"Perubahan itu pasti ada, diinginkan atau tidak, cepat atau lambat perubahan pasti akan datang, tidak ada satupun yang bisa mencegah, menghindar, bahkan menyangkalnya, seberapapun kerasnya seseorang bertahan, perubahan tetap akan menemukan jalan untuk memaksa siapapun yang bertahan"
Hey...
Hey...
Hey... Tayo ... Hey tayo hey tayo.
:batabig
What's up genk!?
Balik lagi bersama gue, TS ganteng kaya sekuteng belom mateng (halah jadul beud !!)
Sebelumnya mohon maap sama momod dan semua official yang bertugas kalau thread ane terindikasi salah kamar, dan jika memang iya, mohon sekiranya untuk dipindahkan ke kamar yang tepat, karena sejujurnya ane bingung, pembahasan ini masuk ke kategori edukasi, sejarah atau hiburan.
Berawal dari sebuah percakapan ngaco antara ane dengan bokap ane yang ga kalah ngaco. Entah ada angin apa, tiba-tiba bokap ane ngedongeng tentang asal usul tempat tinggal ane. Di salah satu kawasan di Jakarta selatan, sebut saja Tebet. (Lah ga usah pake sebut saja kampay !!)
Buat yang belum tau Tebet itu apa dan ada di daerah mana, nih ane kasih tau. Menurut mbah google, "Tebet adalah sebuah tempat atau kawasan yang merupakan sebuah kecamatan di Jakarta Selatan. Wilayah Tebet meliputi Kelurahan Menteng Dalam, Kelurahan Tebet Barat, Kelurahan Tebet Timur, Kelurahan Kobon Baru, Kelurahan Bukit Duri, Kelurahan Manggarai dan Kelurahan Manggarai Selatan". Lokasinya pastinya sendiri bisa di cek di google map (kebangetan sih kalo orang Jakarta ga tau Tebet). Tapi menurut ane, ada cara paling gampang kalo agan yang ga tau Tebet di mana, tanya ajah sama Patung Dirgantara alias patung Pancoran, Doi bakal nunjukin tuh di mana letak daerah Tebet (apasih ga lucu sumpah).
Tebet, saat ini bisa dikatakan salah satu daerah yang sering di jadikan tempat nongkrong anak muda, karena di Tebet banyak banget cafe, restoran, tempat makan, pemukiman penduduk, kos-kosan, perkantoran serta banyak distro yang menjual berbagai model pakaian sebagai gambaran gaya hidup anak-anak muda metropolitan. Nama tebet juga pernah mencuat dalam pemberitaan Nasional, karena kejadian pembunuhan di kos-kosan (yang belum tau monggo di gugling sendiri di yahoo :hammers), atau yang paling terbaru, di Tebet, sempat heboh karena hujan turun hanya di satu Rumah, iyah cuma satu rumah. Tapi bukan itu yang akan ane bahas. Ane bakal bahas perjalanan 'Tebet' dari kawasan yang menurut beberapa orang termasuk Bokap Ane yang udah dari beliau lahir tinggal di Jakarte, yang katanya dulu adalah tempat "Jin buang anak", hingga kini berubah menjadi salah satu kawasan perumahan yang 'mahal'.
Quote:
1. Asal usul nama Tebet.
Tebet sebagai nama tempat sudah ada sejak zaman Belanda. Ketika VOC (Kongsi Dagang Belanda) mulai menguasai Hindia Belanda awal abad ke-16, Tebet dijadikan kawasan penampungan hujan sekaligus resapan air. Sebab, daerah ini lebih rendah ketimbang wilayah sekitarnya.
Menurut Rachmat Ruchiyat, penulis buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, Tebet berasal dari bahasa sunda kuno 'Tebat' atau 'Tebet', berarti rawa. "Pada 1940-an, memang (Tebet) masih berbentuk rawa, belum menjadi permukiman." Ujar sang penulis.
Ini pun dibenarkan sama bokap ane, nyang udah puluhan taon, tinggal di daerah Tebet. "Dulu emang orang-orang melayu bilangnye Tebat, artinya empang." Kalo kata bokap Ane. Tebat atau Tebet dulunya cuma istilah, bukan nama untuk suatu pemukiman atau perkampungan. Untuk nama pemukiman atau perkampungan di kawasan Tebet sebernarnya mempunyai nama masing-masing. Namun perlahan nama itu menghilang, orang-orang lebih akrab dengan sebutan Tebet. "Mungkin kalo Bapak engga salah, cuma kampung balimatraman yang masih nyisa, yang masih terkenal namanya sampe sekarang." Ujar bokap ane.
Letak Kampung Balimatraman sendiri berada di sekitar, Kelurahan Manggarai, Manggarai Selatan, dan Bukit Duri. Sedangkan Kampung Cermai, tempat orang tua ane tinggal dulu, sekarang sudah hampir tidak ada yang tau bahkan ane kalo ga di dongengin bokap ga akan tau. Kalau kawasan yang ane tau dari kecil namanya Tebet Utara, dulunya mempunyai nama Kampung Ceremai.
Quote:
2. Awal Tebet sebagai tempat pemukiman. Tebet sebagai permukiman padat tidak bisa lepas dari keputusan pemerintah (Presiden Soekarno) untuk membangun kawasan Senayan, guna perhelatan pesta olahraga terbesar se-Asia. Indonesia pada tahun 1962 sebagai tuan Rumah. Tentunya ingin menjadi tuan rumah yang baik, atas dasar itulah pemerintah membangun komplek pusat olahraga di kawasan Senayan yang seperti saat ini kita kenal. Menurut J.J Rizal seorang peneliti sejarah Jakarta dalam keterangannya mengatakan "Ada beberapa desa dipindahkan saat itu, termasuk kampung Senayan dan Kebon Baru. Itu adalah penggusuran pertama terhadap rakyat setelah merdeka." Setelah mempelajari sejumlah tempat, akhirnya Soekarno dan panitia sepakat menunjuk Senayan. Selain bakal dibangun kompleks olahraga, daerah ini juga bakal menjadi taman kota. Tentu saja perlu areal sangat luas buat mendirikan pusat kegiatan olahraga. Karena itu, Presiden Soekarno memerintahkan pembebasan lahan seluas 360 hektare. Kawasan Senayan yang rimbun dan ditempati suku Betawi akhirnya dipindah ke tempat yang disediakan pemerintah, yakni Tebet.
Cerita itu kembali dibenarkan oleh bokap ane, beliau mengatakan. Kalau kawasan Tebet pada tahun sebelum pembangunan Senayan, "dikeringkan" rawa-rawa dan empang dikeringkan, ditimbun tahan. Kawasan itu memang disiapkan pemerintah untuk warga "gusuran Senayan." Hal itu pula yang membuat orang-orang yang tinggal di tahun 70-an di kawasan Tebet (Kelurahan Tebet Barat, Kelurahan Tebet Timur, Kelurahan Kebon Baru) di kenal dengan sebutan "warga gusuran Senayan".
Quote:
3. Perkembangan Tebet sebelum dan sesudah kemerdekaan. Saat Jakarta masih dikuasai VOC, bukanya kawasan Tebet tidak berpenghuni. Ada beberapa (saat itu masih disebut) 'desa'. Letaknya di sepanjang jalan yang menghubungkan Manggarai dengan Pasar Minggu, hingga Depok. Namun hanya beberapa, tidak banyak seperti sekarang. Lebih banyak di kawasan Manggarai, Kampung Bali, dan Bukit Duri tutur Bokap Ane. Sebelum kemerdekaan Kawasan Tebet di huni orang-orang etnis Tionghoa yang berdagang di Pasar Rumput tinggal di sepanjang Jalan utama yang menghubungkan Batavia-Pasar Minggu-Depok, orang Belanda yang bekerja di Manggarai, orang-orang Arab yang kebanyakan bermukim di Bukit duri, banyak orang dari wilayah Indonesia tengah, Jawa, serta penduduk betawi asli yang menempati kawasan Tebet (Kampung Bali, Bukit Duri, Manggarai).
Di Tahun-tahun menjelang kemerdekaan, kawasan Tebet sempat menjadi salah satu pusat kegiatan menimba Ilmu Agama Islam. Tidak lain berkat peranan "Sang Macan betawi" KH. Abdullah Syafi'I serta Syaidi Walid, Al-Habib Abdulrohman Assegaf.
Di Zaman itu, banyak orang dari berbagai penjuru datang ke daerah Tebet (Bukit Duri, Kampung Bali) untuk menimba ilmu. Hal itu yang membuat kawasan Tebet mulai padat, Namun hanya di kawasan Bukit Duri dan Kampung Bali Matraman, sedangkan kata Tebet sendiri saat itu masih berupa sebutan untuk daerah Rawa-Rawa dan Empang belum menjadi sebuah ama daerah. Di poin ini ane mendapat referensi dari beberapa cerita orang tua di dekat rumah Ane, Beberapa ceramah beberapa ulama ketika acara Haul KH. Abdullah safi'I serta Haul Sayyidil Walid. Juga bisa kalian Baca di blog atau buku-buku yang meceritakan perjalanan dua ulama besar di Jakarta itu.
Quote:
4. Perkembangan Tebet setelah kemerdekaan sampai penggusuran pertama oleh Pemerintah Indonesia, setelah Kemerdekaan. Tebet sendiri, sudah di huni sebelum terjadinya penggusuran besar kawasan Senaya, namun hanya sebatas di daerah yang saat ini menjadi pasar Tebet Barat dan Di kampung Ciremai yang sekarang menjadi Tebet Utara. Penduduk asli di sana dulu, kebanyakan mencari nafkah melalui berkebun. Namun karena penggusuran besar-besar itu. Banyak kebun warga yang 'dibebaskan' pemerintah dengan harga Rp. 25-30 Rupiah per meter. Karena itu warga asli Tebet dulu di sebut 'orang kaya baru'. hadirnya para warga gusuran Senayan, cara hidup warga asli juga berubah. Dari petani buah-buahan, sawah dan empang, mereka menjadi pekerja atau buruh. Hal ini karena banyak lahan garapan warga yang juga dibebaskan pemerintah untuk permukiman baru. Karena tidak kuat lagi biaya hidup di sini, mereka jual lahan lalu pindah ke Citayam atau Bogor. Lahan-lahan itu lalu dibeli orang-orang kaya Jakarta, terus lama-lama
dibangun jadi seperti sekarang.
Quote:
5. Tebet menjadi salah satu pemukiman 'mahal' Semua tidak lepas dari peranan "Bapak Pembangunan" Indonesia, Presiden Soeharto. Setelah lengsengnya Soekarno, dan digantikan oleh Soeharto. Beliau sedikit merubah rancangan Tebet yang awalnya diperuntukan warga gusuran Senayan, namun karena banyaknya warga yang menjual tanahnya karena alasan tidak kuat dengan perubahan, belum lagi persoalan perampokan yang saat itu terjadi di sana karena para perampok mengincar uang hasil gusuran atau pembebasan lahan, saat itu memang banyak orang yang belum mengetahui atau sepenuhnya percaya menyimpan uang mereka di Bank, makin memperkuat keinginan warga gusuran Senayan maupun warga asli untuk menjual tanah dan rumah mereka. Areal yang dulunya rawa yang masih tersisa ditimbun, dibuka untuk perumahan. Areal hutan (katanya banyak tumbuh pohon pinus) banyak di tebang hingga saat ini dan hanya menyisakan sedikit yang saat ini berada di jalur hijau Tebet sampai Taman honda.
Peran pengusaha dan orang-orang kaya Jakarta, juga tak kala besarnya untuk kawasan Tebet. Karena dinilai strategis dan juga dekat dari pembangunan besar-besaran di kawasan Juningan, Sudirman, Thamrin, hingga Pancoran. Mereka banyak membeli tanah di kawasan Tebet untuk dijadikan kos-kosan, kantor, sampai hotel.
Kawasan Tebet juga di nilai bagus karena harganya masih lebih murah dibanding kawasan Menteng. Hingga sampai saat ini Tebet menjadi kawasan strategis untuk tempat tinggal serta bisnis.
Quote:
6. Tebet dan romantisme anak gaul Jakarta. Tebet di Tahun 80-90an sudah menjadi kawasan padat. Banyaknya angka urbanisasi juga memicu para pengusaha ramai-ramai membangun kos-kosan. Fasilitas umum juga sudah banyak dibangun. Banyak sekolah sudah dibangun mulai dari tingkat SD, SMP, sampai SMA. Hal ini juga membuat Tebet menjadi salah satu tempat berkumpul anak-anak muda. Bahkan Vokalis kelompok musik KLa Project, Katon Bagaskara, tinggal di Tebet periode 1968-1992. Ia mengalami saat Tebet pernah menjadi pusat kreativitas anak muda. "KLa Project bertemu di Tebet. Katon, Lilo, Ari, dan Adi semua anak-anak Tebet," ujarnya menceritakan bagaimana kelompok musik itu berawal. Bukan hanya KLa Project, Artis senior Sederet nama musisi dan aktor bermutu punya sejarah di Tebet era 1970-1990. Katon menyebutkan, Erwin Gutawa dan Addie MS tinggal di Tebet Barat. Rano Karno di Tebet Utara. Sang Raja Dangdut, Rhoma Irama, pun berasal dari Kampung Kebon Baru di Tebet. Kreativitas anak-anak muda Tebet era itu dipicu banyaknya kegiatan seni yang digelar, dari festival band, panggung teater, paduan suara, hingga kontes sepeda hias.
Sedangkan di Era ane awal tahun 2000-an Tebet menjadi salah satu tempat nongkrong 'AGJ' alias Anak Gahoel Jakarta. Biasa anak-anak muda nongkrong di 'wafa' tempat makan pinggir jalan yang dulu ada dibelakang SMP N 115. Saat masa-masa ittu titik kumpul anak muda ada di beberapa tempat selain wafa, di Balai Rakyat yang ada di tebet timur, Lapangan PSPT yang di Tebet Timur, Pasar Tebet Barat, Warmo, Japos yang di Tebet Raya. Namun di era ini anak-anak muda banyak nongkrong di tempat makan pinggi jalan. Karena belum banyaknya cafe yang ada seperti sekarang. Distro di Jaman SMA pun hanya ada bloop dan Endorse lain seperti sekarang yang sudah banyak, sehingga salah satu media menyebut kalau Tebet adalahnya surganya belanja distro di Jakarta, hal ini tidak lain karena perkembangan masif dari kawasan Tebet yang memang strategis.
Quote:
Tebet zaman now memang sudah jauh dari makna 'Tebet' sebelum 'exodus' warga senayan. Sudah bukan lagi kubangan empang, rawa, atau hutan. Tebet sudah berkembang pesat, menjadi kawasan perumahan 'mahal', pusat hiburan, pusat bisnis, markas beberapa komunitas. Mungkin Tebet yang dulu dimaksut orang tua terdahulu sebagai empang, sekarang sudah bergeser makna menjadi 'empang kebahagian'. Muara hari bagi kalangan muda untuk melepas penat sehabis rutinitas.
Untuk ane pribadi saja, Tebet sudah jauh berubah, sejak 4 tahun lalu memutuskan hijrah dan saat ini kembali menetap di Tebet. Dulu ane masih bisa beramah tamah dengan tetangga, namun saat ini sebelah rumah ane saja ane tidak pernah melihat penghuninya. Walau kenal, tapi tidak pernah bertemu.
Tebet sekarang juga punya image negatif, karena maraknya tempat prostitusi yang berkedok kos-kosan. Memang bukan hal yang baru, sejak zaman bokap ane muda, Tebet pernah mendapat julukan sebagai tempat menyimpan istri muda. Namun sekarang bukan hanya istri muda, Tebet sudah menjadi tempat yang aman untuk menyembunyikan selingkuhan daun muda :p
Miris sebenernya, ane sebagai orang yang lahir dan tumbuh kembang di Tebet melihat Tebet yang sekarang tak seramah Tebet yang dulu. Tapi mau di kata apalagi? Pihak yang berkewajiban menata Tebet seperti acuh pada masalah itu. Bertindak hanya saat berita mencuat tanpa adanya tindakan pencegahan. Ane hanya bisa menggerakan hati ane dan teman-teman ane yang sejalan dengan ane.
Namun balik lagi, hidup pasti bekembang. Tidak bisa stak disatu titik, dibalik itu semua, Tebet sekarang sudah menjadi tempat yang ramah bagi anak muda mencurahkan kreativitas dan passion berbisnisnya, terbukti dari banyaknya tempat makan, cafe, restoran, distro dan lainnya 80%nya di miliki dan di kelola oleh anak muda, walau masih ada saja cukong-cukong tua yang memutar uangnya disana.
Sekian thread membosankan dari ane :p hanya sebuah kumpulan kata hasil tari indah jemari di kala waktu senggang. Semoga bisa menambah pengetahuan agan/sista tentang salah satu daerah yang ada di Jakarta. Jika dalam thread ini sekiranya ada salah-salah tentang sejarah Tebet itu sendiri mohon beritau ane, bicara sejarah memang tidak bisa hanya mengambil dari satu sudut pandang. Karena "Sejarah adalah suatu perjanjian di antara orang yang sudah meninggal, mereka yang masih hidup, dan mereka yang belum dilahirkan." Edmund Burke
"Mereka yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah, maka mereka ditakdirkan untuk mengulanginya." - George Santayana.
Salam
-kami bangsa Indonesia-
:iloveindonesia :iloveindonesia
Sumber: dongeng Ayah tercinta yang di perkuat dari, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini
gambar: de wan en onleh