Karena Tempat Paling Bahagia di Bumi Adalah Piala Dunia
Wednesday, July 25, 2018
Disneyland is the happiest place on earth. Saya jamin sebagian besar dari Anda di sini pasti pernah mendengar ungkapan tersebut. Disneyland, sebuah taman bermain yang sudah sangat terkenal dan ada di beberapa belahan dunia, sering dikatakan merupakan tempat paling bahagia di muka bumi.
Tapi bagi saya, Disneyland bukanlah apa-apa ketimbang Piala Dunia. Ya, Piala Dunia! Sebuah mimpi sejak kecil yang akhirnya benar-benar terwujud. Mimpi seorang pencinta sepak bola yang jadi nyata di Rusia.
Satu mimpi saya akhirnya bisa terwujud. Menyaksikan pertandingan Piala Dunia langsung di stadion. Tapi, perjalanan saya di Rusia belum usai. Masih ada banyak pengalaman yang saya rasa tak ada ruginya jika dibagikan ke Anda..
To be continued...
Tapi bagi saya, Disneyland bukanlah apa-apa ketimbang Piala Dunia. Ya, Piala Dunia! Sebuah mimpi sejak kecil yang akhirnya benar-benar terwujud. Mimpi seorang pencinta sepak bola yang jadi nyata di Rusia.
***
Quote:
Mata ini semakin mengantuk setelah melihat Philipp Lahm mengangkat trofi Piala Dunia dan skuat Jerman merayakan gelar keempat mereka. Sampai akhirnya siaran stasiun televisi benar-benar berakhir, saya pun kembali ke kosan dari sebuah warung kopi tempat saya menyaksikan pertandingan tersebut.
Setelah merebahkan diri di atas kasur, saya justru tak bisa tidur. Kepala ini membayangkan apakah mungkin saya bisa berada di Rusia empat tahun mendatang. Menikmati langsung atmosfer Piala Dunia, yang selama ini hanya bisa saya liat dari layar kaca? Entahlah. Khayalan saya justru membuat saya tertidur..
Delapan bulan sebelum Piala Dunia 2018 digelar, mimpi empat tahun lalu sepertinya semakin nyata. Suatu malam di bulan November 2017, tiket penerbangan menuju Rusia sudah saya miliki! Selangkah lagi untuk benar-benar mewujudkan mimpi.
Membeli tiket ke Rusia padahal belum punya tiket pertandingan Piala Dunia. Saya sempat berpikir kalau saya ini cukup gila. Bagaimana jika saya gagal mendapatkan satu pun tiket pertandingan? Tapi dengan pertimbangan harga promo yang saya dapatkan, tiket pertandingan jadi urusan belakangan.
Sampai akhirnya kesempatan itu benar-benar datang. Setelah melewatkan fase pertama pembelian tiket pertandingan, saya mendapatkannya di fase kedua. Salah satu pertandingan di babak 16-besar menjadi pilihan saya. Tak peduli siapa yang bermain, karena ini adalah Piala Dunia!
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Minggu, 1 Juli 2018, saya menuju bandara untuk memulai perjalanan mewujudkan mimpi. Saya tidak mengambil penerbangan langsung ke Moscow, melainkan transit di Bangkok, Thailand. Keesokan harinya, baru saya mendaratkan kaki saya di Rusia! World Cup, I'm Coming!
Saya tak bisa berlama-lama berada di Moscow. Tiba di Ibukota Rusia tersebut pada jam 3 sore waktu setempat, saya harus mengejar kereta untuk menuju St. Petersburg, tempat laga antara Swedia vs Swiss yang akan saya saksikan.
Sedikit informasi, setiap orang yang memegang tiket Piala Dunia 2018, akan mendapatkan sebuah Fan ID. Bukan hanya syarat untuk memasuki stadion, Fan ID ini punya begitu banyak fungsi. Kereta antar kota menjadi gratis, tram, metro, bus semua menjadi bebas biaya saat hari pertandingan hanya dengan meunjukkan Fan ID.
Pukul 10 malam kereta yang akan membawa saya menuju St. Petersburg berangkat. Di sinilah atmosfer Piala Dunia benar-benar saya rasakan. Hampir semua orang yang berada di kereta tersebut adalah fans sepak bola, baik yang negaranya tampil, atau sama seperti saya, yang ingin merasakan atmosfer Piala Dunia.
Paling tidak ada 14 orang baru yang saya temui di kereta tersebut. Kebanyakan dari mereka akan membentangkan bendera negara asal mereka di bunk bed yang disediakan di kereta tersebut. Maklum saja, perjalanan kereta dari Moscow ke St. Petersburg menghabiskan waktu kurang lebih 12 jam.
Tak ingin melewatkan momen di kereta, saya mengurungkan niat untuk tidur. Saya lebih memilih untuk menuju gerbong yang menjual makanan dan minuman, atau kita sebut saja kantin. Di sana, terdapat beberapa orang yang sedang berkumpul, dan mereka bukan dari negara yang sama.
Kebanyakan dari mereka punya pertanyaan yang sama ketika melihat saya. "Anda dari negara mana? Peru?". Mungkin mereka sedikit takjub dengan warna kulit saya yang berbeda dengan mereka semua. "Indonesia!" Begitu bangga saya menjawab ketika banyak dari mereka yang bertanya dari mana asal saya.
Tak sedikit dari mereka yang heran ketika mendengar Indonesia. Mereka tahu Bali, tapi tidak tahu Indonesia, yang membuat saya menunjukkan letak Indonesia dari smartphone yang saya bawa. Bukan cuma itu, saya juga menunjukkan kepada mereka bahwa kita juga negara yang gila bola, meski tak bisa ikut Piala Dunia –bahkan kualifikasinya saja tidak-, lewat aksi para suporter Indonesia di tribun yang ada di YouTube.
Asik bercengkrama di kereta membuat saya merasa butuh tidur! Beruntung ketika sampai di St. Petersburg, host CouchSurfing saya sudah menunggu di tempat saya tiba. Tak lama kemudian kami sampai di apartemen, dan di sini saya bisa mengistirahatkan badan saya untuk beberapa jam.
Pertandingan Swedia vs Swiss sendiri digelar jam 5 sore waktu setempat, dan saya sudah tiba di Krestovsky Stadium, dua jam sebelum kick-off. Di sini, saya benar-benar merasakan jika tempat paling membahagiakan di bumi bukanlah Disneyland, tapi Piala Dunia!
Saya sengaja memakai kaos IKEA, yang menjadi salah satu kebanggaan orang Swedia. Karena kebetulan, tiket yang saya dapat berada satu zona dengan para pendukung Emil Forsberg dkk. Ternyata keputusan saya memakai kaos IKEA membuat saya mendapatkan pengalaman unik lainnya.
Hampir semua fans Swedia yang sedang berkumpul dan bernyanyi, memanggil saya untuk mengajak berfoto bersama! Mereka menganggap saya adalah fans Swedia sejati, meskipun jika dilihat dari paras dan warna kulit, sudah jelas saya bukan berasal dari tanah Skandinavia! Tapi tak apa, sebuah pengalaman yang belum tentu orang Indonesia lain bisa mengalaminya.
Di sekitar stadion, tak hanya fans dari Swedia dan Swiss saja yang akan menyaksikan pertandingan. Ternyata ada cukup banyak fans sepak bola yang negaranya tak lolos ke Rusia. Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Uzbekistan, dan masih banyak yang lainnya. Setelah melihat hal itu, saya semakin sadar, jika Piala Dunia benar-benar milik semuanya. Bukan cuma untuk masyarakat yang negaranya bertanding.
Puas menikmati atmosfer di luar, saatnya masuk ke dalam stadion. Kesan pertama saya adalah "ribet banget sih!" Penjagaan yang luar biasa ketat sebelum para penonton memasuki stadion. Bahkan saya harus menunggu lebih lama karena ada salah satu atribut yang saya bawa berkali-kali diperiksa oleh petugas yang berjaga.
Singkat cerita, saya membawa salah satu bendera yang mewakili salah satu komunitas yang saya tergabung di dalamnya. Tapi petugas keamanan Krestovsky Stadium merasa bendera yang saya bawa harus benar-benar diperiksa, karena takut akan ada pesan-pesan yang rasis atau semacamnya. Bendera tak ada masalah, masuklah saya ke dalam.
Tak ada hal yang spesial ketika menyaksikan pertandingan berlangsung. Hampir sama dengan kebanyakan pertandingan yang saya saksikan langsung di stadion, baik di Indonesia atau beberapa negara lainnya. Tapi, beberapa saat sebelum kick-off, menjadi pengalaman luar biasa lainnya yang saya alami di Rusia.
Bersama puluhan suporter Swedia, kami yang mendapatkan duduk kurang nyaman melakukan aksi yang sebenarnya melanggar. Sambil bernyanyi, perlahan kami menduduki tempat yang seharusya tidak boleh ditempati. Petugas keamanan yang saat itu hanya dua orang, tak bisa menahan kami.
Pertandingan tersebut dimenangi oleh Swedia dengan skor tipis 1-0. Saya ikut merasakan kebahagiaan orang-orang Swedia di sekitar saya saat itu. Nyanyian-nyanyian dari para fans tersebut terus terdengar saat saya sudah berada lagi di luar stadion
Setelah merebahkan diri di atas kasur, saya justru tak bisa tidur. Kepala ini membayangkan apakah mungkin saya bisa berada di Rusia empat tahun mendatang. Menikmati langsung atmosfer Piala Dunia, yang selama ini hanya bisa saya liat dari layar kaca? Entahlah. Khayalan saya justru membuat saya tertidur..
---
Delapan bulan sebelum Piala Dunia 2018 digelar, mimpi empat tahun lalu sepertinya semakin nyata. Suatu malam di bulan November 2017, tiket penerbangan menuju Rusia sudah saya miliki! Selangkah lagi untuk benar-benar mewujudkan mimpi.

Membeli tiket ke Rusia padahal belum punya tiket pertandingan Piala Dunia. Saya sempat berpikir kalau saya ini cukup gila. Bagaimana jika saya gagal mendapatkan satu pun tiket pertandingan? Tapi dengan pertimbangan harga promo yang saya dapatkan, tiket pertandingan jadi urusan belakangan.
Sampai akhirnya kesempatan itu benar-benar datang. Setelah melewatkan fase pertama pembelian tiket pertandingan, saya mendapatkannya di fase kedua. Salah satu pertandingan di babak 16-besar menjadi pilihan saya. Tak peduli siapa yang bermain, karena ini adalah Piala Dunia!
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Minggu, 1 Juli 2018, saya menuju bandara untuk memulai perjalanan mewujudkan mimpi. Saya tidak mengambil penerbangan langsung ke Moscow, melainkan transit di Bangkok, Thailand. Keesokan harinya, baru saya mendaratkan kaki saya di Rusia! World Cup, I'm Coming!
Saya tak bisa berlama-lama berada di Moscow. Tiba di Ibukota Rusia tersebut pada jam 3 sore waktu setempat, saya harus mengejar kereta untuk menuju St. Petersburg, tempat laga antara Swedia vs Swiss yang akan saya saksikan.
Sedikit informasi, setiap orang yang memegang tiket Piala Dunia 2018, akan mendapatkan sebuah Fan ID. Bukan hanya syarat untuk memasuki stadion, Fan ID ini punya begitu banyak fungsi. Kereta antar kota menjadi gratis, tram, metro, bus semua menjadi bebas biaya saat hari pertandingan hanya dengan meunjukkan Fan ID.

---
Pukul 10 malam kereta yang akan membawa saya menuju St. Petersburg berangkat. Di sinilah atmosfer Piala Dunia benar-benar saya rasakan. Hampir semua orang yang berada di kereta tersebut adalah fans sepak bola, baik yang negaranya tampil, atau sama seperti saya, yang ingin merasakan atmosfer Piala Dunia.

Paling tidak ada 14 orang baru yang saya temui di kereta tersebut. Kebanyakan dari mereka akan membentangkan bendera negara asal mereka di bunk bed yang disediakan di kereta tersebut. Maklum saja, perjalanan kereta dari Moscow ke St. Petersburg menghabiskan waktu kurang lebih 12 jam.
Tak ingin melewatkan momen di kereta, saya mengurungkan niat untuk tidur. Saya lebih memilih untuk menuju gerbong yang menjual makanan dan minuman, atau kita sebut saja kantin. Di sana, terdapat beberapa orang yang sedang berkumpul, dan mereka bukan dari negara yang sama.
Kebanyakan dari mereka punya pertanyaan yang sama ketika melihat saya. "Anda dari negara mana? Peru?". Mungkin mereka sedikit takjub dengan warna kulit saya yang berbeda dengan mereka semua. "Indonesia!" Begitu bangga saya menjawab ketika banyak dari mereka yang bertanya dari mana asal saya.
Tak sedikit dari mereka yang heran ketika mendengar Indonesia. Mereka tahu Bali, tapi tidak tahu Indonesia, yang membuat saya menunjukkan letak Indonesia dari smartphone yang saya bawa. Bukan cuma itu, saya juga menunjukkan kepada mereka bahwa kita juga negara yang gila bola, meski tak bisa ikut Piala Dunia –bahkan kualifikasinya saja tidak-, lewat aksi para suporter Indonesia di tribun yang ada di YouTube.
---
Asik bercengkrama di kereta membuat saya merasa butuh tidur! Beruntung ketika sampai di St. Petersburg, host CouchSurfing saya sudah menunggu di tempat saya tiba. Tak lama kemudian kami sampai di apartemen, dan di sini saya bisa mengistirahatkan badan saya untuk beberapa jam.
Pertandingan Swedia vs Swiss sendiri digelar jam 5 sore waktu setempat, dan saya sudah tiba di Krestovsky Stadium, dua jam sebelum kick-off. Di sini, saya benar-benar merasakan jika tempat paling membahagiakan di bumi bukanlah Disneyland, tapi Piala Dunia!

Saya sengaja memakai kaos IKEA, yang menjadi salah satu kebanggaan orang Swedia. Karena kebetulan, tiket yang saya dapat berada satu zona dengan para pendukung Emil Forsberg dkk. Ternyata keputusan saya memakai kaos IKEA membuat saya mendapatkan pengalaman unik lainnya.
Hampir semua fans Swedia yang sedang berkumpul dan bernyanyi, memanggil saya untuk mengajak berfoto bersama! Mereka menganggap saya adalah fans Swedia sejati, meskipun jika dilihat dari paras dan warna kulit, sudah jelas saya bukan berasal dari tanah Skandinavia! Tapi tak apa, sebuah pengalaman yang belum tentu orang Indonesia lain bisa mengalaminya.
Di sekitar stadion, tak hanya fans dari Swedia dan Swiss saja yang akan menyaksikan pertandingan. Ternyata ada cukup banyak fans sepak bola yang negaranya tak lolos ke Rusia. Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Uzbekistan, dan masih banyak yang lainnya. Setelah melihat hal itu, saya semakin sadar, jika Piala Dunia benar-benar milik semuanya. Bukan cuma untuk masyarakat yang negaranya bertanding.
Puas menikmati atmosfer di luar, saatnya masuk ke dalam stadion. Kesan pertama saya adalah "ribet banget sih!" Penjagaan yang luar biasa ketat sebelum para penonton memasuki stadion. Bahkan saya harus menunggu lebih lama karena ada salah satu atribut yang saya bawa berkali-kali diperiksa oleh petugas yang berjaga.
Singkat cerita, saya membawa salah satu bendera yang mewakili salah satu komunitas yang saya tergabung di dalamnya. Tapi petugas keamanan Krestovsky Stadium merasa bendera yang saya bawa harus benar-benar diperiksa, karena takut akan ada pesan-pesan yang rasis atau semacamnya. Bendera tak ada masalah, masuklah saya ke dalam.

Tak ada hal yang spesial ketika menyaksikan pertandingan berlangsung. Hampir sama dengan kebanyakan pertandingan yang saya saksikan langsung di stadion, baik di Indonesia atau beberapa negara lainnya. Tapi, beberapa saat sebelum kick-off, menjadi pengalaman luar biasa lainnya yang saya alami di Rusia.
Bersama puluhan suporter Swedia, kami yang mendapatkan duduk kurang nyaman melakukan aksi yang sebenarnya melanggar. Sambil bernyanyi, perlahan kami menduduki tempat yang seharusya tidak boleh ditempati. Petugas keamanan yang saat itu hanya dua orang, tak bisa menahan kami.
Pertandingan tersebut dimenangi oleh Swedia dengan skor tipis 1-0. Saya ikut merasakan kebahagiaan orang-orang Swedia di sekitar saya saat itu. Nyanyian-nyanyian dari para fans tersebut terus terdengar saat saya sudah berada lagi di luar stadion
***
Satu mimpi saya akhirnya bisa terwujud. Menyaksikan pertandingan Piala Dunia langsung di stadion. Tapi, perjalanan saya di Rusia belum usai. Masih ada banyak pengalaman yang saya rasa tak ada ruginya jika dibagikan ke Anda..
To be continued...