Tetaplah Berprinsip “Ambil yang Baik, Buang yang Buruk”
Wednesday, August 1, 2018
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sejak kita masih kecil, mungkin kita mengenal pepatah tersebut. Bisa dibilang, pepatah ini menanamkan kepada diri setiap manusia untuk mendapatkan segala sesuatu yang diperlukan olehnya dengan cara yang halal dan dengan kondisi pikiran jernih. Jika hal ini dapat diterapkan di seluruh aspek kehidupan, maka akan tercipta kedamaian. Tidak ada lagi orang yang bebas menghilangkan hak orang lain demi kepentingan pribadinya, baik dari sisi kemanusiaan, agama, politik, maupun kebudayaan.
Akan tetapi, banyak sekali di antara kita belum benar-benar menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Manusia melakukan segala hal demi memuaskan hawa nafsunya, baik nafsu jasmani maupun rohani. Untuk memahaminya, tidak perlu jauh-jauh ke ranah negara kita. Lihatlah di sekitar kita, banyak sekali ketidakteraturan yang timbul akibat pengaruh luar. Seperti menyontek, berbohong, mencuri sandal di masjid, membalas komentar di media sosial dengan umpatan, dan masih banyak lagi.
Apa sih sebenarnya yang menyebabkan timbulnya ketidakteraturan tersebut? Menurut Wilnes, terdapat 2 faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang terjadi. Di antaranya yaitu faktor subjektif yang berasal dari individu itu sendiri ataupun sifat bawaan dari sejak lahir. Sedangkan faktor objektif berasal dari luar individu tersebut (lingkungan) semisal kondisi keluarga, hubungan orang tua dan anak, dan lainnya.
Akibat yang ditimbulkan karena tidak menerapkan pepatah tersebut dapat kita lihat saat ini. Orang-orang dapat menilai segala hal berdasarkan pembenaran yang mereka buat tanpa memandang efek baik-buruknya setelah melihat suatu hal yang belum tentu baik dan belum tentu salah. Di satu sisi, orang tersebut membenci figurnya. Di saat yang bersamaan dia turut membenci segala perilakunya terlepas itu baik atau buruk.
Bagaimana cara agar kita dapat terus mempertahankan prinsip tersebut?
1. Yakinlah bahwa Sang Pencipta selalu mengetahui apa yang kita kerjakan
Dalam ajaran agama Islam, kita diwajibkan untuk menerapkan amar ma'ruf nahi munkar. Di agama lain tentu demikian namun dengan kekhususan tersendiri. Dari sini, kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang baik dan mencegah keburukan. Semua amal kita akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak di akhirat nanti. Jadi, jika berencana melakukan dosa, maka pikirkan dahulu : "Sudah benarkah ibadah saya di hadapan-Nya?" atau "Yakinkah ibadah saya akan diterima oleh-Nya?" atau "Berbuat dosa mengapa harus pilih-pilih? Sama saja bohong!"
2. Sampaikah hal baik dengan cara yang baik
Di era sarat keterbukaan ini, setiap manusia bebas mengemukakan pendapatnya namun sedikit di antara mereka yang menyampaikannya dengan cara yang baik. Tentunya setiap manusia ingin bermanfaat bagi manusia lainnya. Namun apabila disampaikan dengan cara yang baik, tentu orang lain akan mampu memahami dengan pikiran jernih, bukan nafsu amarah semata. sehingga hal baik tersebut dapat diterima dengan baik
3. Yakinkan bahwa kebaikan selalu dibalas dengan kebaikan
Berbuat baik memang tidak ada batasnya selagi tidak merugikan orang lain. Berbuat baik merupakan sifat yang mulia dan layak untuk mendapat ganjaran yang baik pula. Meskipun balasan tersebut terkadang kurang mengenakkan, maka kebaikan tersebut akan tetap hadir dalam bentuk yang berbeda. Bisa seperti kesehatan, keselamatan, hikmah, bertambahnya derajat di hadapan-Nya, dll.
4. Sebarkan kebaikan
Kebaikan tentu menular kepada siapa saja. Bisa saja seorang penjahat kelas kakap yang telah melakukan berbagai macam kejahatan bisa tiba-tiba menjadi orang alim karena adanya hidayah yang turun atau kondisi lingkungannya yang taat beribadah. Pahala tentu akan selalu mengalir bagi mereka yang menyebarkan kebaikan. Tentunya dengan catatan hal yang disampaikan benar adanya.
Sekian trit dari ane. Semoga dapat menjadi bahan renungan bagi agan-agan yang membacanya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam trit ini. Ambil pelajaran yang baik, buang yang buruk. Wassalam.