10 Makanan Enak di Grobogan/Purwodadi yang Cocok untuk Kuliner Mudik
Tuesday, May 21, 2019
Kabupaten Grobogan dengan ibukotanya Purwodadi memiliki kuliner khas yang beragam. Beraneka makanan khas Grobogan dengan cita rasa yang unik dan enak hadir di kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah ini setelah Kabupaten Cilacap. Aneka kuliner khas Grobogan itu kini terus menggeliat dan menjadi salah satu jujugan pecinta kuliner yang ingin menikmati kuliner tradisional yang benar-benar khas.
...
Kabupaten Grobogan dengan ibukotanya Purwodadi memiliki kuliner khas yang beragam. Beraneka makanan khas Grobogan dengan cita rasa yang unik dan enak hadir di kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah ini setelah Kabupaten Cilacap. Aneka kuliner khas Grobogan itu kini terus menggeliat dan menjadi salah satu jujugan pecinta kuliner yang ingin menikmati kuliner tradisional yang benar-benar khas. Berikut ini 10 kuliner khas Grobogan yang 'wajib' Anda cicipi ketika berkunjung ke Grobogan:
1. Ayam Pencok
Spoiler for :
Kuliner khas Grobogan ini sering juga disebut dengan Ayam Panggang Bledug, karena dulunya dibuat dengan tujuan untuk sesaji Mbah Bledug yang berada di kawasan objek wisata Bledug Kuwu. Cara membuatnya tergolong unik. Yakni, ayam kampung yang sudah disembelih dibersihkan, lalu dipanggang di atas bara api. Antara bara api dengan ayam diberi jarak sekitar 25 – 30 cm. Api pun dijaga agar tidak terlalu besar dan saat memanggang tidak dikipasi. Proses itu membuat daging ayam matang sempurna.
Disebut Ayam Pencok karena ayam panggang ini dimakan bersama Sambal Pencok. Sambal Pencok terbuat dari kelapa muda yang diparut, cabai, terasi, bawang, dan kencur. Untuk menjaga agar sambal pencok tahan lama, maka paduan bahan tersebut dikukus terlebih dulu hingga masak. Setelah masak, ayam pencok alias ayam panggang bledug pun siap dihidangkan.
2. Sayur Becek
Spoiler for :
Kuliner khas Grobogan ini dulu hanya bisa ditemui di acara-acara hajatan di kampung, seperti saat mantenan atau sunatan. Namun kini, kuliner ini sudah bisa dijumpai di sejumlah warung dan rumah makan di Kabupaten Grobogan. Namanya yang unik yakni Becek, sering memantik penasaran, apalagi kalau sudah merasakan, bisa-bisa ketagihan hehe.
Komponen utama becek adalah iga sapi. Ada juga yang menggunakan iga kerbau. Bumbu-bumbunya terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, dan cabe, ditumbuk menjadi satu kemudian tumbukan tersebut dimasukkan dalam rebusan tulang iga sapi. Untuk menyempurnakan aroma, rebusan tulang dan bumbu tersebut dicampur dengan daun kedondong dan daun dayakan.
3. Garang Asem
Spoiler for :
Kuliner khas Purwodadi Grobogan ini rasanya seger dan mak nyus. Nama Garang Asem merujuk pada rasa makanan dan cara memasaknya. Garang Asem adalah kuliner yang dimasak dengan cara dibungkus daun pisang dan dikukus (digarang atau dipanaskan). Rasanya agak asem (asam) karena dicampuri irisan tomat atau belimbing wuluh.
Di Kabupaten Grobogan, hampir setiap kecamatan dapat dijumpai warung atau rumah makan yang menyediakan menu Garang Asem. Di Kota Purwodadi, Garang Asem bisa dijumpai di RM. Rahardjo (selatan jembatan lusi Getasrejo) yang sudah eksis sejak tahun 1971, atau di WM. Mbak Ping (depan Pasar Purwodadi agak ke timur) dan WM. H. Kadri (Nglejok, Kuripan).
4. Ayam Bakar dan Goreng Noroyono
Spoiler for :
Eksis sejak tahun 1989 dan didirikan oleh Pak Jamin alias "Mr. J", RM. Noroyono dengan hidangan spesial ayam bakar dan ayam goreng, menjadi begitu ikonik di Kabupaten Grobogan. WM. Noroyono yang berpusat di Jl. R. Soeprapto, Purwodadi (utara simpanglima) bahkan kini telah membuka cabang di beberapa tempat, yakni di Purwodadi sendiri, kemudian di Wirosari dan Tinanding (Godong).
Ayam bakar dan ayam goreng Noroyono memang memiliki cita rasa lezat. Bumbunya meresap dan sambal terasi yang menjadi andalannya juga enak. Hal itu yang menjadikan ayam bakar dan ayam goreng Noroyono tetap menjadi jujugan pelanggannya.
5. Mi tek-tek
Spoiler for :
Kuliner khas Grobogan satu ini berasal dari Dusun Nunjungan, Desa Ketitang, Kecamatan Godong. Dari dusun ini, mi tek-tek menyebar ke berbagai daerah, baik di lingkup Kabupaten Grobogan hingga ke luar daerah seperti Semarang, Pati, Demak, Kudus, dan Rembang. Di sebuah buku berjudul "Peta Kuliner Semarang" terbitan sebuah penerbit di Yogyakarta, ada disebutkan Mi Tek Tek Godong.
Kuliner ini hanya bisa dijumpai setiap malam, dimulai selepas maghrib hingga tengah malam. Ada yang berjualan keliling, ada juga yang mangkal. Yang khas dari kuliner ini karena proses pembuatannya tetap mempertahankan dengan menggunakan bara dari arang kayu, bukan dengan kompor gas. Sehingga cita rasa kuliner ini sungguh khas, nyampleng, dan enak bingit.
6. Nasi Jagung
Spoiler for :
Kuliner khas Grobogan ini hadir karena Kabupaten Grobogan dikenal sebagai produsen jagung skala nasional. Tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an, Nasi Jagung atau Sega Jagung masih menjadi makanan utama sehari-hari sebagian besar warga Grobogan, terutama yang tinggal di pedesaan. Seiring perkembangan zaman, saat ini sudah mulai sulit ditemukan warga yang sehari-hari makan Sega Jagung. Apalagi perkembangan teknologi dengan ditemukannya rice cooker, menanak nasi (beras) menjadi semakin praktis. Beda dengan membuat Sega Jagung yang agak ribet. Makanya saat ini sulit ditemui menu Sega Jagung di rumah-rumah warga.
Namun kini Sega Jagung sudah dapat dijumpai lagi. Di Purwodadi, beberapa warung Sega Jagung mulai bermunculan. Bahkan di Danyang ada semacam sentra warung yang menyajikan spesial Sega Jagung. Di Purwodadi kota, beberapa warung Sega Jagung hadir di alun-alun Purwodadi. Kita bisa memesan Sega Jagung Goreng atau Sega Jagung dengan Sayur Lompong plus Peyek Gereh, Urap/Kuluban, dan Bothok Mlanding. Weleh, bener-bener mak nyus.
7. Nasi Pager Godong
Spoiler for :
Kuliner khas Grobogan ini berasal dari Kecamatan Godong sebagai menu sarapan pagi yang unik dan khas. Sega Janganan atau oleh orang Godong populer disebut "Nasi atau Sega Pager Godong". Banyak yang bilang "Belum merasa ke Godong kalau sarapannya belum Sega Pager Godong".
Sega Pager Godong sebenarnya sama seperti nasi gudangan/urap sayur seperti yang ada di daerah lain. Bedanya adalah tambahan sambal pecel dan uyah gorengnya, yang membuat paduan dan sensasi yang beda di lidah. Dihidangkan model pincuk dari daun pisang, Sega Pager Godong biasa dihidangkan dengan bakwan, mendoan, peyek, dan teh hangat.
Makanan khas Godong ini konon sudah ada sejak 70 tahunan lalu. Disebut Sega Pager atau Nasi Pagar karena bahan pelengkap sayurannya merupakan sayuran yang biasa ditanam di pekarangan rumah, yang tempo dulu sering juga berfungsi sebagai pagar.
8. Sega Pecel Gambringan
Spoiler for :
Kuliner khas Grobogan ini populer dengan nama Sega Pecel Gambringan. Gambringan diambil dari tempat asal kuliner ini, yakni dulu banyak dijajakan di Stasiun Gambringan di Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh. Pedagang kuliner tradisional ini sudah banyak dijumpai menjajakan dagangannya di stasiun maupun di atas gerbong kereta api sejak tahun 1940-an. Namun kini peraturan PT KAI tidak membolehkan pedagang menjajakan dagangannya di atas gerbong kereta api.
Karenanya, kini banyak pedagang kuliner Sego Pecel Gambringan yang berjualan keluar. Rasa Sego Pecel Grambringan cukup khas, yakni pedas, aroma kacang juga otentik tanpa rasa bawang putih atau daun jeruk. Disuguhkan dengan pincuk daun pisang, menjadikan kuliner ini semakin nyampleng saat disantap.
9. Sate Kambing Mbah To
Spoiler for :
Sate Kambing Mbah To termasuk kuliner legendaris yang sudah lama eksis. Tidak tahu kapan persisnya Mbah To mulai berjualan sate (dan juga gule) kambing. Namun menurut Mbak Yanti, anak Mbah To yang meneruskan usaha kulinernya, sekira tahun 1990-an dirinya sudah membantu ayahnya jualan sate dan gule kambing. Hingga ayahnya itu meninggal dunia tahun 2003, usaha kuliner sate dan gule kambing itu diteruskan olehnya hingga kini.
Citarasa sate kambing Mbah To memang terkenal mak nyus. Bumbunya meresap nikmat. Bagi yang suka pedas, cita rasa pedasnya bikin lidah mendesis-desis karena kepedasan dan tentu juga keenakan hehe….
Sate kambing Mbah To bisa dijumpai di Dusun Sarip, Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari, atau kurang lebih 10 kilometer arah utara dari perempatan Wirosari.
10. Bakmie Mbah Kenci
Spoiler for :
Antara Bakmi Mbah Nggolo dan Bakmi Mbah Kenci terdapat kesamaan. Pertama; keduanya dirintis oleh perantau asal Solo. Ya, baik Mbah Nggolo maupun Mbah Kencil berasal dari Solo yang merantau ke Wirosari. Karena itu jangan heran kalau cita rasa bakmi keduanya sangat identik alias mirip.
Kedua; sama-sama menjadikan Wirosari sebagai lokus dan episentrum jualannya. Sehingga di Wirosari, kedua bakmi ini sama-sama legendaris. Sama-sama populer dan fenomenal dengan pelanggan dan penggemarnya masing-masing hingga kini.
Adapun anak-anak Mbah Kenci yang berjumlah sembilan anak, mereka membuat warung bakmi dengan tetap menggunakan brand Mbah Kenci. Maka, jangan heran bila kita banyak menjumpai warung bakmi Mbah Kenci di berbagai titik di Kabupaten Grobogan. Setidaknya, di Wirosari dan di Purwodadi kita bisa menjumpai warung bakmi Mbah Kenci, yang dikelola anak-anak (generasi kedua), bahkan cucunya (generasi ketiga).
Di Wirosari, Bakmi Mbah Kenci bisa kita jumpai di bekas Stasiun Wirosari, kemudian di Jambangan Timur (dekat gereja), dan bila malam hari bisa dijumpai mangkal di perempatan Wirosari. Semuanya dikelola oleh anak-anak Mbah Kenci.
Di Purwodadi, salah satu warung bakmi Mbah Kenci dapat kita jumpai di Jl. DI Panjaitan, sebelah selatan RSUD dr. R. Soedjati Purwodadi. Rumah makan ini dikelola oleh Ibu Suryati yang merupakan anak ke-6 Mbah Kenci. Kepada saya, Bu Suryati menyatakan, ia sudah membuka rumah makan Mbah Kenci di Jl. DI Panjaitan Purwodadi sejak sekira 8 tahun yang lalu, yakni sekira tahun 2010.