Usianya memang baru delapan tahun, dan pertama kali hadir saat banyak anak muda dan orang Indonesia mulai akrab dengan chatting di ponsel maupun komputer. Sejauh ini pun lumayan jarang yang kita ketahui menggunakan aplikasi ini, kecuali di lingkar-lingkar terbatas. Seperti sesama teman sendiri, atau komunitas-komunitas tertentu.
Sebagai daya tarik, aplikasi ini memiliki proses pendaftaran dan penentuan nama pengguna atau username yang mudah. Masih banyak pilihan username yang tersedia.
Aplikasi yang satu ini sebenarnya tidak memiliki platformnya sendiri, melainkan memungkinkan penggunanya untuk online pada banyak aplikasi secara bersamaan. Jadi, dengan aplikasi agregator ini, pengguna bisa aktif pada Yahoo! Messenger, MSN Messenger, dan lain-lain sekaligus.
Dengan demikian, sudah jelas bahwa pada sekitar tahun 2003 ketika aplikasi diluncurkan, sudah ada tren untuk memiliki akun di aplikasi-aplikasi berbeda. Tren yang kemungkinan akan diikuti dengan tren kepemilikan ponsel lebih dari satu.
Namanya cantik banget, ya. Aplikasi yang satu ini sebenarnya mirip dengan ebuddy, karena mengaktifkan banyak platform chatting secara bersamaan. Menariknya, pengguna bisa mengedit dan melakukan customization untuk banyak aspek visual. Misalnya dengan desain tembus pandang khas awal 2000-an, atau dengan panel-panel ikon.
Aplikasi chatting yang satu ini cukup mudah dikenali lewat logonya berupa pinguin dengan syal merah.
Hadir setahun sebelum era milenium (tahun 2000), platform ini dikembangkan untuk penggunakan lewat komputer maupun laptop, hingga kemudian berkembang ke gadget dan aneka perangkat lainnya. Kemudian terus berkembang menjadi aplikasi chatting khusus di daratan Cina sampai saat ini.
Mirip telepon, user ID pengguna QQ menggunakan angka.
Nama Pidgin, atau pijin dalam bahasa Indonesia, berarti cara berkomunikasi singkat antara dua bahasa berbeda. Jadi, maksud dari aplikasi ini adalah mengaktifkan banyak jenis platform chattingsecara bersamaan. Lebih tua dari dua nama di atas, dan mengakomodasi beraneka jenis platform. Bahkan yang belum pernah kita dengar namanya sekalipun. Seperti Zephyr, Gadu-gadu, XMPP, dan banyak lagi lainnya.
Aplikasi chatting ini termasuk yang pertama menghadirkan kategori-kategori pengguna berdasarkan hobi dan kegemarannya. Kita bisa memilih topik-topik tertentu, lalu masuk ke dalam lobi grup baik untuk ikut berbincang di depan, atau mengirim pesan personal ke sejumlah pengguna.
Bagi yang pernah merasakan kultur di Warnet, aplikasi ini identik dengan bunyi klakson kapal setiap awal koneksinya. Cukup nyaring dan menarik perhatian seisi ruangan. Ada beberapa novel terkenal Indonesia yang jalan ceritanya juga menggunakan aplikasi ini sebagai simbol kekinian di saat itu. Termasuk novel Dewi "Dee" Lestari.
Platform ini jadi jawaranya. Sudah berusia 23 tahun dan masih operasional sampai sekarang, walaupun tetap dengan tampilan yang khas ala komputer awal 90-an. Bentuk tulisan atau font yang digunakan juga berupa "System" yang mudah banget dikenali.
Berbeda dengan ICQ, mIRC menggunakan Channel yang bisa dibuat sendiri. Ada pula pengaplikasian robot atau bot yang seringkali diberdayakan untuk kuis dan permainan semacam cerdas cermat.
Nama pengguna pada mIRC bisa diubah sewaktu-waktu. Berbeda dengan platform lain yang mengharuskan pengguna meregistrasi data terikat pada alamat email. Penggunaan layanan mIRC terikat pada Server yang tersedia. Walaupun nama Channel-nya sama tetapi berbeda Server, orang-orang di dalamnya tentu berbeda. Tidak ketemu dengan yang dicari dong.
Pesan pembuka yang khas dari pengguna mIRC adalah: "asl pls" untuk langsung menanyakan usia (age), jenis kelamin (sex), dan lokasi (location).