#RIPHaringga: Indonesia Bisa Tiru Langkah 5 Negara Ini Untuk Mengatasi Suporter Liar
Tuesday, September 25, 2018
Baru-baru ini dunia persepakbolaan di Indonesia kembali tercoreng oleh kelakuan oknum bar-bar yang mengatasnamakan dirinya Viking atau Bobotoh. Entah apa yang merasuki mereka, tanpa belas kasih mereka melakukan sesuatu yang tidak pantas dilakukan oleh manusia yang dikaruniai otak buat berpikir.
Itu kalau orang-orang itu masih mengaku punya otak. Dan masih berfungsi buat mikir.
Malang nian nasib Haringga Sirila. Laki-laki berusia 23 tahun itu harus meregang nyawa setelah dikeroyok menjelang laga Liga 1 antara Persib dan Persija di Stadion Gelora Bandung lautan Api.
Haringga two-shot bareng oshi JKT48-nya
Menurut berita, penyebab pengeroyokan begitu sepele. Haringga mengenakan stiker bertuliskan The Jak Mania.
Semoga Haringga tenang di alam sana serta pelaku mendapat perlakuan yang setimpal atas nama hukum. (TS ngarepnya tuh yang ngeroyok udah pada di atas umur biar … tahu sendirilah :tai ).
Dikutip dari data lembaga nirlaba Save Our Soccer (SOS), sebanyak 55 suporter sepak bola Indonesia tewas. Mayoritas akibat aksi kekerasan dan pengeroyokan, terhitung dari tahun 1995 hingga 2017.
Sementara jumlah kematian pendukung Persija dan Persib mencapai 7 orang sejak 2012 lalu.
Berkaca dari pengalaman ini, pasti kita semua bertanya-tanya. Apakah langkah yang selama ini pemerintah lakukan (yang bahkan TS gak tahu ada efeknya apa kagak) telah cukup untuk mencegah serta menindak terkait segala tindak kekerasan yang kerap menyelimuti dunia sepak bola di negeri ini.
Nah, bersumber dari sini , ada beberapa langkah yang telah dilakukan oleh 5 negara di luar negeri dalam menghadapi kelakuan supporter yang kelewatan. Baik itu di dalam maupun luar stadion.
BELGIA – Suporternya mendapat pelatihan
(sumber)
(sumber)
Pada akhir tahun 1980-an, klub sepak bola Standard Liege membentuk Program Pelatihan Suporter. Tujuannya adalah mencegah terjadinya kekerasan oleh supporter dengan meredam gejalanya sejak dini. Program ini menanamkan nilai toleransi selama menonton bola, khususnya kepada anak-anak muda.
Pelatihan dilakukan oleh sejumlah pemain tenar dan mantan perusuh yang memberitahu kepada peserta bahwa kekerasan yang dilakukan berpotensi fatal, melukai dan berujung dengan catatan kriminal.
Penghargaan yang kemudian ditiru di banyak negara ini pernah mendapat penghargaan UEFA-backed European Football Supporters Award pada 2011 karena usahanya yang tak kenal lelah dalam melawan kekerasan di dunia olahraga.
TURKI – Suporter dilarang nonton
(sumber)
(sumber)
Gerah akibat sering gelud antar sesama supporter, salah satu klub bola asal Turki, Fenerbahce, menerapkan cara yang unik. Jadi mereka melarang laki-laki menonton di stadion. Lah? Terus yang nonton siapa? Ya, cuma anak-anak dan perempuan yang boleh.
Namun, jelas, pelarangan ini tentu mendapat kritik sejumlah pihak. Ada yang menyebut penonton akan mencari tempat nobar lain misal di bar atau restoran. Nah, dikhawatirkan akan terjadi keributan di tempat-tempat itu.
Emang dasar suporter kolot!
INGGRIS – Penonton Dipisah
(sumber)
(sumber)
Sejak 1970-an, Asosiasi sepak Bola Inggris (FA) telah memisahkan tempat duduk penonton dari kedua kubu.
Maksudnya pegimane? :gila:
Jadi begini, loh, gan-sis. Setiap pertandingan, biasanya kursi penonton penuh oleh supporter tuan rumah. Sedang dari supporter tamu mendapat tempat duduk yang cenderung bukan tempat favorit buat nonton.
Tapi di Inggris, tempat duduk supporter diberi pembatas di antara tim tamu dan tuan rumah. Kadang malah ada petugas jaga dari non-polisi.
Saking seringnya para supporter pada gelud, pada tahun 1970-an hingga 1990-an, sejumlah laga malah melarang para pendukung antar kubu buat ketemuan di luar stadion! Jadi pihak penyelenggara memisah jalan masuk dan keluar.
Namun mulai pertengahan tahun 2000-an, pengamanan sudah mulai nyantai. Kedua supporter bisa berjalan beriringan.
Itu tandanya mereka mulai jarang gelud. :thumbup
ITALIA – Membatalkan seluruh liga
(sumber)
(sumber)
Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) mengancam membatalkan seluruh liga di negara itu, setelah rentetan kekerasan oleh suporter berlangsung pada Januari 2007.
Salah satunya ketika seorang ofisial klub amatir Sammartinese, tewas akibat terjebak dalam perkelahian antara pendukung dan pemain bola pada bulan Januari.
Kala mengancam akan membatalkan seluruh kompetisi, Presiden FIGC saat itu, Luca Pancalli menyebut, "Kita dalam kondisi genting. Untuk memperbaiki citra sepak bola, saya siap mengambil langkah drastis."
Dan beberapa hari setelahnya, kematian karena aksi pendukung sepak bola Italia kembali terjadi.
Seorang polisi, Filippo Raciti, tewas saat bertugas melerai pertikaian antara dua pendukung klub Serie A, Catania dan Palermo, usai sebuah pertandingan.
Raciti tewas karena ditusuk di bagian hatinya, dengan "benda tajam dari toilet".
Geram, Pancalli pun melaksanakan janjinya. Doi membatalkan seluruh pertandingan, bahkan laga yang digelar oleh tim nasional Italia selama seminggu.
Sukurin!
RUSIA – Polisi 'Kelas Berat' dan sanksi untuk klub
Karena ada beberap supporter klub yang terkenal rusuh; Spartak Moscow, Lokomotiv Moscow dan CSKA Moscow, pemerintah Rusia menyiapkan pasukan polisi anti huru-hara khusus buat menangani hal yang tidak diinginkan selama pertandingan sepak bola.
Polisi tersebut dilengkapi tameng, pentungan dan gas air mata untuk menindak tegas pelaku, yang sering bersenjata.
Jika suporternya udah kelewatan pake banget, klub atau tim nasional yang didukung bakal kena imbasnya juga loh.
Mantab!
Quote:
Artikel oleh MukamuKaos
Referensi dari VOA Indonesia