Kota Tanpa Traffic Light Ada Di Thimphu Bhutan



Hidup di sebuah kota besar dengan keruwetan jalan yang dihadapi, dimana pertumbuhan populasi kendaraan semakin tinggi pastinya membutuhkan traffic light.



Apalagi di kota besar seperti Jakarta nampaknya hal yang tak mungkin dilakukan, karena populasi pertumbuhan kendaraan di jalan semakin lama semakin tinggi, mudahnya kredit kendaraan memang menjadi masalah tersendiri. Bahkan ketika traffic light mati di daerah perkotaan pastinya kemacetan panjang pun terjadi, bahkan pak polisi pun tak sanggup untuk menangani jalan bila semua traffic light di kota besar mati. Sudah pasti akan banyaknya kendaraan yang tersendat karena ingin lebih dulu berjalan di persimpangan kota-kota besar.



Tapi nampaknya traffic light tidak berlaku di negara Bhutan, tepatnya di Thimpu, ibukota Bhutan. Wilayah Tibet yang satu ini memang tidak ada Traffic Light sama sekali. Lucunya satu-satunya Traffic Light yang pernah dipasang malah bikin pusing pengendara. Warganyapun lebih memilih polisi lalu lintas untuk mengatur jalan daripada lampu triwarna. Lagipula pak polisi disana bisa menilang pengendara yang tak memakai sabuk pengaman.



Bhutan memang unik seunik mantan yang pergi dan tak bisa bersama lagi walau rasanya berat ketika ditinggal mantan, karena Bhutan sangat menghormati budayanya. Uang dan kekayaan bukan hal utama yang mereka kejar. Tidak seperti kebanyakan negara yang bergantung pada pendapatan Domestik Bruto, bahkan negara kapitalispun meradang dengan banyaknya negara berkembang yang banyak tak bahagia, walau katanya negara itu kaya, warganya ramah, bahkan disebut tanah surga. Bhutan adalah satu-satunya negara yang sangat mempertimbangkan prinsip Gross National Happiness. Bukan hanya sekedar kekayaan negara, setiap keputusan yang diambil oleh kerajaan haruslah mempertimbangkan kebahagiaan rakyatnya dan uniknya banyak pertimbangan yang alih-alih modern dianggap akan membuat stress masyarakatnya seperti halnya masuknya TV di Bhutan baru ada pada tahun 1999.



Negara ini memang negara kecil bahkan kotanyapun terlihat sederhana, namun sukses menjadi negara peringkat 8 terbahagia di dunia. Apakah Indonesia sudah bahagia ? Nampaknya masih jauh panggang daripada api ketika kriminalitas tinggi disana terbukti bahwa negara ini belumlah bahagia, terjadi gap tinggi antara si kaya dan miskin juga akan menciptakan kecemburuan sosial.



Semoga saja ada pemimpin di Indonesia nanti yang berusaha untuk membahagiakan rakyatnya dengan kebijakan yang lebih baik, dimana tingkat stress masyarakatnya dapat berkurang, tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan di dunia, masih banyak warga yang stress hingga bunuh diri itu semua bukan karena miskin tapi gaya hidup yang menciptakan suasana tersebut. Semua manusia memang saat ini dipaksa menjadi budak harta, tanpa uang agan tak kan bahagia.



Bagaimana menurutmu juragan ingin hidup bahagia atau hanya stress mengejar uang yang katanya agar bahagia ? Duh jadi bingung kan gan sebab uang zaman now memang perlu juga, ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang :D

Monggo seruupuutt dolo



c4punk@2018

Referensi


https://lifestyle.okezone.com/read/2...pu-lalu-lintas




Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel