Everest. Gunung tertinggi di dunia, jika diukur dari permukaan laut, dengan puncak yang tingginya menjulang hingga 8.848 meter. Hampir semua pendaki gunung di dunia ini memiliki cita-cita untuk menaklukkan puncak Everest – namun tak sedikit pula yang kisahnya harus berakhir dengan tragis di salah satu sudut Everest yang terjal nan ekstrem.
Everest bukan hanya sebuah gunung biasa yang menarik para pendaki dunia untuk melakukan ekspedisi menuju puncaknya. Everest juga memiliki banyak kisah misterius hingga mitos yang menarik dan kontroversial. Dilansir dari ListVerse, berikut ini adalah tiga misteri Gunung Everest yang hingga kini masih menyelimuti tempat tersebut.
Quote:
1. Hantu Everest Pemba Dorje dari suku Sherpa di Nepal adalah seorang pendaki gunung yang terkenal di dunia pendakian. Alasannya ada dua. Yang pertama, Dorje diklaim sebagai orang yang berhasil mendaki Gunung Everest dengan rekor tercepat pada 21 Mei 2004, dengan catatan waktu delapan jam dan 10 menit (rekor ini dikonfirmasi oleh kementrian pariwisata Nepal, namun sertifikat rekor dunianya dibatalkan Guinness World Record pada tahun 2017).
Yang kedua adalah, sebuah kejadian yang terjadi tiga hari kemudian, yakni pada tanggal 24 Mei 2004. Saat mendekati puncak dari South Col, Dorje menemukan beberapa jasad milik sekelompok para pendaki yang telah membeku di bawah salju. Tiba-tiba, Dorje dikelilingi oleh sesuatu yang sifatnya supernatural. Begini klaim yang diucapkannya:
"Ketika saya berhenti di tumpukan bebatuan, saya melihat beberapa arwah dalam bentuk bayangan hitam yang kemudian menghampiri saya, dengan tangan terjulur dan memohon [kepada saya] untuk meminta makanan. Saya pikir mereka adalah arwah para pendaki yang banyak terbunuh pada saat dan setelah mereka mendaki Gunung Everest. Jasad-jasad para pendaki yang tewas masih berada di gunung, dan satu pendaki yang mati karena tak sengaja terjatuh masih tergantung pada tali."
Banyak orang-orang dari suku Sherpa percaya, bahwa hantu-hantu yang menunggui Everest tidak akan pernah bisa meninggalkan Everest atau beristirahat dengan tenang, sampai jasad mereka dikubur dengan pantas.
Hmmm, seram juga ya. Pasalnya, memang ada banyak jasad pendaki yang masih berada di "Zona Kematian", yang lokasinya berada di atas ketinggian 8.000 meter.
Quote:
2. Yeti
Yeti adalah makhluk mitos berkaki dua yang berasal dari cerita rakyat bangsa Nepal dan Tibet. Kendati demikian, terdapat beberapa catatan yang menuliskan penampakan Yeti di wilayah Everest, dengan jejak kaki hingga bukti DNA yang menyokong klaim terkait keberadaan makhluk Yeti.
Beberapa bukti nyata yang menunjukkan keberadaan Yeti adalah, jejak kaki raksasa yang ditemukan di ketinggian 6.000 meter (20.000 kaki) di tahun 1951 oleh Eric Shipton, serta "kulit kepala Yeti" yang kini disimpan oleh Biara Khumjung's, di bagian selatan Everest.
Lalu ada juga penemuan yang lebih meyakinkan, yakni sampel rambut yang diambil oleh Joshua Gates dan timnya Destination Truth di tahun 2009. Sampel rambut ini ditemukan Gates pada sejumlah jejak kaki berukuran panjang 33 cm dan lebar 25 cm. Saat dites oleh analis forensik, disimpulkan bahwa sampel rambut tersebut memiliki sekuensi DNA yang tidak diketahui.
Quote:
3. Penampakan atau alien? Kejadian janggal juga dialami Frank Smythe saat mendaki Everest
Frank Smythe adalah pendaki asal Inggris yang mencoba menaklukkan Everest untuk pertama kalinya di tahun 1933. Smythe hanya sendirian saat berada di ketinggian 8.565 meter di North Ridge Everest, ketika Smythe merasa dirinya mengalami halusinasi.
Smythe saat itu merasakan betul kalau ada orang lain yang bersama dirinya. Saking kuatnya perasaan tersebut, Smythe sempat membagikan kue mint miliknya dan menoleh ke belakang untuk menawarkan kue tersebut ke "orang yang menemaninya".
Setelahnya, Smythe menyaksikan dua buah objek aneh yang melayang di langit. Objek ini, menurut kesaksiannya, sangat mirip dengan balon layang-layang. Objek pertama nampak memiliki sayap yang masih belum sempurna, dan yang satu lagi nampak memiliki tonjolan yang menyerupai paruh dari unggas. Kedua objek ini melayang namun tak bergerak sama sekali – mereka nampak berdenyut pelan.
Smythe saat itu cukup sadar bahwa apa yang ia alami adalah suatu kejanggalan. Smythe melakukan cek mental, dan mencoba menyebutkan satu per satu nama puncak Everest yang ada di sekelilingnya. Tapi saat dia menoleh kembali ke belakang, dua objek tersebut masih belum bergerak. Kedua objek itu kemudian terselimuti kabut, dan menghilang saat kabut menipis.
Smythe sempat menuliskan pengalamannya, bahwa mereka yang gagal mendaki puncak Everest memiliki satu kesamaan yang tak terbantahkan, yaitu perasaan lega karena tak harus melanjutkan pendakian. Menurutnya, 1.000 kaki terakhir menuju puncak Everest bukanlah untuk ditempuh oleh manusia biasa.