang di Pyongchon gara-gara tindakan keji Woo Bum-kon. Pihak kepolisian Korea Selatan kesulitan menangkap Woo karena pelaku terus berpindah tempat di bawah kegelapan.
Aksi Woo berakhir di rumah warga. Ia kemudian memilih bunuh diri dengan meledakkan diri menggunakan dua granat yang dipegangnya. Orang-orang yang ada dirumah tersebut pun ikut tewas.
Berdasaarkan laporan, aksi Woo malam itu menewaskan 55 orang secara seketika (menjadi 56 dengan dirinya yang bunuh diri) dan satu lainnya meninggal beberapa hari kemduian setelah mendapatkan perawatan medis. Chun Mal-soon menjelaskan, Woo ternyata mengidap gangguan mental dan tersinggung karena ucapan para tetangga yang mencibirnya karena tak kunjung menikah.
Buntut dari insiden berdarah tersebut, Menteri Dalam Negeri Korea Selatan, Suh Chung Hwa, dan kepala polisi nasional, Ahn Ung Mo, menawarkan untuk mengundurkan diri. Kepala polisi provinsi pun ditangguhkan dan empat polisi lainnya ditangkap.
Mereka dituduh mengabaikan tugas, diduga karena gagal mencegah Woo Bum-kon mengambil senjata, amunisi dan granat.
Sumber