SIa-siakah Izasah Saya?

Halo selamat pagi agan dan sista dimanapun kalian berada, ane disini mutlak ingin bercerita tentang apa yang ane rasakan selama 2 tahun terakhir ini, tidak maksud merengek atau jadi pecundang yang menyerah terhadap keadaan, ini hanya suatu bentuk curahan dan juga berbagi pengalaman saja....


And the story begin..

Rasa kesal, bersalah, marah, kecewa bahkan frustasi yang menjadi bibit-bibit keputusasaan bergejolak seiring berjalannya waktu yang tak terasa bergulir dengan kecepatan penuh. Hal ini mulai ane rasakan ketika ane lulus di sebuah Universitas di Bandung yang terkenal super mahal~ dan susah nilai bisa tebak? dengan slogan A untuk Tuhan B untuk saya (ujar dosen) C untuk orang beruntung D dan E untuk kalian. hahaha sadar tak sadar memang ucapan yang sudah menjadi urban legend di kampus ane itu benar adanya. begitu mati-matiannya ane memperjuangkan sks demi sks untuk mendapatkan nilai yang baik, minimal B karena ambisi yang entah datang dari mana.

Dengan mengikuti kegiatan kampus yang memiliki profit di dalamnya ane tetep fokus di dunia perkuliahan untuk mencari nilai demi nilai agar kelak ketika lulus ane memiliki akses yang mungkin akan memudahkan ane untuk melanjutkan study atau mencari pekerjaan pikir ane waktu itu. Dan waktupun tak terasa berjalan begitu cepat hingga sampailah ane pada tahun 2016 Mei tepatnya untuk melaksanakan sidang akhir sebagai salah satu syarat kelulusan di kampus ane tercinta.

Dengan segala perjuangan yang ane lakuin ane pun sampai pada titik terakhir tersebut. Singkat cerita selesailah sudah segala syarat kelulusan untuk ane dapet izasah dan di wisuda dari kampus ane. Dengan IPK yang memuaskan bagi ane mengingat susahnya mencari nilai di kampus tersebut, dan yang menjadi kebanggaan lainnya adalah ketepatan waktu ya ane lulus tepat 4 tahun dengan dimulai pada tahun 2012 dan keluar pada tahun 2016.

Ane pun memiliki perasaan gembira pada saat itu dan sama sekali tidak memiliki beban apapun karena merasa tugas ane sebagai pelajar atau mahasiswa telah berakhir. Dengan berbekal selembar kertas yang begitu bernilai untuk menyongsong masa depan, rasa syukur dan terimakasih kepada tuhan serta kedua orang tua yang telah berjibaku dalam hal ekonomi untuk membiayayi ane selama di kampus terbayar sudah. Rencana pun berlanjut untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, karena pada saat ane lulus di umur 21 tahun ane merasa belum terpikirkan untuk bekerja secara full time, ane masih ingin menghabiskan waktu ane untuk bermain lah kasarnya naun tetap ada kegiatan harian yakni kuliah lagi.

Ane pun gencar mencari kampus yang membuka lowongan penerimaan masuk di periode tersebut, setelah ane berusaha mengumpulkan bahan-bahan untuk masuk ke kampus tersebut ane terpaksa mengurungkan niat tersebut karena adanya percakapan dari orang tua ane yang tidak memiliki cukup biaya untuk melanjutkan jenjang study ane. Dengan alasan sang adik berbarengan untuk masuk ke jenjang S1. Apa mau dikata? yasudah ane menanggapi hal tersebut dengan bijak dan santai. yasudah bu pak kan masih ada tahun-tahun berikutnya, toh memang bukan rezeki, jawab ane.

Kemudian tak terasa 6 bulan sudah semenjak ane wisuda ane lebih banyak menghabiskan waktu dengan hal-hal tidak jelas, alias nongkrong dan nongkrong serta bermain kegemaran ane yakni bermain BAND wkwkw cita-cita sih pengen jadi rokesetarrrr hahaha. Dan untuk keseharian ane mulai berbisnis apapun dari mulai jualan barang bekas sampai jualan baju di lapakan-lapakan atau pasar grebeg menjelang Ramadhan biasanya.

Waktu pun terus berlanjut dan tak terasa 1 tahun sudah ane menghabiskan waktu dengan status tidak jelas, ya bisa dikatakan pengangguran karena ane berbisnis serabutan, apapun ane garap asal dapet fulus, ga terpatok atau terfokus pada suatu bisnis apapun. Singkat cerita ane pun mulai geram dengan keseharian ane, akhirnya ane membuatlah CV dan juga banyak surat lamaran, dan ane pun mulai melakukan serangan lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan dengan tetap idealis mengedepankan apa yang ane punya dari disiplin ilmu ane yang ane pelajari selama 4 tahun lamanya.

Namun ternyata keadaan sangat berbanding terbalik dengan apa yang ada di otak ane agan-agan, interview demi interview gagal meloloskan ane untuk mendapatkan pekerjaan, Ane pun berpikir, lah susah ternyata mencari kerja? Sia-siakah izasahku? tak bergunakah izasahku? NP - Iwan fals Sarjana Muda.

Sampai akhirnya ane menyerah untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ane mau dan juga sesuai dengan disiplin ilmu yang ane punya, akhirnya ane pun mulai melamar ke berbagai perusahaan dengan posisi random, dan duar tak lama kemudian ane bekerja di suatu perusahaan retail yang mana ane tidak sekalipun membutuhkan disiplin ilmu yang ane punya.

Dengan perasaan yang tidak belong terhadap pekerjaan tersebut bulan demi bulan pun tak terasa ane habiskan di dalam perusahaan tersebut, karena ane memang cinta terhadap disiplin ilmu yang ane emban selama 4 tahun dan juga ane memang bisa dikatakan aktif dalam membantu rakyat yang membutuhkan jasa ane, ane pun diajak oleh salah satu pentolan HAM yang memiliki fokus pada hak anak untuk bergabung dengan komnas nya, ya komnas yang berfokus terhadap perlindungan anak.

Dengan begitu ane pun menjalani double job yang mana di dalam perusahaan ane memang mencari nafkah dan fulus, sementara untuk komnas ane lebih bertindak sebagai relawan yang memiliki tugas untuk meng-advokasi siapa-siapa yang terlibat di dalam suatu kasus yang berkaitan dengan anak.

Oke gan jari mulai pegel, haha disingkat lagi ceritanya ane pun mulai merasa tidak nyaman di perusahaan yang menerima ane bekerja, dan setelah sekitar 8 bulan ane memutuskan untuk resign dari pekerjaan tersebut, dengan pikiran bahwa ane telah siap untuk mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan apa yang ane inginkan.

Ternyata eh ternyata..... semua tak sesuai rencana, perusahaan yang diidamkan dengan jenis pekerjaan yang diharapkan pun tak kunjung datang, sama ceritanya dengan yang ane rasakan dulu, berbagai interview tidak meloloskan ane untuk menjadi pegawai di perusahaan tersebut. Ane pun mulai meratapi nasib dengan rasa yang begitu tercampur aduk, kesal, marah, kecewa, sampai putus asa. Dengan terus mencari apa penyebab dari ane kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ane suka. Apakah saya bodoh? tidak juga.. jika nilai menjadi tolak ukurnya, banyak kawan-kawan saya yang lebih beruntung. Lantas apa jawabannya? Walahualam. sampai sekarang ane masih bingung dan sedikit putus asa untuk melanjutkan pencarian ane terhadap pekerjaan tersebut.

Akhir-akhir ini ane lebih suka mengurung diri di kamar sambil tak henti-hentinya mulut ane menganga dengan mempertanyakan banyak hal yang ada di dalam pikiran ane. dengan terbesit pikira-pikiran yang sebelumnya telah dijelaskan mengenai, tidak bergunanya ijasah ane? sia-sianya izasah ane. mengingat biaya yang begitu besar telah dikeluarkan oleh keluarga untuk dapat menghasilkan selembar kertas yang ternyata tak berguna tersebut hahaha maaf agak kesal.

Ini murni curhatan hati yang coba ane tuliskan, panjang cerita sebenarnya bagi agan yang merasa senasib bisa di share atau  mungkin pm untuk sharing cerita, atau bagi yang ingin memperkerjakan ane juga boleh xixixi

Thanks for reading and have a good days!



































Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel