Kok Baru Bereaksi, Apa Karena Anak Papi?
Tuesday, September 25, 2018
Quote:
Sepakbola kembali meminta tumbal nyawa. Minggu 23 September 2018, Haringga Sirila meninggal karena dianiyaya oleh sekelompok orang berpakaian pendukung Persib Bandung. Kematian Haringga, hanya beberapa jam sebelum laga panas Antara Persib melawan Persija di stadion Gelora Bandung Lautan Api.
Kematian Haringga sontak menjadi pemberitaan di mana-mana. Baik Media cetak, elektronik mengabarkan kabar buruk tersebut. Mulai dari kelompok suporter, pemilik klub, sampai Menpora pun turun tangan mengomentari kejadian tersebut. Tulisan #RIPHaringga membahana di mana-mana. Tidak ada yang salah dengan pemberitaan yang bombastis tersebut. Justru bagus, akhirnya stakeholder sadar juga tentang bahaya laten Sepakbola.
Sebelumnya pada tanggal 26 Juli 2018, Muhammad Iqbal meninggal dunia selepas menonton laga panas derby Jogja antara PSIM vs PSS. Entah karena beritanya dianggap tidak menarik, kurang menjual karena terjadi di daerah dan bukan anaknya Papa, maka pemberitaan rusuh suporter di Bantul tersebut tidak mendapatkan perhatian seluas sekarang.
Saya berandai-andai, jika PSSI dan semua stakeholder sepakbola tanggap (seperti yang ditunjukkan hari ini) pasca kejadian di Bantul, mungkin saja Haringga masih hidup sekarang. Asumsinya, PSSI akan melakukan investigasi, BOPI akan mengeluarkan rekomendasi untuk menghentikan Liga, sampai adanya jaminan kerusuhan tidak akan terjadi lagi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ya mari kita makan saja.
Tanpa mengurangi respect dan duka cita yang mendalam kepada Haringga, saya hanya ingin menulis kepada PSSI dan media, adil-lah dalam menulis. Kerusuhan seperti yang dialami Haringga, sudah sering terjadi bos. Ingat Rangga yang meninggal di GBK? Ingat Kejadian di Manahan dimana Bobotoh dilempar? Apa kalian semua bersuara? Kalian bersuara ketika korban dari tim ibukota. Ada apa? Apa Karena tim ibukota, sehingga dapat perlakuan istimewa?
Kekerasan, apapun bentuknya itu salah! Tersangka penganiyayaan, jelas salah dan sudah diminta pertanggung jawaban oleh aparat kepolisisan. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah, bagaimana cara agar peristiwa semacam ini jangan sampai terulang di masa yang akan datang. Stadion bukan medan perang, stadion adalah sarana adu kreasi. Bisa tidak damai? Kalau tidak bisa, ada baiknya tidak ada lagi sepakbola di negeri ini.
Terakhir, saya ingin mengingatkan kepada diri sendiri dan semua suporter dari klub manapun, PATUHILAH HIMBAUAN DARI APARAT KEAMANAN. JIKA MEMANG DILARANG HADIR, YA JANGAN HADIR! Jangan sampai atas nama mentalita, kalian mempertaruhkan nyawa dan meninggal dunial. Sudah, cukup sampai sini saja ada korban nyawa di sepakbola. Sekali lagi, saya ucapkan rasa duka cita kepada korban, semoga amal baik diterima Tuhan, dan diampuni semua dosanya. Amin.
Untuk PSSI. Sehat om? Berani tidak mendenda laga tanpa penonton suporter yang nge-chants ... dibunuh saja!!! Masih mau nunggu berapa nyawa lagi? Ingat dari chants, bisa menjadi semacam sugesti. Hasilnya, tentu om sudah lihat sendiri kan? Denda itu jangan cuma duit om! Tegas dikit napa, potong poin kek, usiran kek. Jangan cuma nutup tribun separo! Jangan lupa kalau melakukan investigasi, jangan tebang pilih. Kita lihat, kalau benar Persib kena potong poin, berarti PSSI nya sakit. Lha di Jogja apa ada yang kena potong poin? Salam Damai. Maaf kalau ada salah kata.
Ciao.
Sumber Referensi : sini, sini
Umber Gambar : sini. sini