HIJRAH LAHIR BATHIN: Waspadai Penyakit Hati dalam Hijrahmu
Thursday, May 16, 2019
http://bit.ly/2WL7cSJ
http://bit.ly/2WL7cSJ
1024
1024
KASKUS
http://bit.ly/2WJNGpV
51
244
http://bit.ly/2Edvyxc
Kaskus Addict Posts: 2,056
[justify]
Belakangan ini hijrah menjadi tren baik di berbagai kalangan baik publik figur, umum, tua dan muda serta menjadi gerakan yang masif di kehidupan nyata ataupun di media sosial. Ini adalah suatu hal positif yang musti di syukuri dan patut disambut dengan baik. Hijrah adalah berpindah dari keadaan yang semula buruk/kurang baik menjadi keadaan yang lebih baik, dari kondisi yang sudah baik menjadi kondisi yang lebih baik. Namun dalam fenomena sekarang ini hijrah lebih di pahami sebagai pengenalan agama yang lebih dekat dan mendalam dari sebelumnya yang di rasa kurang atau jauh.
[/justify]
[justify]
[/justify]
[justify]Ibarat Pohon yang makin tinggi, makin banyak buahnya, semakin kencang pula angin menerpa. Begitupula dengan kondisi seseorang yang hijrah (Muhajir). Seorang Muhajir akan berupaya memperbanyak amal ibadahnya dan menjauhi maksiat, maka syetan-syetan penggodanya pun bukan yang biasa-biasa lagi, bukan yang hanya sekedar mengajak maksiat, tapi syetan yang lebih tinggi lagi pangkatnya, yang lebih pintar dan licik lagi. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Perlu di garis bawahi bahwa sejatinya Hijrah itu bukan hanya lahirnya saja akan tetapi juga bathinnya yang tak kalah penting. Menurut Imam Ghazaliorang yang terkena tipu daya syetan hanya mempercantik ibadah lahiryah dan mengabaikan ibadah bathinnya. Jika lahirnya sulit di goda maka hatinya yang dibuat rusak begitulah tipu muslihat syetan dan hawa nafsu. Seolah-olah syetan membiarkan ibadah kita bahkan menambahkan semangat yang berlebihan dalam amal ibadah kita namun tujuannya agar kita tidak merasa sudah keluar jalur dari jalan yang di ridhoi Allah subhanahu wata'ala, [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Maka dari itu agar seorang Muhajir senantiasa mawas diri serta amal ibadahnya senantiasa ada dalam ridho Allah subhanahu wata'ala, kenalilah potensi-potensi tipu daya syetan dan hawa nafsu setelah berhijrah tersebut seperti :
[/justify]
· Merasa lebih sholeh dari orang lain
· Merasa lebih berilmu/ lebih ngerti agama dari orang lain
· Ingin terlihat sebagai orang sholeh
· Ingin terlihat paham agama
· Ingin terlihat sudah hijrah
[justify]Implikasi nya adalah pada perilaku seperti :
[/justify]
[justify]· Senang membanggakan amal ibadah sendiri[/justify]
[justify]· Senang mengkritik cara ibadah/amalan orang lain, mencari kekurangan ibadah orang lain.[/justify]
[justify]· Terlalu bersemangat dalam mencari ilmu dan berdakwah hingga mengabaikan adab dan hakekat ilmu dan dakwah itu sendiri[/justify]
[justify]· Transformasi bahasa/istilah arab yang "dipaksakan" dan tidak tersampaikannya maksud serta tujuannya[/justify]
[justify]· Menonjolkan dan membanggakan cara ibadah dan penampilan yang berbeda.[/justify]
[justify]· dll[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Ulama katakan "man katsura ilmuhu, qalla inkaruhu" (siapa yang banyak ilmunya, ia sedikit mengingkari). Maksudnya ialah orang yang punya banyak ilmu, ia akan sedikit untuk menginkari/mengkritisi apa yang dilakukan oleh orang lain. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Tidak asal menyalahkan ketika melihat –menurut pandangannya- ada yang keliru, Tapi di teliti dulu dipelajari dahulu. Begitu juga, makin banyak pengetahun seseorang tentang syariah dan perbedaan fiqih serta pandangan-pandangan ulama dan madzhab dengan dalil-dalilnya, ia akan jauh lebih bijak dalam bicaranya atau dakwahnya. [/justify]
[justify]Ia tidak akan langsung memvonis salah atau bid'ah (Dholalah) ketika melihat ada yang berbeda, karena ia tahu bahwa dalam satu masalah, bukan hanya ada satu pandangan/pendapat saja, tapi ada juga pandangan lain dari ulama lainnya. Sedikit Ilmu, Banyak Melarangnya. Banyak Ilmu banyak diamnya.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Perlu dipahami bahwa dalam masalah agama itu ada hal-hal yang memang belum jelas, mengandung banyak penafsiran (multi tafsir), dan ini adalah ruang Ijtihadnya para ulama Mujtahid, maka dari itu pentingnya untuk kita memahami pendapat ulama-ulama yang berkompeten di bidangnya, jadi singkatnya bahwa kebenaran itu tidak hanya/harus satu jalan tapi bisa melalui dari banyak jalan.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Tak perlu kita berusaha memahamkan orang lain atau bahkan apa yang kita yakini harus diterapkan oleh orang lain. Baju yang kita pakai belum tentu pas di badan orang lain, begitupula keyakinan, kepahaman ataupun cara beribadah, Imam Ghazali berkata "Jalan menuju Allah itu begitu banyak, sebanyak nafas terhembus".[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Mencari ilmu itu baik dan wajib, apalagi di era digital ini begitu mudah dan instan nya ilmu di dapat akan tetapi kita harus waspada dan bisa memilah serta memilih , karena banyak sekali ilmu yang memerlukan pemahaman lebih mendalam dan juga banyak terdapat ikhtilaf (perbedaan pendapat) yang membutuhkan penjelasan lebih detail dari ulama. [/justify]
[justify]Dalam menuntut ilmu jangan sampai bertujuan untuk menunjukkan kekurangan atau kesalahan amal ibadah orang lain. Jangan karena ingin berdebat atau ingin dianggap lebih baik dari orang lain.[/justify]
[justify]Tapi carilah ilmu karena ingin memahami ibadah lebih dalam, Ingin lebih baik dalam Ibadahnya dan untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala.[/justify]
[justify]Jangan terfokus hanya dari satu sumber saja carilah perbandingannya, Jangan taqlid buta hanya mempelajari satu arahan (pendapat) ulama saja tapi kenali dan hargai pendapat lain agar tak ada rasa paling benar dalam diri.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Carilah guru/pembimbing sebanyak mungkin agar ilmu yang kita pelajari bisa lebih di pahami karena sering kali suatu ilmu atau ayat al qur'an atau hadits itu harus di pahami tidak hanya secara harfiah/tekstual saja tapi lebih luas lebih dalam dari itu maknanya baik itu makna lahir maupun makna bathin, tersirat dan tersurat.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Begitupula dengan dakwah, hakikat dari dakwah itu adalah untuk diri sendiri bukan untuk "memperbaiki" orang lain, Perbaikan diri pada seseorang itu bukanlah "karena" kita, tapi Hidayah dari Allah semata, dakwah adalah salah satu sarana untuk mendapatkannya, mendapatkan Hidayah Allah agar mendapatkan perubahan baik tersebut.[/justify]
[justify]Jadi tujuan utama dakwah adalah Mendapatkan Hidayah Allah agar terwujud menjadi perubahan-perubahan yang baik dalam segala hal.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Dakwah itu tak harus mengatakan semua yang kita ketahui atau yang baru kita pelajari, apalagi jika kita kurang memperhatikan adab dalam penyampaiannya. Imam Ghazali mengingatkan bahwa dakwah dengan perbuatan itu lebih kuat. Apalagi kita yang minim adab dan ilmu ini, salah-salah bukan manfaat yang didapat malah akan mendatangkan mudharat. Coba perhatikan dan renungkan bagaimana reaksi orang lain disekitar kita apakah merasa nyaman dengan keberadaan kita? Atau malah membuat mereka risih, menjaga jarak, enggan terlibat jauh dalam pembicaraan bahkan tanpa disadari sering menghindari kita?. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Seorang Mursyid berkata" "Ngaji itu paling sedikit butuh waktu 20 tahun". Perkataan ini bukanlah syarat baku atau mutlak untuk "Ngaji" (Tholabul ilmi, Belajar/mengajar agama, mesantren, mengkaji kitab, dll ), namun untuk mengingatkan bahwa pentingnya untuk banyak belajar, menggali lebih jauh, lebih dalam dan lebih lama dalam menuntut ilmu.[/justify]
[justify]Jadi bagi kita yang pemula ini, yang masih awam dalam memahami agama, masih belajar ngaji, jika ingin berdakwah (untuk mendapatkan hidayah-Nya) agar ada perbaikan pada diri sendiri dan orang-orang disekitar kita maka utamakanlah dakwah dengan perbuatan, dengan melakukan amalan-amalan baik, amalan lahir dan bathin yang disukai Allah, niatkan pada Allah semata dan mudah-mudahan Allah menurunkan hidayah-Nya dengan wasilah (Perantara/sarana/media) dakwah –perbuatan- kita tsb. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Juga berdakwahlah dengan memperbanyak membicarakan keagungan dan kebesaran Allah, Serukan anjuran-anjuran baik, namun mempersedikit "larangan" yang mungkin mengandung ikhtilaf didalamnya yang belum kita pahami yang bisa membingungkan dan atau memancing perdebatan, bahkan merenggangkan silaturahim. Dengan Amar ma'ruf maka yang Munkar pun dapat dijauhkan. Ini jauh lebih "aman" dan baik bagi kita yang miskin ilmu dan adab ini.[/justify]
[justify]
[/justify]
[justify]Syetan membisikan riya kedalam hati manusia agar amal ibadah yang dilakukan menipis nilainya bahkan nol. Setelah hijrah sering kali ada perasaan ingin diketahui semua orang bahwa kita telah hijrah, menjadi baik, kita sudah melaksanakan beragam amal/ibadah, ataupun memiliki rasa bangga dan ingin menonjolkan penampilan dan cara ibadah kita yang berbeda dari kalangan umum. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Misalkan kita berusaha berpakaian LaIsbal (tidak melebihi mata kaki) tapi mengesampingkan hakekat la isbal itu sendiri. la isbal sendiri hakekatnya adalah agar kita tidak menjadi orang yang sombong, dan berpakaian dengan tidak melebihi mata kaki (untuk laki-laki) adalah salah satu upaya agar lahiryah kita mengingatkan pada bathiniyah kita untuk tidak menjadi pribadi yang sombong. Bukan malah sebaliknya menghadirkan rasa ujub dalam diri karena sudah bisa "nyunnah" dan memandang rendah orang lain yang belum seperti kita. Kalangan mazhab 4 pun tidak ada yang mewajibkannya karena hukumnya sunnah, jadi tak perlu menganggap orang yang isbal itu melakukan suatu hal yang haram, tapi jadikanlah la isbal itu sebagai pengingat untuk hati kita agar menjauhkan penyakit hati seperti riya dan ujub.[/justify]
[justify]
[/justify]
[justify]Contoh lain yang dapat merusak hati kita adalah keinginan untuk berbeda dalam penggunaan istilah -arab- agar terlihat keren dan agamis. Memang tidak ada salahnya bahkan terkadang lebih Afdol (Lebih utama ) menggunakan istilah tersebut, tapi yang harus jadi perhatian adalah niat yang terkandung didalamnya, situasi kondisi serta maksudnya dan tujuannya tersampaikan atau tidak. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Sutau contoh misal disaat menanyakan alamat:[/justify]
[justify]"Afwan alamat ini dimana ya?". [/justify]
[justify]Bagi sebagian orang yang tidak paham kata Afwan (Maaf) akan menganggap kurangnya etika/adab karena to the point (langsung) saja, toh diawali dengan kata "Maaf" saja itu juga sama baiknya dan lebih dapat dipahami semua orang. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Atau saat menggendong anak di Mol seorang emak-emak militan bertanya:[/justify]
[justify]"Anaknya cewek apa cowok mbak..?'. [/justify]
[justify]Dijawab "Ikhwan". [/justify]
[justify]"Ooh Iwan…". Timpalnya.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Kalaupun ingin menggunakan istilah tersebut - yang pada sebagian masyarakat belum familiar/lazim - maka alangkah lebih baiknya dijelaskan atau disertakan dengan pengertiannya agar dapat dipahami secara baik dan benar dan juga untuk mensosialisasikan istilah tersebut. [/justify]
[justify] [/justify]
[justify]-Grup WA riweuh-[/justify]
[justify]Umi : duh anak saya sakit nih..[/justify]
[justify]Ibu2 : syafakillah[/justify]
[justify]Umi : yg sakit anak saya bu bukan saya …[/justify]
[justify]--------Ibu2 bingung------------[/justify]
[justify]Teteh2 :Syafahullah (Semoga Allah menyembuhkannya klo anaknya laki )[/justify]
[justify] Syafahallah Semoga Allah menyembuhkannya klo anaknya pempuan )[/justify]
[justify] Syafakillah jika umi ikut sakit[/justify]
[justify] Syafakallah jika abi nya sakit juga…[/justify]
[justify]Umi : huss….[/justify]
[justify]Abi : *Stiker[/justify]
[justify]-------Ibu2 Left---------[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Lain halnya dengan hal yang telah lazim dipahami oleh semua orang seperti ucapan istirja' (Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun) akan jauh lebih baik daripada kita menyebut artinya / terjemahannya yang malah akan mengakibatkan gagal paham.[/justify]
[justify] [/justify]
[justify]Jadi sahabat, marilah kita Hijrah Lahir dan Bathinnya agar kita dijauhkan dari penyakit bathin, dari sifat-sifat yang dapat mengurangi bahkan menghapus nilai ibadah kita, agar Allah senantiasa membimbing kita dalam jalan yang di ridhoi-Nya dan melanggeng hidayah dalam diri kita. tetap semangat dan selalu hijrah sampai hembusan nafas terakhir kita.[/justify]
[justify]Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatu.[/justify]
[justify] [/justify]
Berikut sedikit Referensi bacaan agar dapat menambah semangat dan wawasan hijrah lahir bathin ;Buku-Buku Karya Imam Al Ghazali seperti Bidayatul Hidayah, Mukhtasar/Ringkasan Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidin. Wallohu'alam bishowab
Hari ini 09:57
Beri apresiasi terhadap thread ini Gan!