theatlantic.com Dalam kegiatan sehari-hari, kita gak bisa lepas dari yang namanya ponsel pintar (smartphone). Harus diakui dan tidak dapat dipungkiri bahwa ponsel pintar sudah menyatu dalam berbagai sendi kehidupan manusia. Agan juga kemungkinan besar baca thread ini menggunakan ponsel pintar kan?
Terbentuknya kebiasaan ini tidak lepas dari kecanggihan teknologi yang tersedia dalam ponsel pintar, terutama karena ukurannya yang cuma segenggaman tangan. Bayangkan, dalam segenggam perangkat ini terdapat aplikasi yang dapat meringkas aktivitas kita. Dan semakin canggih ponsel, aplikasi yang tersedia pun makin beragam, cepat, dan mudah diakses. Serta, dengan adanya ponsel pintar, kita bisa selalu terkoneksi dengan internet, alias information superhighway.
*****
theatlantic.com Relasi kita, sebagai pemilik ponsel pintar, dengan ponsel pintar itu sendiri menandai suatu peradaban baru. Di mana kita tidak bisa lepas darinya. Manusia tidak bisa terpisah dengan ponselnya. Ponsel pintar menjelma menjadi kebutuhan primer. Dan fenomena ini terjadi di seluruh muka bumi. Di area konser, medan perang, taman bermain, hutan, kasur, bukit, jalan raya, tempat ibadah, bar. Semua kalangan menggenggamnya.
Artikel foto dari The Atlantic ini menangkap momen-momen kedekatan manusia dengan ponsel pintarnya, di berbagai tempat, di belahan dunia. (bukan belahan dada ya, ustadz :wowcantik)
Seorang perempuan Palestina dan polisi Israel saling "menjepret" wajah di hadapan mereka dengan kamera ponsel, di jalanan Jerusalem, 16 Desember 2017. Setelah Trump mendeklarasikan Jerusalem sebagai ibukota Israel. (Foto oleh Ahmad Gharabli, AFP).
Dua cewek sedang tiduran sambil berswafoto di wahana mandi bola, di Supercandy! Pop Up Museum Cologne, Jerman, 5 Oktober 2018. (Foto oleh Michael Gottschalk, Getty Images).
Inna, seorang insinyur kehutanan berambut merah :wowcantik, menggunakan aplikasi di ponsel pintarnya untuk mendukung pekerjaannya, di Nurmijarvi, Finlandia, 5 November 2018. (Foto oleh Alessandro Rampazzo, AFP).
Qiao Xi, seorang selebriti live-streaming, sedang menggunakan ponsel pintarnya di agensi Studio Redu Media, Beijing, Tiongkok, 7 November 2018. (Foto oleh Nicolas Asfouri, AFP).
Chen San-yuan, 70, si "Kakek Pokemon" sedang menerima telepon sambil bermain permainan virtual Pokemon Go di beberapa perangkat ponsel pintar yang ia pasang di sepedanya, di New Taipei City, Taiwan, 12 November 2018. (Foto oleh Tyrone Siu, Reuters).
Reda Zerrouki, 36, seorang pengungsi asal Aljazair berusaha masuk ke Uni Eropa melalui negara Balkan di Main Railway Station, Sarajevo, 7 November 2018. Ia sedang menjelaskan betapa penting peran ponsel pintar bagi kelangsungan hidupnya. Ponsel pintar miliknya lebih dari sekedar perangkat untuk berkomunikasi dengan kerabatnya. Tapi juga perangkat penting untuk mengakses aplikasi peta untuk menjelajahi rute di negara Balkan, dengan menghindari patroli pihak berwajib di perbatasan Bosnia, yang menertibkan usaha-usaha ilegal migran menyeberangi Kroasia menuju negara-negara Uni Eropa. (Foto oleh Elvis Barukcic, AFP).
Para fanboy sedang merekam penampilan boyband Modern Brothers, yang memiliki 20 juta fans dari aplikasi TikTok, di Andong Old Street, Dandong, provinsi Liaoning, Tiongkok, 30 Juni 2018. (Foto oleh VCG, Getty Images).
Seorang peserta kemah musim panas bertajuk "Temper of Will", yang dipanitiai oleh partai nasionalis Svoboda, menelepon orang tuanya di sebuah desa dekat Ternopil, Ukraina. 28 Juli 2018. (Foto oleh Felipe Dana, AP).
Pier Domenico Dotta menggunakan ponsel pintarnya untuk mengakses aplikasi gratis pencatat pengembangbiakan sapi untuk memeriksa kondisi tiap sapi yang telah menggunakan chip yang terhubung langsung dengan aplikasi tersebut, di peternakan miliknya di Villafalletto, dekat Turin, Italia. 25 Oktober 2018. (Foto oleh Marco Bertorello, AFP).
Seorang wanita sedang memeriksa ponsel pintarnya di sebuah bar di pusat kota Thimphu, Bhutan, 11 Desember 2017. (Foto Oleh Cathal McNaughton, Reuters).
Pendukung Selahattin Demirtas, calon presiden dari People's Democratic Party (HDP) yang dipenjara, memegang bendera HDP dan ponsel pintarnya di udara saat kampanye pemilu di Istanbul, Turki, 17 Juni 2018. (Foto oleh Yasin Akgul, AFP).
Paus Francis memberkati sebuah foto anak kecil yang terlihat di ponsel pintar, di akhir acara bersama Christian Workers' Movement, di Paul VI Hall di Vatikan, 16 Januari 2016. (Foto oleh Alessandra Tarantino, AP).
Imelda Mumbi, 13, sedang mengikuti kelas online (daring) menggunakan aplikasi di ponsel pintarnya, di Riruta, Nairobi, Kenya, 8 November 2018. (Foto oleh Tony Karumba, AFP).
Cahaya matahari bergerak melewati 42nd Street saat orang-orang sedang berdiri di Pershing Square Bridge, saat event Manhattanhenge, di Park Avenue, New York, 13 July 2018. (Foto oleh Gary Hershorn, Getty Images).
Muhammad Noshad, karyawan Perusahaan Listrik Pakistan, Islamabad Electric Supply Company (IESCO), memeriksa meteran listrik menggunakan ponsel pintarnya di sebuah bangunan di Islamabad, Pakistan, 7 November 2018. Noshad mengakui keberadaan ponsel pintar memudahkan pekerjaannya. (Foto oleh Aamir Qureshi, AFP).
Seorang imigran, yang melewati Meksiko menggunakan karavan, memeriksa ponsel pintarnya saat sedang berhenti ditengah perjalanan, di Guanajuato, Meksiko, 14 April 2018. (Foto oleh Edgard Garrido, Reuters).
Senator Amerika Serikat, Jeff Flake, berbicara dengan wartawan setelah melakukan pertemuan mengenai nominasi Brett Kavanaugh, dengan Pimpinan Senat, Mitch McConnell, di Capitol Hill, Wahingston D.C., 28 September 2018. (Foto oleh Brendan Smialowski, AFP).
Jurnalis dan fotografer asal Bulgaria, Vera Gotseva, mengambil gambar siswanya saat kelas fotografi di desa Sarnitsa, Bulgaria, 3 November 2018. (Foto oleh Dimitar Dilkoff, AFP).
Aicha Younoussa, pengungsi asal Nigeria yang menghindari Boko Haram, berpose dengan ponsel pintarnya di depan tenda pengungsi di Bol, Chad, 8 November 2018. (Foto oleh Michele Cattani, AFP).
Seorang wisatawan dari Tiongkok berpose maksimal untuk berswafoto di depan gedung opera di Frankfurt, Jerman, 2 Maret 2017. (Foto oleh Michael Probst, AP).
Pengungsi asal Honduras yang sedang menunggu karavan untuk menuju Amerika Serikat mengisi baterai ponsel mereka di shelter sementara di Juchitan de Zaragoza, Oaxaca, Meksiko, 30 Oktober 2018. (Foto oleh Guillermo Arias, AFP).
Potret Ini Merefleksikan Kedekatan Ponsel Pintar dan Manusia di Seluruh Penjuru Dunia