Kisah Suratmi Bomber-29, Seniman Sekaligus Pahlawan Nasional
Sunday, November 11, 2018
:wagelaseh:wagelaseh:wagelaseh
Tanggal 10 November kemarin tepat hari pahlawan, kita memperingati hari peringatan bersejarah atas jasa dan pengorbanan selama hidup para pahlawan.
Dan kita yang muda, kalangan generasi melenial, generasi now, generasi serba online akan mudah mencari literatur tentang para tokoh dan pahlawan.
Nah kali ini, ijinkan untuk membuat tulisan sederhana untuk memperingati Hari Pahlawan, sekaligus flashback tentang tokoh yang bakal ane jelaskan di trit ini.
Wajahnya tersenyum seperti ditujukan kepada khalayak banyak, orang-orang mengamati seorang wanita berwajah bulat itu dipanggung, seketika penonton tertawa.......:D
Identik menggunakan pakaian adat khas jawa, ya ... kemben! Seperti inilah sinden mau manggung saja, wajah sumringah dan murah senyum, pun banyak penonton ketawa seketika dia masuk diatas panggung.
Perawakan khas jawa ini bernama Suratmi alias Ratmi, nama terkenalnya Ratmi-B29 "seperti agen mata-mata CAI aja :D" merupakan seorang multitalenta. Lahir di Bandung 16 Januari 1932, anak dari Bapak Salimin dan Ibu Sainem.
Saat masih bocah, ayahnya, Salimin, meninggal dunia. Ratmi pun harus menjalani hidup prihatin bersama ibunya, Sainem.
"Keadaan inilah yang memaksa diri saya untuk membulatkan tekad dalam usaha saya memenuhi panggilan hidup yang sebenarnya, yakni kesenian," ujar Ratmi kepada majalah Djaja tahun 1969.
Didunia seni beliau semasa hidup sudah terlebih dahulu masuk group music keroncong hingga memerankan peran figuran di film. Ratmi belajar kesenian secara otodidak. Dia rajin menyaksikan pertunjukan dan mempraktikkannya. Dan dia berhasil. Bahkan menjadi seniman multitalenta: sebagai pesinden, penyanyi keroncong, pemain sandiwara dan film, serta pelawak.
Beberapa film dari TS suka yang sering tayang disalah satu televisi swasta adalah film berjudl Ali Baba "1974". Ada juga film yang ane pernah tonton garapan Kris Biantoro dengan Hamid Arif "Paul Sontoloyo - 1974". Dan beberapa film seperti Inem Nyonya Besar (1977) salah satu film yg TS juga antusias nontonnya.
Selain genre comedy juga yang di perankan Suratmi beliau juga membentuk group lawak bernama Ratmi CS, sebelumnya bergabung dengan Tiga Djenaka di tahun 1976.
Secara singkat beliau ini memiliki banyak karya di industri perfilman tempo dulu, terkenalnya beliau juga bukan karena artis dadakan seperti saat ini, terlebih dahulu sebelum terkenal beliau ternyata seorang pejuang kemerdekaan. Tetapi namanya terlalu asing bagi kita kita ini, kebanyakan lebih mengenalinya sebagai komedian atau pelawak.
Hingga pada puncak karirnya saat akan menyelesaikan film ke-27 Direktris Muda" (1977), beliau pingsan dan badan bergetar "seperti menggigil" dan wafat di Ujung Pandang (saat ini Makassar) pada tanggal 31 Desember 1977 pada umur 45 tahun, seperti penuturan seorang sahabatnya Suratmi terkena serangan jantung saat akan merayakan Tahun Baru bersama keluarganya, ketika turun dari tangga pesawat terjatuh dan meninggal dipelukan suaminya ketika diperjalanan menuju Rumah Sakit.
Dan kita yang muda, kalangan generasi melenial, generasi now, generasi serba online akan mudah mencari literatur tentang para tokoh dan pahlawan.
Nah kali ini, ijinkan untuk membuat tulisan sederhana untuk memperingati Hari Pahlawan, sekaligus flashback tentang tokoh yang bakal ane jelaskan di trit ini.
Wajahnya tersenyum seperti ditujukan kepada khalayak banyak, orang-orang mengamati seorang wanita berwajah bulat itu dipanggung, seketika penonton tertawa.......:D
Identik menggunakan pakaian adat khas jawa, ya ... kemben! Seperti inilah sinden mau manggung saja, wajah sumringah dan murah senyum, pun banyak penonton ketawa seketika dia masuk diatas panggung.
Perawakan khas jawa ini bernama Suratmi alias Ratmi, nama terkenalnya Ratmi-B29 "seperti agen mata-mata CAI aja :D" merupakan seorang multitalenta. Lahir di Bandung 16 Januari 1932, anak dari Bapak Salimin dan Ibu Sainem.
Saat masih bocah, ayahnya, Salimin, meninggal dunia. Ratmi pun harus menjalani hidup prihatin bersama ibunya, Sainem.
"Keadaan inilah yang memaksa diri saya untuk membulatkan tekad dalam usaha saya memenuhi panggilan hidup yang sebenarnya, yakni kesenian," ujar Ratmi kepada majalah Djaja tahun 1969.
Didunia seni beliau semasa hidup sudah terlebih dahulu masuk group music keroncong hingga memerankan peran figuran di film. Ratmi belajar kesenian secara otodidak. Dia rajin menyaksikan pertunjukan dan mempraktikkannya. Dan dia berhasil. Bahkan menjadi seniman multitalenta: sebagai pesinden, penyanyi keroncong, pemain sandiwara dan film, serta pelawak.
Beberapa film dari TS suka yang sering tayang disalah satu televisi swasta adalah film berjudl Ali Baba "1974". Ada juga film yang ane pernah tonton garapan Kris Biantoro dengan Hamid Arif "Paul Sontoloyo - 1974". Dan beberapa film seperti Inem Nyonya Besar (1977) salah satu film yg TS juga antusias nontonnya.
Selain genre comedy juga yang di perankan Suratmi beliau juga membentuk group lawak bernama Ratmi CS, sebelumnya bergabung dengan Tiga Djenaka di tahun 1976.
Secara singkat beliau ini memiliki banyak karya di industri perfilman tempo dulu, terkenalnya beliau juga bukan karena artis dadakan seperti saat ini, terlebih dahulu sebelum terkenal beliau ternyata seorang pejuang kemerdekaan. Tetapi namanya terlalu asing bagi kita kita ini, kebanyakan lebih mengenalinya sebagai komedian atau pelawak.
Hingga pada puncak karirnya saat akan menyelesaikan film ke-27 Direktris Muda" (1977), beliau pingsan dan badan bergetar "seperti menggigil" dan wafat di Ujung Pandang (saat ini Makassar) pada tanggal 31 Desember 1977 pada umur 45 tahun, seperti penuturan seorang sahabatnya Suratmi terkena serangan jantung saat akan merayakan Tahun Baru bersama keluarganya, ketika turun dari tangga pesawat terjatuh dan meninggal dipelukan suaminya ketika diperjalanan menuju Rumah Sakit.
Sang Penghibur
Ratmi mengawali karier di panggung hiburan pada 1943 sebagai penyanyi keroncong. Beberapa kali dia harus meninggalkan panggung karena ikut perang. Ratmi melanjutkan karier di dunia hiburan usai agresi militer Belanda II. Dia menjadi penyanyi keroncong Orkes Studio Bandung pimpinan E. Sambojan.
Ratmi pindah ke Jakarta pada pertengahan 1950-an. Dia bergabung dengan grup wayang orang Tritunggal di Kebon Kelapa, Jatinegara, pimpinan suaminya, Idris Indra. Tugasnya sebagai penari dan pesinden. Sesekali, agar memeriahkan suasana, dia melawak. Setelah bercerai, Ratmi pindah ke Bandung dan kembali bergabung dengan grup wayang orang. Dia juga mulai memasuki dunia film sebagai figuran lewat dua film komedi Si Djimat (1960) dan Kuntilanak (1961).
Di Bandung, Ratmi kerap menghibur keluarga TNI Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan lawakannya.
"Rupanya dengan lawakan saya itu, mereka selalu merasa puas. Oleh karena itu, saya dijuluki dengan sebutan B-29 (dari jenis pesawat Bomber 29). Seperti adik tahu bahwa pesawat itu sangat dahsyat dan lawakan saya diterapkan dengan dahsyatnya B-29," kata Ratmi kepada Angkatan Bersenjata, 5 Desember 1974.
Ratmi memang punya hubungan lekat dengan tentara. Pada masa revolusi fisik, Ratmi ikut berjuang dalam kancah revolusi fisik sebagai anggota Barisan Srikandi/Lasykar Wanita Indonesia (Laswi). Pernah pula jadi anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah. Dia mengundurkan diri dari ketentaraan dengan pangkat terakhir sersan dua.
Ratmi pindah ke Jakarta pada pertengahan 1950-an. Dia bergabung dengan grup wayang orang Tritunggal di Kebon Kelapa, Jatinegara, pimpinan suaminya, Idris Indra. Tugasnya sebagai penari dan pesinden. Sesekali, agar memeriahkan suasana, dia melawak. Setelah bercerai, Ratmi pindah ke Bandung dan kembali bergabung dengan grup wayang orang. Dia juga mulai memasuki dunia film sebagai figuran lewat dua film komedi Si Djimat (1960) dan Kuntilanak (1961).
Di Bandung, Ratmi kerap menghibur keluarga TNI Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan lawakannya.
"Rupanya dengan lawakan saya itu, mereka selalu merasa puas. Oleh karena itu, saya dijuluki dengan sebutan B-29 (dari jenis pesawat Bomber 29). Seperti adik tahu bahwa pesawat itu sangat dahsyat dan lawakan saya diterapkan dengan dahsyatnya B-29," kata Ratmi kepada Angkatan Bersenjata, 5 Desember 1974.
Ratmi memang punya hubungan lekat dengan tentara. Pada masa revolusi fisik, Ratmi ikut berjuang dalam kancah revolusi fisik sebagai anggota Barisan Srikandi/Lasykar Wanita Indonesia (Laswi). Pernah pula jadi anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah. Dia mengundurkan diri dari ketentaraan dengan pangkat terakhir sersan dua.
Ratmi-Bomber29
Tahun 1950 ia keluar dari Laswi dan mengisi acara hiburan di RRI Bandung. Sembilan tahun kemudian ia bergabung dengan grup Irama Aneka, yang mana selain menyanyi ia juga melawak. Gelar Bomber-29 (B-29) atau orang yang suka memborbadir perut dengan kekocakannya disematkan Laksda TNI Wiriadinata. Pada sebuah kesempatan, ia menghibur prajurit angkasa (TNI AU) yang dihadiri Wiriadinata.
Menyeberang ke Jakarta pada 1965, Suratmi B-29 bergabung dengan Agora Jenaka bersama pelawak-pelawak Hariomulyo, Drajat, dan Slamet H. Sampai ketika bertemu Bing Slamet, ia dibimbing mengorbit ke dunia film. Sejumlah judul ia bintangi seperti "Di Balik Pintu Doa", "Tiada Maaf Bagimu", "Insan Kesepian", "Cincin Berduri", dan yang paling melekat pada namanya "Ratu Amplop".
Menyeberang ke Jakarta pada 1965, Suratmi B-29 bergabung dengan Agora Jenaka bersama pelawak-pelawak Hariomulyo, Drajat, dan Slamet H. Sampai ketika bertemu Bing Slamet, ia dibimbing mengorbit ke dunia film. Sejumlah judul ia bintangi seperti "Di Balik Pintu Doa", "Tiada Maaf Bagimu", "Insan Kesepian", "Cincin Berduri", dan yang paling melekat pada namanya "Ratu Amplop".
Hanya Ratmi
Setelah ibunya meninggal dunia, Ratmi pindah ke Jakarta pada 1966. Pada tahun itu pula Ratmi memasuki dunia lawak. Kepada Angkatan Bersenjata, Ratmi bilang dia mendapat kesempatan menjadi pelawak terkenal melalui perantara dedengkot lawak saat itu, Bing Slamet.
Ratmi punya modal yang cukup sebagai pelawak. Selain mengenal teknik melawak, dia punya postur tubuh yang bisa "dimanfaatkan". Tubuhnya subur. Pipinya tembem. Hidungnya pesek.
Ratmi gabung dengan grup lawak Agora Djenaka bersama Hardjomuljo, Drajat, dan Slamet Harto. Kendati kwartet lawak itu tak pernah bubar, Ratmi membentuk grup lawak Ratmi Cs bersama Bandot dan Teten.
Kehadiran Ratmi di pentas lawak diapresiasi banyak pihak.
"Kita bisa menghitung dengan jari, berapa jumlah pelawak wanita. Bahkan di ibukota yang merupakan pusat segala macam kegiatan, barangkali hanya ada seorang pelawak wanita, yakni Suratmi Bomber-29. Memang masih ada yang lain, tapi hanya Ratmi B-29 saja yang benar-benar mengkhususkan diri di bidang dagelan," tulis majalah Selecta tahun 1969.
"Kita telah beberapa kali menyaksikan Ratmi beraksi baik di atas pentas maupun di televisi. Kesimpulan kita mengenai dirinya: ia memang seorang pelawak!"
Seiring popularitasnya, Ratmi pun kembali merambah ke layar lebar. Dia memegang peran-peran penting dalam film Ketemu Jodoh (1973), Si Rano (1973), dan Ratu Amplop (1974). Sepanjang hidupnya, Ratmi setidaknya membintangi 32 film.
Saking terkenal, pada 1970-an ada merek sabun colek produksi PT Sinar Antjol dengan nama yang sama. Ratmi pula yang menjadi bintang iklannya.
Popularitas itu membuat Ratmi sibuk bukan kepalang. Pada 1977, dia menjalani syuting tiga film sekaligus: Direktris Muda, Sembilan Janda Genit, dan Hujan Duit.
Ratmi punya modal yang cukup sebagai pelawak. Selain mengenal teknik melawak, dia punya postur tubuh yang bisa "dimanfaatkan". Tubuhnya subur. Pipinya tembem. Hidungnya pesek.
Ratmi gabung dengan grup lawak Agora Djenaka bersama Hardjomuljo, Drajat, dan Slamet Harto. Kendati kwartet lawak itu tak pernah bubar, Ratmi membentuk grup lawak Ratmi Cs bersama Bandot dan Teten.
Kehadiran Ratmi di pentas lawak diapresiasi banyak pihak.
"Kita bisa menghitung dengan jari, berapa jumlah pelawak wanita. Bahkan di ibukota yang merupakan pusat segala macam kegiatan, barangkali hanya ada seorang pelawak wanita, yakni Suratmi Bomber-29. Memang masih ada yang lain, tapi hanya Ratmi B-29 saja yang benar-benar mengkhususkan diri di bidang dagelan," tulis majalah Selecta tahun 1969.
"Kita telah beberapa kali menyaksikan Ratmi beraksi baik di atas pentas maupun di televisi. Kesimpulan kita mengenai dirinya: ia memang seorang pelawak!"
Seiring popularitasnya, Ratmi pun kembali merambah ke layar lebar. Dia memegang peran-peran penting dalam film Ketemu Jodoh (1973), Si Rano (1973), dan Ratu Amplop (1974). Sepanjang hidupnya, Ratmi setidaknya membintangi 32 film.
Saking terkenal, pada 1970-an ada merek sabun colek produksi PT Sinar Antjol dengan nama yang sama. Ratmi pula yang menjadi bintang iklannya.
Popularitas itu membuat Ratmi sibuk bukan kepalang. Pada 1977, dia menjalani syuting tiga film sekaligus: Direktris Muda, Sembilan Janda Genit, dan Hujan Duit.
Dimakamkan di TMP Kalibata
Sebuah mobil jenazah diselubungi bendera merah putih, berhenti di halaman Kalibata. Barisan seragam bergenderang dan tembakan salto mengiringi penguburan jenazahnya.
Sosok yang lebih dikenal sebagai pelawak, pemain film, penyanyi keroncong, dan pesinden ini adalah seniman yang berakhir diperisirahatan terakhir di Kalibata.
Sosok yang lebih dikenal sebagai pelawak, pemain film, penyanyi keroncong, dan pesinden ini adalah seniman yang berakhir diperisirahatan terakhir di Kalibata.
Kenapa dimakam kan di makam pahlawan?
Ini semua berkat jasa Ratmi membela negara sehingga ia dianugerahi bintang gerilya, bintang kemerdekaan I dan II dan bintang gerakan operasi Militer I dan V.
Saat masa revolusi fisik Ratmi turut ambil bagian jadi anggota Barisan Srikandi/Laswi dan anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah. Pangkatnya waktu itu sersan dua pada Laskar Wanita (Laswi) pimpinan Ny. Arudji Kartawinata sebagai anggota Batalyon D Brigade 16 "Citarum" Jawa Barat.
Pada tahun 1945 Ia juga pernah masuk pasukan Srikandi ikut berjuang di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Setelah penyerahan kedaulatan Ratmi mengundurkan diri.
Saat masa revolusi fisik Ratmi turut ambil bagian jadi anggota Barisan Srikandi/Laswi dan anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah. Pangkatnya waktu itu sersan dua pada Laskar Wanita (Laswi) pimpinan Ny. Arudji Kartawinata sebagai anggota Batalyon D Brigade 16 "Citarum" Jawa Barat.
Pada tahun 1945 Ia juga pernah masuk pasukan Srikandi ikut berjuang di daerah Banyumas, Jawa Tengah. Setelah penyerahan kedaulatan Ratmi mengundurkan diri.
Semasa hidup menikah 3 kali
Ratmi menikah tiga kali. Suami pertama bernama Idris, yang meninggal dunia. Suami kedua Surnarno, yang kemudian bercerai.
Sekitar tahun 1973, ia bertemu dengan seorang pemuda yang 10 tahun lebih muda. Beralis dan berkumis tebal bernama Didi Sugandhi. Mereka bertemu dalam sebuah pengambilan film di Bandung. Singkat cerita hanya gara-gara kemasukan roh jahat di Cibulan ketika openam tiga hari saat pengambilan film Ayah (1973). Didi Sugandhi kemudian bercerai dari isterinya yang pertama untuk kemudian menikah dengan Ratmi. Tiga anak Didi dari isteri pertama diambil oleh Ratmi dan diasuh seperti anaknya sendiri.
Quote:
Sekitar tahun 1973, ia bertemu dengan seorang pemuda yang 10 tahun lebih muda. Beralis dan berkumis tebal bernama Didi Sugandhi. Mereka bertemu dalam sebuah pengambilan film di Bandung. Singkat cerita hanya gara-gara kemasukan roh jahat di Cibulan ketika openam tiga hari saat pengambilan film Ayah (1973). Didi Sugandhi kemudian bercerai dari isterinya yang pertama untuk kemudian menikah dengan Ratmi. Tiga anak Didi dari isteri pertama diambil oleh Ratmi dan diasuh seperti anaknya sendiri.
Satu hal yang pasti sejarah perjuangan pahlawan untuk mencari literasi tentang riwayat Ratmi lebih dalam termasuk sulit, bahkan di TMP Kalibata tidak ada berkasnya, hanya ada di koran-koran lawas tentang riwayat hidupnya.
Lantas untuk mengenang jasa pahlawan, tidak hanya terdoktrin ikut berjihad atau berperang atas dasar kepentingan kelompok tertentu, tetapi karena NKRI telah merdeka, memiliki dasar negara, dan fundamental tak bisa diganggu gugat, ini juga berkat sumbangsih merrka yang telah gugur demi kemerdekaan.
Jika yang terjadi saat ini segelintir kelompok berbicara hak demokrasi, kebebasan berpendapat, sayangnya kebebasan itu cendrung liberal karena ada ranah dasar negara yang dikomentari segelintir orang yang sok pintar, padahal waktu kemerdekaan saja belom lahir tapi sudah mau sok, paling benar.
Jika negara NKRI tercinta, dirusuhi segelintir kelompok karena nafsu politiknya (seperti Khilafah , Bendera Tauhid), dan ketika di tanya siapa pahlawan yang sesungguhnya tak jauh jauh dari pahlawan orang arab, lantas dimana letak nalar kita?
Kita merdeka bukan karena sumbangsih pemikiran radikal mereka tapi perjuangan dan pengorbanan yang tak ada hentinya, seperti srikandi Ratmi-Bomber29.
Lantas untuk mengenang jasa pahlawan, tidak hanya terdoktrin ikut berjihad atau berperang atas dasar kepentingan kelompok tertentu, tetapi karena NKRI telah merdeka, memiliki dasar negara, dan fundamental tak bisa diganggu gugat, ini juga berkat sumbangsih merrka yang telah gugur demi kemerdekaan.
Jika yang terjadi saat ini segelintir kelompok berbicara hak demokrasi, kebebasan berpendapat, sayangnya kebebasan itu cendrung liberal karena ada ranah dasar negara yang dikomentari segelintir orang yang sok pintar, padahal waktu kemerdekaan saja belom lahir tapi sudah mau sok, paling benar.
Jika negara NKRI tercinta, dirusuhi segelintir kelompok karena nafsu politiknya (seperti Khilafah , Bendera Tauhid), dan ketika di tanya siapa pahlawan yang sesungguhnya tak jauh jauh dari pahlawan orang arab, lantas dimana letak nalar kita?
Kita merdeka bukan karena sumbangsih pemikiran radikal mereka tapi perjuangan dan pengorbanan yang tak ada hentinya, seperti srikandi Ratmi-Bomber29.
Quote:
Quote:
Quote: