RUMAH - RUMAH ADAT SUKU BUGIS DI SULAWESI SELATAN

Rumah Adat Bugis

Suku Bugis merupakan salah satu suku yang ada dipulau Sulawesi. Suku bugis sekarang tidak hanya berada  dipulau Sulawesi tetapi sudah tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia.  Suku bugis terkenal dengan keramahannya, adat-istiadat, bentuk rumah adat bugis yang khas, gemar merantau, serta uang panaiknya yang mahal (bercanda :D ).  


Rumah-Rumah Adat di Daerah Bugis – Sulawesi Selatan
Terdapat Rumah beberapa situs sejarah Rumah Adat Bugis yang berada di Sulawesi Selatan, setiap rumah adat di tiap kabupatennya  memiliki bentuk yang khas yang membedakan dari rumah adat lainnya. Seperti rumah adat pinrang yang atap tangga depannya bertingkat-tingkat, rumah adat wajo yang tangganya berbentuk huruf L yang tidak terlalu menanjak, serta rumah adat Soppenng dengan Gerbangnya yang artistik.

Berikut dibawah situs rumah adat bugis yang ada di Sulawesi Selatan, Selamat membaca.

1. Bone – Bola Soba'
Bone memiliki satu rumah adat bugis peninggalan sejarah yaitu Bola Soba'. Jika anda berkunjung ke daerah Bone tidak pas rasanya jika kita tidak mengunjungi salah satu ikon kota bone ini. ya!, Bola Soba' yang berarti "Rumah Persahabatan". Bola soba ini terletak di jalan Latenritatta Kelurahan Masumpu, Kec. Tanete Riajang, Kabupaten Bone.


Spoiler for Bola Soba:



Sejarah
Dahulu bola soba ini bernama "Saoraja Petta Ponggawae" yang berarti "rumah panglima perang". Bola Soba ini adalah peninggalan Raja Bone yang ke-31 yaitu Lapawawoi Karaeng Sigeri yang didirikan sekitar tahun 1890-an. awalnya bola soba ini diperuntukkan sebagai rumah raja. selanjutnya rumah ini ditempati oleh La Pawwawoi, Baso Pagilingi Abdul Hamid yang kemudian  diangkat menjadi Petta Ponggawae (Panglima Perang) kerajaan bone dibawah pimpinan raja bone ke-30 We Fatima Banrigau. saat ditempati oleh Petta Ponggawae, bubungan rumah (timpa' laja) yang awalnya berjumlah lima buah diubah menjadi empat buah, karena rumah yang boleh memiliki lima timpa' laja' hanyalah rumah raja.
Saat ini rumah adat bugis bola soba' juga berfungsi sebagai museum mini; Di bagian dalam ruangan terdapat potret Arung Pallakka, "bangkai" meriam tua, silsilah raja-raja Bone, serta beberapa benda-benda tertentu yang meliki makna tersendiri. selain itu saat ini Bola Soba' biasa dipakai oleh sanggar seni sebagai tempat latihan.ajangan dalam

 
2. Wajo – Saoraja La Tenri Bali Atakkae
Kabupaten Wajo – Sulawesi Selatan memiliki aset wisata terkenal berupa Rumah Adat Bugis yang sangat ikonik, yaitu Saoraja La Tenri Bali. Rumah adat ini terletak di sebelah timur kota sengkang di kompleks rumah adat Atakkae Kelurahan Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo. Berjarak kurang lebih 3 kilometer dari pusat kota hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5-10 menit untuk sampai kesana. Untuk menuju kesana tidaklah sulit, karena banyaknya moda transportasi umum yang dapat dipakai seperti angkot dan bentor.


Spoiler for Bentor:



Spoiler for Saoraja La Tenri Bali Atakkae:



Sejarah
Rumah adat Saoraja La Tenri Bali dibangun oleh Bupati Dahlan Maulana yang diresmikan pada tahun 1995. Saoraja La Tenri Bali dalam bahasa bugis yaitu "sao raja" yang berarti istana, dan La tenri Baliadalah nama raja / Arung Matoa yang pernah memimpin kerajaan wajo. jadi, Sao Raja La Tenri Baliberarti istana Raja La Tenri Bali.

Keunikan
Istana Raja La Tenri Bali sangatlah unik karena memiliki 101 tiang penyangga yang terbuat dari kayu ulin berkualitas berbentuk bundar dengan berat setiap tiangnya mencapai 2 ton membuat rumah adat ini terlihat megah dan kokoh. kompleks halaman yang luas serta pohon lontar di sebelah kiri rumah, membuat rumah adat ini terasa asri dan lapang. itulah sebabnya kompleks rumah adat ini sering dijadikan sebagai lokasi pameran pembangunan se-kabupaten wajo. serta kegiatan perkemahan lokal dan nasional juga sering diadakan di daerah ini. Pameran-pameran kebudayaan setiap perayaan hari kemerdekaan telah menjadi acara tahunan.

Di dalam kompleks rumah adat Attakkae di sekitar Sao Raja La Tenri Bali berdiri juga rumah-rumah adat bugis khas untuk setiap kecamatan di Kabupaten Wajo. Bentuknya mirip dengan Sao Raja La Tenri Bali, Hanya saja lebih kecil dan menampilkan kekhasan setiap kecamatan. Rumah-rumah adat tersebut kerap kali menjadi tempat menginap para wisatawan yang berkunjung ke Perumahan Adat Atakkae.

3. Soppeng – Sao Mario
Sao artinya Rumah sedangkan Mario artinya Gembira. Namun pun demikian, bukan berarti Sao Mario ini hanya dipakai untuk bergembira saja dalam konteks yang lebih sempit, tetapi dalam konteks yang lebih luas, juga dipakai untuk Bersenang-senang.
Rumah Adat Sao Mario terletak di Kelurahan Manorang Salo Kecamatan Marioriawa, yang berjarak sekitar 30 Km dari Kota Watangsoppeng. Pemilik dari rumah adat Sao Mario ini adalah Prof. Dr. H. Andi Mustari Pide, SH dan Hj. A. Sitti Runiang. Pemilik rumah ini adalah orang asli dari Batu-batu, Kec. Marioriawa, Kab. Soppeng yang terbilang sukses di tanah rantau. Adapun Sang Arsitek Tunggal rumah adat Sao Mario, Dr. Ir. H. Bakhrani A. Rauf, MT yang dibangun pada akhir tahun 1989 yang saat ini menjadi salah satu dosen terbaik yang dimiliki oleh Universitas Negeri Makassar.


Spoiler for Sao Mario:



Keunikan
 Rumah adat ini juga dikenal sebagai Bola Seratu'E atau Rumah Seratus, karena jumlah tiang rumah yang terdapat di rumah adat sao mario berjumlah lebih dari 100 tiang. Berdiri di atas tanah seluas dua hektar, dengan panjang rumah 40 meter dan lebar 14 meter. Jadi tidak hanya itu, rumah adat kebanggaan masyarakat Soppeng ini terdiri atas 4 pilar didepan dengan diameter 50 cm dan semuanya menggunakan kayu hitam atau aju bolong. Kita semua juga perlu memahami bahwa rumah adat ini selain berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga, juga difungsikan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka dari berbagai Propinsi se-Indonesia

Di Kompleks Rumah Adat Sao Mario yang berdiri kokoh di atas tanah dengan luas sekitar 12 Hektar. Selain terdapat rumah adat khas Suku bugis, juga terdapat berbagai jenis rumah adat khas suku lainnya yaitu : Rumah adat Bugis diberi nama "Sao Mario", Rumah adat Mandar dengan nama "Boyang Mario". Rumah adat Makassar "Balla Mario". Rumah adat Toraja "Tongkonan Mario" dan Rumah Lontar dengan nama "Lontara Mario".

 
4. Barru – Saoraja La Pinceng
Sejarah
Rumah adat Saoraja La Pinceng terletak di Lapasu Desa Balusu, Kec. Soppeng Riaja,  sekitar 16 Km ke arah utara dari ibukota Kabupaten Barru. Saoraja ini merupakan rumah Raja Balusu (1814) di buat pada masa pemerintahan Andi Muhammad Saleh Daeng Parani yang bergelar Petta Sulle Raja Balusu. Penggunaan nama Lapinceng diperkirakan karena proses pembangunan begitu lama. Pinceng (penyebutan huruf "e" dalam Lapinceng seperti menyebut kata "sehat") dalam bahasa Bugis berarti piring kaca. Dari mulai pengadaan hingga pembangunan ada ratusan piring pecah. Pecahan-pecahan piring berhamburan juga menunjukkan biaya. Maka lahirlah penyebutan Lapinceng bukan rumah adat Balusu
Saoraja La Pinceng merupakan salah satu rumah atau istana peninggalan kerajaan Balusu, Kabupaten Barru. Istana ini menjadi salah satu saksi perjuangan Kerajaan Balusu melawan penjajahan Belanda.
Saoraja La Pinceng sendiri dibangun pada tahun 1836. Pengadaan dan perlengkapan sejak 1814. Adalah Andi Saleha yang membangun. Rumah ini, diperkirakan hadiah untuk anaknya, Andi Muhammad Saleh yang menggantikan sebagai raja. Saoraja La Pinceng Terletak di Dusun Lapasu atau Bulu Dua Kabupaten Barru.


Spoiler for Saoraja La Pinceng:



Keunikan
Ukuran Ale Bola atau bangunan rumah induk berukuran kurang lebih 23,50 x 11 meter. Jumlah tiang Saoraja La Pinceng sebanyak 35 buah dengan panjang sekitar 6,50 meter, dan lebar sekitar 5,50 meter. Selain itu, juga terdapat sembilan buah tiang dengan ukuran 3 x 3 meter.


Lapinceng berdiri di lahan seluas  43 are. Halaman ditumbuhi rumput hijau. Di bagian depan ada rumah jaga. Bagain samping, ada hamparan sawah dan di depan mengallir Sungai Balusu. Dari bagian depan, rumah Lapinceng berbeda dengan rumah Bugis lain. Teras tidak mengikuti badan rumah dan tertutup. Biasa, teras rumah Bugis selalu terbuka, tempat beristirahat penghuni dan tempat bercengkrama.



5. Pinrang – Saoraja
Saoraja pinrang merupakan peninggalan sejarah kerajaan sawitto, yaitu Arung Sawitto. Saoraja Pinrang terletak di Jl. Andi Makkulau, Sawitto, Watang Sawitto, Kab. Pinrang. di dalam kompleks Rumah adat ini terdapat dua buah bangunan; satu bangunan berbentuk seperti rumah bugis pada umumnya dan satu lagi bangunan berwarna putih dengan hiasan cat hijau pada kusen pintu, jendela  dan atapnya, jika dilihat sekilas bentuk bangunan ini seperti bangunan peninggalan jaman perjuangan yang memiliki makna khas tersendiri.

Saat ini pun Saoraja Pinrang masih di huni oleh keturunan raja. walaupun dulu sempat di renovasi tapi bentuk tetap dipertahankan untuk menjaga keaslian bentuk bangunan. Selanjutnya kompleks Rumah adat ini masih sering digunakan untuk acara-acara adat dan kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya.


Spoiler for Saoraja Pinrang:





6. Luwu – Istana Kedatuan Luwu
Istana Luwu atau Istana KeDatuan Luwu berada persis di Kota Palopo yaitu di Jalan Jalan Andi Djemma No. 1, Kelurahan Batu Pasi, Kecamatan Wara Utara, Kabupaten Luwu, Palopo, Sulawesi Selatan. Istana ini dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1920 untuk menggantikan "Saoraja", istana raja sebelumnya yang diratakan oleh Pemerintah Belanda sendiri diduga untuk menghapus peninggalan Kedatuan Luwu.


Spoiler for Istana Kedatuan Luwu:



Keunikan
Kompleks istana itu berdiri di lahan yang lapang. Ada Bangunan yang arsitekturnya bergaya Eropa dan  sebuah rumah panggung yang besar. Di bagian depannya, Di dekat bangunan istana saat ini dibangun miniatur Saoraja, kemudian di depan istana tersebut terdapat sebuah Monumen Perjuangan Rakyat Luwu berupa patung tangan yang memegang badik yang terhunus ke langit yang dikelilingi kolam teratai. Di sekitarannya ada taman, rumputnya tercukur dengan rapi.


Luwu dalam sejarah Bugis merupakan kerajaan pertama. Hal ini bersumber dari Mitologi I La Galigo. Bermula pada abad ke 12 di Ussu di Luwu Timur, kemudian pusat kerajaan berpindah ke Pattimang-Malangke, dan pada abad 16 ke Palopo – sekarang Kotamadya Palopo. Pada tahap inilah pamor dan ketenaran Luwu berangsur meredup di kancah perdagangan nusantara.

Di dekat bangunan istana saat ini dibangun miniatur Saoraja dan di depan istana tersebut terdapat sebuah Monumen Perjuangan Rakyat Luwu berupa patung tangan yang memegang badik yang terhunus ke langit. Di dekat istana luwu terdapat pula Masjid Jami yang usianya sangat tua dan keseluruhan dindingnya terbuat oleh batu yang disusun, tidak ada salahnya jika anda pengunjung yang sedang berada di Kota Palopo untuk singgah berwisata ke tempat ini. Saat ini istana ini berfungsi sebagai Museum untuk mengenang perjuangan dan melestarikan kebudayaan Kerajaan Luwu.



Penutup
Demikianlah diatas situs-situs sejarah rumah adat bugis yang terdapat di Sulawesi Selatan. jika sedang berkunjung  ke daerah tersebut maka sempatkanlah untuk berwisata ke rumah adat tersebut guna mengingatkan kita akan jati diri bangsa ini. demikian artikel ini semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Jika ada yang merasa masih perlu ditambahkan silahkan komentar dibawah. terima kasih

Spoiler for Sumur:



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel