Sejarah, Ini Peperangan yang terjadi di Bulan Ramadhan
BEBERAPA peristiwa bersejarah dalam Islam terjadi di bulan Ramadhan. Di bulan suci ini pernah terjadi peperangan yang sangat dahsyat dan berarti bagi umat Islam.
...BEBERAPA peristiwa bersejarah dalam Islam terjadi di bulan Ramadhan. Di bulan suci ini pernah terjadi peperangan yang sangat dahsyat dan berarti bagi umat Islam.
Berikut ini beberapa peperangan dalam sejarah Islam yang terjadi di bulan Ramadhan.
Perang Badar
Perang Badar Al Kubra terjadi pada bulan Ramadan tahun kedua sesudah Hijrah. Umat Islam berhasil memenangi perang ini. Dalam sejarah, inilah kemenangan agung pertama pejuang-pejuang Islam menentang kemusyrikan dan kebatilan. Rasulullah memimpin langsung aksi penyerangan yang hanya melibatkan sekitar 313 orang muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, dan 2 ekor kuda. Sedangkan kaum Quraisy memiliki 1.000 orang, 600 persenjataan lengkap, 700 unta, dan 300 kuda. Namun, semangat jihad yang membara di bulan Ramadan membuat pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan musyrikin Quraisy.
Perang Khandaq
Perang Khandaq dikenal juga sebagai Pertempuran Al Ahzab atau Pertempuran Konfederasi. Perang yang terjadi pada tahun 5 Hijriah merupakan perang yang dilakukan dengan taktik membuat parit untuk melindungi Madinah. Perang ini melibatkan 3.000 pasukan Muslim melawan 10.000 pasukan musuh yang terdiri atas Bani Quraisy, Bani Nadir, Bani Sulaym, dan Bani Murra.
Berdasarkan teknik perang yang diajarkan oleh Salman al Farisi, Rasulullah memerintahkan untuk menggali parit untuk mengecoh musul hanya dalam waktu enam hari sebelum musuh tiba.
Berkat taktik parit besar yang digali, pihak musuh menjadi kesulitan untuk menyerang kaum muslim. Selama dua minggu, mereka hanya berbalas umpatan tanpa bisa menyebrang. Setelah 25 hari, akhirnya pihak musuh menyerah.
Fathu Makkah
Peristiwa penaklukan Kota Makkah disebut juga dengan Fathu Makkah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadan tahun ke delapan sesudah Hijrah. Dengan peristiwa ini, Allah menyelamatkan Kota Makkah yang awalnya penuh kesyirikan dan kezaliman menjadi kota bernafaskan Islam, dengan ruh tauhid dan sunnah. Kota Makkah pun kini menjadi kota dengan lambang keimanan dan kepasrahan kepada Allah ta'ala.
Fathu Makkah dilatarbelakangi pelanggaran yang dilakukan penduduk Makkah terhadap Perjanjian Hudaibiyah. Nabi lantas memerintahkan para sahabat untuk menyiapkan senjata dan menyerang Makkah. Sebanyak puluhan ribu pasukan ikut bersama Rasulullah. Sebelum sampai ke Makkah, berbondong-bondong kerabat Nabi menyatakan taubat. Nabi pun menerima taubat mereka, termasuk Abbas, paman Beliau bersama keluarganya. Ada pula sepupu Nabi, Ibnul Harits dan Abdullah bin Umayyah—yang dulu permusuhannya sangat keras terhadap Nabi.
Rasulullah membagi dua pasukannya untuk memasuki Kota Makkah. Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan untuk memasuki Makkah dari dataran rendah, sementara Zubair bin Awwam memimpin pasukan sayap kiri dan membawa bendera Nabi SAW melalui dataran tinggi.
Lalu Nabi Muhammad mengitari Kakbah dan bertakbir di setiap sudutnya. Dia menyatakan sejak saat itu Makkah menjadi kota suci dan kaum Quraisy dimuliakan oleh Allah. Bersamaan dengan itu, Nabi membaca firman Tuhan:
إِنا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
"Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (Qs. Al Fath: 1)
Perang Tabuk
Perang Tabuk sebenarnya dimulai pada bulan Rajab kesembilan Hijriyah. Namun, pada 26 Ramadan, Rasulullah baru kembali dari peperangan tersebut setelah memperoleh kemenangan. Sejarah Perang Tabuk pun menjadi sejarah peperangan terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW. Rasulullah juga memimpin langsung perang antara tentara Muslim dan pasukan Bizantium atau Romawi Timur tersebut.
Berdasarkan sirah Nabi, ada banyak penyebab yang menyebabkan terjadinya Perang Tabuk. Salah satunya adalah munculnya ancaman dari Ukaidir bun Abdil Malik, seorang Nasrani yang juga pemimpin dari daerah Dumah. Ukaidir mengancam akan memberontak dengan bantuan dari pasukan Romawi. Namun, oleh Nabi, ancaman ini mampu dibendung dan dipadamkan. Sahabat Khalid bin Walid pun menjadi panglima dalam perang ini. Ukaidir akhirnya kalah dan ditawan.
Perang Ain Jalut
Perang Ain Jalut merupakan perang besar yang terjadi pada 3 September 1260 antara orang-orang muslim Mamluk (Turki) dengan bangsa Shamanis Mongol. Ini adalah perang dengan kekalahan pertama pasukan Mongol setelah sebelumnya mereka telah menaklukkan negeri-negeri besar lainnya, termasuk Cina.
Hal ini berawal dari ambisi Jongke Khan, cucu Jengis Khan, untuk menaklukkan Mamluk, Mesir. Qutuz, pempimpin Mesir, merasa ciut nyalinya karena jumlah pasukan yang sangat besar. Namun dia menyusun strategi dengan menyembunyikan pasukan di bukit-bukit serta memancing pasukan Mongol dengan pasukan kecil.
Wafatnya Mongke Khan di tengah penaklukan pun merupakan pertolongan sendiri dari Allah. Para pemimpin senior pun kembali ke ibu kota Korakorum untuk menghadiri upacara pemakaman, sehingga pasukan yang tersisa berkurang separuhnya. Akhirnya pasukan Qutuz pun berhasil mengalahkan pasukan Mongol dengan semangat pertempuran yang menyala-nyala. []