'Sosok Pendaki' Di Gunung Merapi
Monday, July 30, 2018
Weekend kali ini sudah saya prediksikan lebih luang dari biasanya, sehingga perlu dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan yang telah lama diinginkan. Saya beserta teman-teman saya dari Kopma, dari temannya teman saya, dan juga ada murid-murid saya sewaktu melakukan PPL di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Kami janjian dan berjumpa di basecamp Merapi via New Selo.
Kronologinya, hari itu, Sabtu 19 Oktober 2014 seperti biasa saya beraktivitas seperti biasa. Pukul 07.00 WIB di Kopma UNY ada agenda Short Course Kewirausahaan, ada pengisi acara dan materi yang asik untuk disimak. Kemudian, sekitar pukul 11.00 WIB saya berbincang dengan salah satu pembicara, yaitu mas Rafi pemilik Seven Heaven Tour and Travel yang ternyata tunangannya sahabat saya waktu SMA, wah, dunia begitu sempit. Setelah kita berbincang, saya menawarkan kerja sama untuk bersama membangun usaha Bimbingan Belajar yang sedang saya dan tim kembangkan, alhamdulillah respon dari mas Rafi baik. Tak terasa perbincangan berlalu dan menunjukkan waktu shalat Dhuhur telah berlalu dan acara Short Course ini akan segera berakhir. Setelah shalat dhuhur, saya menunggu Andi (ketua Short Course) selesai berbenah dan evaluasi acara, karena dia merupakan salah satu orang yang akan ikut dalam perjalanan ini. Setelah evaluasi, kami berbergegas, saya lupa saya belum packing. Awalnya janjian pukul 15.00 WIB sudah meluncur basecamp, alhasil kami baru bisa merapat sekitar pukul 17.30 WIB, kemudian kami bergegas berangkat dan memutuskan untuk shalat Maghrib di jalan. Dalam rombongan pertama, ada 8 orang yang berangkat yaitu saya, Andi, Sisi, mas Agung, dua anak murid PPL (Dicki dan Fendi), Umar dan satu anak sosiologi yang saya lupa namanya. Beberapa teman saya yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu lagi menyusul kemudian.
Singkat cerita, kalau tidak salah sih, masalahnya kisah ini sudah terlalu lama untuk diceritakan, hehe. Sudah lah, anggap kami tiba di basecamp new Selo pukul 21.00 WIB. Kondisi basecamp padat dan ramai, beruntung kami masih mendapat ruang untuk sekadar berselonjor dan menaruh barang sejenak saat ditinggal shalat. Setelah kami menaruh barang di basecamp, sembari menanti rombongan yang lain, kami berangkat shalat Isya. Tak disangka-sangka, bahwa halaman hampir semua basecamp yang ada sudah padat merayap kendaraan parkir. Saya mulai pusing. Namun, kami lanjutkan untuk mencari air wudhu. Ternyata di basecamp Merapi tak semudah Merbabu dalam persoalan air, disini sangat langka. Kami menanti cukup lama untuk mendapatkan air seadanya untuk berwudhu. Setelah itu, kami shalat. Pasca shalat, hasrat ingin ke kamar mandi cukup besar, tapi apalah daya, air sangat sulit ditemukan. Kami menunggu. Hingga waktu yang cukup lama.
Setelah urusan perairan selesai, kami tak lupa mengisi perut. Ternyata di dekat basecamp kami ada warung kecil yang menyediakan gorengan, makanan dan minuman. Kita santap dahulu. Setelah memenuhi ruang di perut dan beristirahat sejenak, sekitar pukul 00.30 WIB alias sudah ganti hari yaitu Minggu 20 Oktober 2014 kami melakukan perjalanan naik. Kami sudah dengan tim lengkap kurang lebih 20 orang dari berbagai kalangan. Kami melakukan doa bersama dan mulai berangkat satu persatu.
Singkat cerita, tim kami terpecah hingga tiga bagian. Saat itu, saya harus menemani anak murid saya yang memang masih newbie dalam pendakian gunung. Saat itu, kondisi mereka belum cukup kuat. Namun, karena saya yang membawa kedua murid saya ini, saya harus bertanggung jawab dan tetap menjaganya sampai akhir. Ini anak orang, kalau kenapa-kenapa saya yang bersalah. Apalagi mereka sudah ijin kepada kedua orang tua mereka, tak seperti saya. Akhirnya, walau kami jalan pelan-pelan dan banyak berhenti, sekitar pukul 3.30 WIB, sampailah kami di watu gajah, beberapa meter sebelum pasar bubrah. Karena kondisi anak-anak tidak memungkinkan untuk lanjut, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat dulu di sini, di balik bebatuan besar. Ada satu kesalahan yang saya lakukan, yaitu hanya membawa satu tenda yang rencananya memang hanya untuk peserta perempuan, yaitu saya dan Sisi. Namun, karena kondisi anak murid saya yang terlihat belum cukup kuat untuk tidur diluar, akhirnya tenda ini digunakan mereka berdua, ya semoga dapat membantu. Akhirnya, saya, Sisi, Mas Agung, Umar dan anak sosiologi tidur tanpa tenda dan mengenakan sleeping bag kami masing-masing. Udara tak cukup bersahabat, sleeping bag bukan double polar ini tak cukup menghangatkan badan saya, saya pun tak bisa tidur. Hanya bisa glundang-glundung. Hingga dua jam berlalu tanpa bisa tidur, kemudian saya memutuskan untuk masak yang hangat-hangat saja dan shalat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.
Sudahlah, singkat cerita sekitar pukul 6.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke puncak Merapi, karena jika setelah pukul 12.00 WIB konon kondisi gas di puncak akan tidak bersahabat. Puncak tampak begitu terlihat dari pasar bubrah, tetapi setelah dilalui butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai sana. Itu karena saya salah jalur dan harus lompat ke jalur yang benar dan diridhoi oleh-Nya.
Track menuju puncak yang berbatu dan pasir ini cukup menantang. Sesekali ada teriakan, "awas batu". Sesekali kami bergeser dan mengamankan diri. Pada akhirnya setelah hampir 2 jam perjalanan kami sampai juga di puncak Merapi 29.68 Mdpl. Kami disuguhkan pemandangan yang sangat eksotis di puncak ini. Namun sayang, ramai sekali di atas sini, kami tak bisa banyak bergerak, mau kemana-kemana penuh. Ya sudah, setelah cukup menikmati kekayaan Sang Pencipta, kami mohon undur diri dan kembali turun. Tak sesulit naik, turun dari puncak kami cukup perosotan, tak sampai 1 jam kami sudah sampai pasar bubrah lagi.
Cerita yang cukup simpel, dhuhur kami sudah sampai tempat kami mendirikan tenda.
Namun, sebenarnya tak begitu simpel cerita kami ini. Ketika malam ada teman kami yang menyusul, dia ternyata tak begitu beruntung. Percaya atau tidak dia diikuti oleh sesosok yang menyerupai pendaki, namun menghilang beberapa saat setelah sosok itu diajaknya berjalan bersama. Dan masih ada sosok-sosok yang lain.
Hikmah yang bisa kita petik: jaga diri, jaga hati dan terutama jaga alam yang indah ini.
Kronologinya, hari itu, Sabtu 19 Oktober 2014 seperti biasa saya beraktivitas seperti biasa. Pukul 07.00 WIB di Kopma UNY ada agenda Short Course Kewirausahaan, ada pengisi acara dan materi yang asik untuk disimak. Kemudian, sekitar pukul 11.00 WIB saya berbincang dengan salah satu pembicara, yaitu mas Rafi pemilik Seven Heaven Tour and Travel yang ternyata tunangannya sahabat saya waktu SMA, wah, dunia begitu sempit. Setelah kita berbincang, saya menawarkan kerja sama untuk bersama membangun usaha Bimbingan Belajar yang sedang saya dan tim kembangkan, alhamdulillah respon dari mas Rafi baik. Tak terasa perbincangan berlalu dan menunjukkan waktu shalat Dhuhur telah berlalu dan acara Short Course ini akan segera berakhir. Setelah shalat dhuhur, saya menunggu Andi (ketua Short Course) selesai berbenah dan evaluasi acara, karena dia merupakan salah satu orang yang akan ikut dalam perjalanan ini. Setelah evaluasi, kami berbergegas, saya lupa saya belum packing. Awalnya janjian pukul 15.00 WIB sudah meluncur basecamp, alhasil kami baru bisa merapat sekitar pukul 17.30 WIB, kemudian kami bergegas berangkat dan memutuskan untuk shalat Maghrib di jalan. Dalam rombongan pertama, ada 8 orang yang berangkat yaitu saya, Andi, Sisi, mas Agung, dua anak murid PPL (Dicki dan Fendi), Umar dan satu anak sosiologi yang saya lupa namanya. Beberapa teman saya yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu lagi menyusul kemudian.
Singkat cerita, kalau tidak salah sih, masalahnya kisah ini sudah terlalu lama untuk diceritakan, hehe. Sudah lah, anggap kami tiba di basecamp new Selo pukul 21.00 WIB. Kondisi basecamp padat dan ramai, beruntung kami masih mendapat ruang untuk sekadar berselonjor dan menaruh barang sejenak saat ditinggal shalat. Setelah kami menaruh barang di basecamp, sembari menanti rombongan yang lain, kami berangkat shalat Isya. Tak disangka-sangka, bahwa halaman hampir semua basecamp yang ada sudah padat merayap kendaraan parkir. Saya mulai pusing. Namun, kami lanjutkan untuk mencari air wudhu. Ternyata di basecamp Merapi tak semudah Merbabu dalam persoalan air, disini sangat langka. Kami menanti cukup lama untuk mendapatkan air seadanya untuk berwudhu. Setelah itu, kami shalat. Pasca shalat, hasrat ingin ke kamar mandi cukup besar, tapi apalah daya, air sangat sulit ditemukan. Kami menunggu. Hingga waktu yang cukup lama.
Setelah urusan perairan selesai, kami tak lupa mengisi perut. Ternyata di dekat basecamp kami ada warung kecil yang menyediakan gorengan, makanan dan minuman. Kita santap dahulu. Setelah memenuhi ruang di perut dan beristirahat sejenak, sekitar pukul 00.30 WIB alias sudah ganti hari yaitu Minggu 20 Oktober 2014 kami melakukan perjalanan naik. Kami sudah dengan tim lengkap kurang lebih 20 orang dari berbagai kalangan. Kami melakukan doa bersama dan mulai berangkat satu persatu.
Singkat cerita, tim kami terpecah hingga tiga bagian. Saat itu, saya harus menemani anak murid saya yang memang masih newbie dalam pendakian gunung. Saat itu, kondisi mereka belum cukup kuat. Namun, karena saya yang membawa kedua murid saya ini, saya harus bertanggung jawab dan tetap menjaganya sampai akhir. Ini anak orang, kalau kenapa-kenapa saya yang bersalah. Apalagi mereka sudah ijin kepada kedua orang tua mereka, tak seperti saya. Akhirnya, walau kami jalan pelan-pelan dan banyak berhenti, sekitar pukul 3.30 WIB, sampailah kami di watu gajah, beberapa meter sebelum pasar bubrah. Karena kondisi anak-anak tidak memungkinkan untuk lanjut, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat dulu di sini, di balik bebatuan besar. Ada satu kesalahan yang saya lakukan, yaitu hanya membawa satu tenda yang rencananya memang hanya untuk peserta perempuan, yaitu saya dan Sisi. Namun, karena kondisi anak murid saya yang terlihat belum cukup kuat untuk tidur diluar, akhirnya tenda ini digunakan mereka berdua, ya semoga dapat membantu. Akhirnya, saya, Sisi, Mas Agung, Umar dan anak sosiologi tidur tanpa tenda dan mengenakan sleeping bag kami masing-masing. Udara tak cukup bersahabat, sleeping bag bukan double polar ini tak cukup menghangatkan badan saya, saya pun tak bisa tidur. Hanya bisa glundang-glundung. Hingga dua jam berlalu tanpa bisa tidur, kemudian saya memutuskan untuk masak yang hangat-hangat saja dan shalat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.
Sudahlah, singkat cerita sekitar pukul 6.00 WIB kami melanjutkan perjalanan ke puncak Merapi, karena jika setelah pukul 12.00 WIB konon kondisi gas di puncak akan tidak bersahabat. Puncak tampak begitu terlihat dari pasar bubrah, tetapi setelah dilalui butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai sana. Itu karena saya salah jalur dan harus lompat ke jalur yang benar dan diridhoi oleh-Nya.
Track menuju puncak yang berbatu dan pasir ini cukup menantang. Sesekali ada teriakan, "awas batu". Sesekali kami bergeser dan mengamankan diri. Pada akhirnya setelah hampir 2 jam perjalanan kami sampai juga di puncak Merapi 29.68 Mdpl. Kami disuguhkan pemandangan yang sangat eksotis di puncak ini. Namun sayang, ramai sekali di atas sini, kami tak bisa banyak bergerak, mau kemana-kemana penuh. Ya sudah, setelah cukup menikmati kekayaan Sang Pencipta, kami mohon undur diri dan kembali turun. Tak sesulit naik, turun dari puncak kami cukup perosotan, tak sampai 1 jam kami sudah sampai pasar bubrah lagi.
Cerita yang cukup simpel, dhuhur kami sudah sampai tempat kami mendirikan tenda.
Namun, sebenarnya tak begitu simpel cerita kami ini. Ketika malam ada teman kami yang menyusul, dia ternyata tak begitu beruntung. Percaya atau tidak dia diikuti oleh sesosok yang menyerupai pendaki, namun menghilang beberapa saat setelah sosok itu diajaknya berjalan bersama. Dan masih ada sosok-sosok yang lain.
Hikmah yang bisa kita petik: jaga diri, jaga hati dan terutama jaga alam yang indah ini.