Anak Rantauan Oxford
Thursday, July 12, 2018
Suatu pagi disebuah bus yang melaju ke arah kampus oxford terdapat banyak mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Oxford, merupakan salah satu kampus yang paling bergengsi di dunia dan banyak lulusanya yang menjadi tokoh-tokoh terkenal. Berbagai negara di belahan dunia berduyun-duyun datang ke negeri ratu elizabet, salah satu diantranya adalah seorang pemuda yang berasal dari indonesia, ia biasa di panggil oleh teman-temanya Safazy. Safazy mendapatkan beasiswa S-2 karena ia merupakan salah seorang mahasiswa yang cerdas dan dia memilih inggris dalam perantaunya untuk menuntut ilmu.
Sudah setengah perjalanan bus ini melaju, untuk mencapai kampus safazy membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan melewati 3 terminal. Sekilas ia melihat-lihat lingkungan sekitar dari dalam jendela busnya, ia sungguh takjub dengan keindahan kotanya dan tak pernah bosan terhitung sudah 1 tahun sejak pertama kali ia menginjakan kakinya di daratan ini.
Safazy melihat seorang nenek yang tampaknya kurang sehat dan ia sedang berdiri sambil berpegangan pada besi di dekatnya dengan tubuh yang bergoyang-goyang karena mobil melaju cukup kecang dengan keadaan jalan yang kurang bagus. Sungguh miris melihat hal tersebut tidak ada seorangpun yang memberinya tempat duduk. Dengan sigap safazy langsung menghampiri sang nenek dan ia menawarkan untuk duduk dikursinya.
Nenek itu langsung tersenyum ke arah safazy "terima kasih nak, ternyata masih ada orang baik di dunia ini" kata nenek tersebut. "kamu berasal dari mana?" nenek tersebut bertanya kepada safazy dengan keingintahuan yang begitu besar.
"saya dari indonesia nek".
"oh ya saya tahu, saya pernah kesana tepatnya saya pernah ke bali. disana sungguh indah alamnya". "Siapa namanya nak?". nenek tersebut kembali bertanya kepada safazy.
"saya safazy nek".
"saya brenda, kamu mahasiswa oxford?".
"iya nek, saya mengambil S-2 di oxford".
tak terasa percakapan mereka sudah cukup lama, saking asiknya sampai tak sadar bahwa bus sudah tiba di terminal.
Safazy dan nenek brenda turun dari bus, ketika safazy ingin berpisah dengan nenek brenda tiba-tiba nenek brenda ambruk tak sadarkan diri. Safazy yang melihat itu langsung panik, akhirnya dia meminta tolong kepada warga sekitar untuk membantunya membawa nenek brenda kerumah sakit terdekat. Safazypun ikut kerumah sakit karena ia merasa bertanggung jawab kepada nenek brenda orang yang baru ia temui didalalm bus.
Setelah nenek brenda mendapatkan perwatan dari rumah sakit, safazy agak legaan masih ada yang ia cemaskan yaitu dia telah membolos. Di satu sisi safazy merasa bertanggung jawab terhadap nenek brenda yang sedang sakit, disisi lain ia merasa bersalah karena telah membolos. Tetapi di dalam hatinya dia lebih memilih menolong nenek brenda. Safay mempunyai prinsip bahwa ia akan membantu orang yang membutuhkan pertolongannya.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya nenek brenda sadarkan diri dan saat membuka matanya ia kaget bahwa yang ada di hadapanya adalah pemuda yang baru saja ia temui didalam bus tadi.
"bagaimana keadaan nenek?" safazy bertanya cemas kepada nenek brenda.
"saya baik, terima kasih telah menolong saya".
"senang bisa membantu nek".
"oh ya, bagaimana dengan kuliah mu? bukankah seharusnya kamu ada jam pelajaran".
"tenang saja nek, nenek tidak usah memikirankan itu yang tepenting nenek pikirkan kesehatan nenek sendiri".
"tenang saja nak, saya sudah baikan. Lebih baik kamu balik ke kampus segera".
Mendengar bahwa nenek brenda sudah lebih baik, safazy memutuskan untuk berangkat ke kampusnya. Setelah tiba di oxford dan sudah masuk kedalam kelas tiba-tiba seorang profesor dengan nada tinggi menegur safazy "kenapa kamu jam segini baru datang?". Tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan profesor itupun langsung menyuruh safazy keluar kelas. Dengan sangat kecewa safazy menuruti perintah dari profesornya.
Didalam hatinya sungguh sedih karena ia tidak dapat diperbolehkan untuk masuk. Padahal dia suka dengan mata kuliah yang diajarkan profesor tersebut. Seketika safazy baru ingat bahwa dia belum membayar uang semester padahal jatuh temponya tinggal 3 hari lagi. Pikiran safazy tercampur aduk dengan semua masalah yang dialaminya. Uang beasiswa kali ini sedang terkendala entah apa yang terjadi mungkin ada masalah internal sehingga uangnya tidak cair.
Safazy sudah menanyai masahal ini dengan pihak terkait tetapi tidak ada kejelasan dan ia malah diminta untuk bersabar. Safazy kehabisan akal tentang solusi masalahnya. Ahkirnya dia memutuskan untuk memasrahkan dirinya kepada Allah karena dia tau bahwa Allah tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan kita. Safazy melangkah kan kakinya menuju masjid, disana ia mencurahkan semua keluh kesah mengenai masalah yang dialaminya.
Haripun telah gelap, ia teringat dengan nenek brenda safazy langsung bergegas menuju rumah sakit tempat nenek brenda dirawat ia khawatir terjadi sesuatu denganya. Sesampainya dirumah sakit diruangan tempat nenek brenda dirawat safazy kaget, ia melihat profesor yang tadi mengusirnya keluar kelas berada tepat disamping nenek brenda dan mereka sedang berbicara.
"permisi, bagaimana keadaan nenek brenda apakah sudah lebih baik?" safazy bertanya kepada nenek brenda dengan nada yang lemah lembut.
"Safazy, sini masuk. Sekarang keadaan saya sudah lebih baik ini semua berkat dirimu" nenek brenda menjawab pertanyaan safazy dengan nada yang lemah tapi dengan suara yang jelas.
Profesor mengubah arah pandanganya menuju posisi safazy, profesor itu sangat kaget dengan orang yang berada dihadapanya. Dia masih ingat bahwa orang yang ada di hadapanya tersebut adalah mahasiswa yang telah ia suruh keluar dari kelasnya.
"halo prof". sapa safazy kepada profesor dengan senyuman seolah is sudah lupa dengan kejadian tadi pagi.
"bukankah kamu mahasiswa tadi pagi yang datang terlambat?"
"iya prof, benar"
"sungguh saya minta maaf sebesar-besaarnya karena saya telah mengusirmu tanpa memberi kesempatan dirimu untuk memberi penjelasan"
"tenang prof saya mengerti, merupakan kewajiban prof untuk memberi sanksi kepada mahasiswanya yang telah melanggar aturan seperti saya".
"saya sudah mendengar semuanya dari ibu saya, kalau bukan karena kamu entah apa yang terjadi pada ibu saya. saya sangat berterima kasih padamu karena telah menolong ibu saya dan karena hal ini kamu jadi terlambat."
"sudah kewajiban saya untuk membantu sesama".
"sebagai ucapan terima kasih. saya punya sedikit rizki untuk menambah uang sakumu. saya berharap kamu mau menerimanya". profesor mengambil amplop di kantongnya dan dia langsung mengambil tangan safazy untuk menyerahkan amplopnya.
"sungguh saya sangat berterima kasih prof, atas bantuan ini. saya memang sedang membutuhkanya".
"senang mendengarnya. saya juga berterima kasih kembali".